Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.
“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.
***
Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.
“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.
“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
“Anggun masih kuliah, Mah. Setelah selesai kuliah baru Anggun berencana punya dede bayi.”
“Akan tetapi Mamah dan Papah ingin segera memiliki cucu,” tutur sang mertua kepada menantunya.
“Mama sayang, bukannya aku tidak mau memberikan Mama dan Papa cucu secepatnya. Akan tetapi, aku saja masih beradaptasi dengan statusku yang baru. Pernikahan yang sangat mendadak ini sama sekali di luar dugaanku. Lagi pula sekarang aku sudah semester akhir. Jadi, mudah-mudahan aku lulus dengan lancar dan bisa secepatnya memberikan Mama dan Papa seorang cucu,” ujar Anggun untuk menenangkan mertuanya agar berhenti meminta cucu terus menerus.
Di sisi lain, Rico tidak menyangka bahwa Anggun akan berbicara seperti itu. Tapi dia mengaminkan semua perkataan yang di ucapkan oleh istrinya. Entah mengapa akhir-akhir ini Anggun selalu mengganggu pikirannya. Rasanya, dia selalu ingin dekat dengan wanita yang sedang berbincang melalui video call dengan sang ibu.
“Baiklah, maafkan Mama, Anggun!”
“Mama tidak perlu minta maaf. Hanya saja, Anggun meminta pengertian Mama dan Papa untuk lebih bersabar.”
“Iya, Sayang. Mama mengerti! Sebenarnya, Mama menghubungi kalian karena ingin mengabari bahwa Kakek sedang sakit dan ingin bertemu kalian. Jika kalian ada waktu, bisakah kalian datang kemari untuk menjenguk Kakek?”
“Baiklah, Ma. Aku dan Anggun besok akan ke Bali untuk mengunjungi Kakek,” ujar Rico kepada mamanya.
“Kalian sedang bertengkar? Mengapa Anggun terlihat enggan dekat-dekat dengan kamu?” tanya sang mamah penasaran.
“Heuh, ti-tidak kok, Ma!” tutur Anggun sembari terbata-bata.
“Ya sudah buktikan donk sama Mama kalau kita baik-baik saja!” tutur Rico memberikan senyum jahil sembari menyodorkan pipinya agar diberi sebuah kecupan oleh Anggun.
“Hehe,” senyum Anggun tampak di paksakan mendengar penuturan Rico. Dengan terpaksa Anggun pun mengikuti perkataan suaminya. Dia mendekatkan bibir merahnya ke pipi Rico.
Cup!
Pada saat Anggun akan mengecup pipi, ternyata Rico malah menolehkan wajah ke arah istrinya sehingga bibir mereka bertemu satu sama lain.
“Hempt,” mata Anggun membelalak pada saat bibirnya dan bibir Rico menempel.
“Terima kasih, Sayang,” tutur Rico sembari mengecup singkat berulang kali bibir Anggun yang masih suci. “Muach, muach, muach.”
Tubuh Anggun mengejang dan tangannya meremas seprai karena menahan emosi. Rico sudah mengetahui hal itu, dia pun segera berpamitan kepada mamahnya dan mengakhiri video call tersebut.
“Aku tahu kamu akan marah, tetapi sebelum kamu marah. Kamu harus ingat tentang keadilan pada saat pria itu menciummu. Jadi, jangan buang-buang waktu dan menghabiskan tenaga untuk marah-marah kepadaku. Lebih baik kamu persiapkan dirimu, besok pagi kita pergi ke Bali untuk menjenguk kakek.”
“Tapi—” tiba-tiba telunjuk Rico menutup bibir Anggun agar tidak melanjutkan perkataannya.
“Tidak ada tapi-tapi, tidak ada alasan. Besok adalah weekend, dan kita juga ke Bali untuk menjenguk Kakek bukan untuk berbulan madu. Apa kamu menginginkan bulan madu? Kita belum pernah melakukannya, bukan!” ujar Rico sembari mengedipkan sebelah matanya ke Anggun.
“Amit-amit jabang bayi, jika aku harus berbulan madu denganmu, Mas!” sahut Anggun sambil mengusap-ngusap perutnya.
“Amit-amit jabang bayi? Memangnya di dalam perutmu sudah ada bayi? Jangan-jangan itu kode keras untukku, ya, agar aku segera menanamkan benih unggulku di rahimmu,” tutur Rico dengan seringai wajah menggoda kepada Anggun.
“Kamu ngomong apa sih, Mas? Ngawur!” sahut Anggun dengan wajah sebal.
“Hahaha,” Rico tertawa terbahak-bahak karena melihat Anggun yang sudah salah tingkah dibuatnya. Rico mendekatkan bibirnya ke telinga Anggun, dan dia membisikkan, “Oh iya, satu lagi, mulai dari sekarang aku akan sering-sering menciummu! Karena hanya itu yang bisa aku lakukan kepadamu. Kamu jangan sekali-kali menolak, jika kamu sampai menolak, aku akan bilang kepada ibumu jika kamu berselingkuh dan berciuman dengan pria lain di depan kedua mataku, mengerti!”
Sebelum dia menjauhkan bibirnya dari telinga Anggun, dia mencium leher Anggun dan membuat jejak cinta di sana.
“Aw, kamu gila, Mas. Apa yang kamu lakukan?” bentak Anggun sembari mendorong tubuh Rico.
“Agar besok kedua orang tuaku menyangka bahwa kita telah melewati malam yang panjang dan bergairah. Jadi, mereka tidak akan curiga bahwa kamu belum pernah aku sentuh.”
“Ish, kenapa jadi aku yang tersudut. Cepat pergi sana ke kamarmu, Mas!” tutur Anggun mencoba mengusir pria menyebalkan itu dari kamarnya.
***
Ternyata diam-diam Nisa melihat apa yang dilakukan Rico kepada Anggun dari celah pintu yang terbuka. Betapa sakit hatinya ketika Rico mengecup bibir Anggun. Tak terasa air matanya terjatuh, dia pun menutup mulut dengan telapak tangan agar tangisannya itu tidak terdengar oleh Rico dan Anggun. Dan, kemudian dia kembali ke kamarnya.
Rico pun perlahan masuk ke dalam kamar karena dia tidak mau membangunkan Nisa dari tidurnya. Dia menghampiri wanita yang sudah satu tahun ini menikah dengannya walaupun dengan pernikahan siri.
Nisa pura-pura terbangun dari tidurnya, “Sayang, belum tidur?” tanya Nisa yang kemudian bersandar di dada bidang Rico sembari melingkarkan tangannya di perut sang suami.
“Mama tadi telepon mengabari bahwa kakek sakit, lalu bliau meminta aku dan Anggun untuk pulang ke Bali menjenguk Kakek. Besok, aku dan Anggun akan pergi ke Bali. Kamu tidak apa-apa di rumah sendiri?” tutur Rico dengan lembut meminta izin kepada Nisa.
“Tidak apa-apa, kebetulan aku besok mau hangout bersama teman-temanku. Mumpung weekend, jarang-jarang aku bisa berkumpul dengan mereka.”
“Baiklah, Sayang,” tutur Rico sembari mengecup puncak kepala Nisa.
“Kalau begitu aku akan siapkan pakaianmu untuk beberapa hari,” ujar Nisa menawarkan.
“Oke, terima kasih, Sayang!”
~Kamar Anggun~
“Dasar Rico brengsek, seenaknya saja dia mencium bibirku!” umpat Anggun sembari memukul-mukul guling ke kasurnya. “Hemm, mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati jangan sampai dia bertindak semaunya terhadapku, apalagi di depan keluarganya!”
Anggun pun mengemasi pakaiannya dan dia tidak lupa membawa bikini. Dia berencana ingin berjemur di pantai Pulau Dewata.
“Selesai! Waktunya bobo cantik,” tutur Anggun sembari merebahkan tubuhnya di kasur.
Dia memejamkan matanya tetapi tiba-tiba wajah Rico muncul di pikirannya. Dia teringat saat Rico mengecupnya.
Deg!
“Kok, jantungku tiba-tiba berdegup kencang begini, Ya? Aduh, ada apa dengan jantungku? Apa aku sakit?” ucapnya pada diri sendiri sembari memegang dada.
~Keesokan harinya~Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lak
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’***Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar
“Mama sudah tidur, jangan berteriak seperti anak kecil. Kamu jangan khawatir aku tidak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku akan melakukannya dengan lembut,” ujar Rico yang kemudian meraup bibir Anggun dengan rakus.Air mata Anggun keluar dari ujung kedua matanya. Sedang Rico tidak memperdulikan itu, dia terus mencumbui bibir istrinya itu dengan mesra dan tangannya mulai masuk ke dalam kaos yang Anggun pakai. Dia mengangkat penyangga aset kembar Anggun dan kemudian jarinya itu memainkan benda yang masih kenyal dengan lembut.“Mas kamu gila, jangan lakukan itu kepadaku,” tutur Anggun sembari menangis dengan menggerak-gerakan kakinya.“Malam ini kamu tidak akan lepas dariku, Istriku,” tutur Rico.Pada saat Rico akan mencicipi aset Anggun yang putih, bersih dan kenyal. Tiba-tiba telepon genggam Rico berdering tiada henti.“Shit,” ump
~Di dalam kamar~“Apa maksudmu mengirim foto-foto dan video ke Nisa. Apa kamu ingin kami bertengkar dan bercerai? Jika itu keinginanmu, usahamu akan sia-sia. Aku tidak menyangka jika kamu wanita picik. Apabila kamu cemburu kepada Karin, mengapa harus bawa-bawa Nisa?” tanya Rico mengintimidasi.***“Heuh.” Anggun terpengarah dengan perkataan Rico. Dia tidak menyangka bahwa ada manusia yang percaya dirinya tingkat dewa. Anggun bernapas dengan kasar dan menatap malas ke arah Rico.“Mas, sebentar-sebentar! Apa aku tidak salah mendengar? Aku seorang Anggun, wanita populer di kampus dengan tingkat IQ genius, harus cemburu kepada wanita seperti Karin! Kepada Nisa saja istri sirimu aku sama sekali tidak cemburu apalagi Karin. Aku hanya akan cemburu kepada wanita baik-baik dan berakhlak. Dan dengarkan baik-baik, kamu tidak pantas aku cemburui karena kamu bukan pria yang aku cinta
~Di ruang makan~Kini semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk makan siang.“Rico, Anggun. Besok Kakek akan mengadakan rapat dengan seluruh dewan direksi di kantor pusat jadi Kakek akan ikut dengan kalian ke Jakarta. Dan, selama di Jakarta Kakek akan tinggal di rumah kalian.”“Apa?” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Kakek, biar aku saja yang mewakili rapat dengan dewan direksi. Kakek harus banyak beristirahat. Aku tidak mau kakek kenapa-napa!” bujuk Rico.“Kenapa? kamu tidak suka jika Kakek tinggal di rumahmu?” tanya sang kakek.***“Bu-bukan begitu, Kek,” sahut Rico terbata-bata.“Apakah kalian menyembunyikan sesuatu?” tanya sang kakek penuh curiga.“Ti-tidak,” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Ka
Setelah beberapa menit, Anggun kembali masuk dengan membawa es batu dan handuk kecil.“Duduklah!” titah Anggun kepada Rico.Rico menuruti perkataan sang istri. Anggun pun mengompres memar-memar di wajah Rico dengan telaten dan lembut.Rico tak henti melihat wajah Anggun yang cantik dan menggemaskan. Di balik wajah yang feminim terdapat jiwa yang maskulin. Dia semakin penasaran dengan istrinya itu. Selain genius, cantik, pintar memasak ternyata dia juga bisa bela diri. Sungguh wanita sempurna. Diam-diam Rico mulai mengagumi istrinya itu. ‘Lalu apa kekurangannya?’ tanya Rico dalam hati. ‘Mungkin kekurangannya adalah mendapatkan suami brengsek sepertiku. Aku semakin tidak rela melepaskanmu untuk pria lain. Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Anggun. Aku akan membuatmu mencintaiku. Tunggu saja tanggal mainnya!’ racau Rico dalam hati.“Bagaimana Nisa?” tany
“Apa sih?” tanya Anggun kesal kemudian melihat ke arah Rico. Anggun tiba-tiba terperangah, mulutnya menganga melihat Rico yang terlihat seksi.Rico tahu jika Anggun menyukai tubuhnya, dia dengan sengaja mengibas-ngibas rambutnya yang masih basah. Dan kemudian menghampiri Anggun bak model pria yang sedang berjalan di catwork.Anggun menelan salivanya berulang kali, dia benar-benar kagum dengan tubuh Rico yang tinggi tegap dengan dada bidang dan perut kotak-kotak seperti roti sobek. Repleks tangan Anggun menyentuh perut Rico.“Sentuhlah aku!” bisik Rico di telinga Anggun.Anggun tersenyum dan kemudian berbisik, “Yakin, kamu mau aku sentuh!” telunjuknya mulai bermain-main di area perut Rico yang sixpeck.Seringai senyum tampak di wajah Rico yang tampan. Ketika Rico akan menyecap bibir Anggun yang ranum tiba-tiba Anggun menarik tangan Rico dan memb
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad