“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.
Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.
“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.
‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’
***
Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.
“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
‘Sayang?’ tanya anggun dalam hati dan memberikan tatapan heran. ‘Kesambet setan mana ini orang, tiba-tiba memanggilku dengan kata sayang. Ehm, mungkin dia sedang bermain peran karena di hadapan orang tuanya,’ pikir Anggun.
“Setelah makan kamu harus minum obat agar sakitmu cepat sembuh,” tutur Rico memberikan perhatian kepada Anggun.
Anggun memandang aneh, sembari mengunyah bubur yang disuapi oleh Rico. Dia menarik tubuh Rico dan kemudian mengecek suhu tubuh suaminya itu dengan punggung tangannya.
“Mas, kamu sehat ‘kan?” tanya Anggun heran.
“Aku sangat sehat dan baik-baik saja,” sahut Rico.
“Mas, aktingnya nanti saja, ya, jika ada keluargamu. Aku geli melihat kamu tiba-tiba baik seperti ini, rasanya sangat aneh!” ujar Anggun dengan polos.
Mata Rico membelalak karena kesal, perhatian yang diberikan kepada Anggun itu hanya dianggap sandiwara belaka.
“Huh,” desah kasar dari mulut Rico. “Baiklah jika itu maumu, kita akan memainkan drama ini pada saat di depan keluargaku saja.”
‘Tuhan, kenapa istriku yang satu ini kepekaan hanya di pentium satu padahal di kampusnya dia termasuk mahasiswa yang cerdas,’ ungkap Rico dalam hati dengan wajah sendu.
“Mas!” panggil Anggun.
“Iya, kenapa?” sahut Rico dengan ketus.
“Ngapain masih ada di sini, aku tidak nyaman ditemani olehmu. Aku terbiasa sendiri, jadi lebih baik kamu temani kakek yang sedang sakit, sana!” ucap Anggun mengusir secara halus.
“Ish, tapi kamu juga sedang sakit, Anggun. Aku sebagai suami harus selalu ada di sampingmu!” ujar Rico kepada Anggun.
“Hahaha, sudahlah! Aku tidak apa-apa? Jangan pura-pura peduli seperti itu, aku saja sakit karenamu.”
Rico pun hanya bisa pasrah ketika Anggun memintanya pergi. Sebenarnya, dia masih ingin bersama istrinya itu. Akhirnya, Rico mengalah pergi keluar kamar dan menemui kakeknya kembali.
“Rico, sedang apa kamu di sini?” tutur Risa yang melihat Rico berada di dalam kamar sang kakek.
“Aku sedang menemani Kakek, Mah!” sahut Rico.
“Suami macam apa kamu, istrinya sakit bukan diperhatikan dan dijaga malah ditinggalkan di kamar sendirian. Awas kamu jika sampai melalaikan istrimu. Kamu akan tahu akibatnya!” ancam Risa.
“Iya, iya …! Aku kembali ke kamar untuk menemani Anggun,” tutur Rico yang mulai serba salah.
‘Akh, kenapa hidupku jadi seperti ini, ibuku mengusirku dan istriku juga mengusirku. Apakah tidak ada yang mengerti perasaanku saat ini. Bagaimana jika aku diusir lagi oleh, Anggun? Jika aku meninggalkan Anggun, mama akan marah dan aku disebut lagi suami yang tidak bertanggung jawab karena tidak menjaga dan memperhatikan istrinya. Tuhan, tolong aku!’ ungkap Rico dalam hati.
Rico pun tiba di kamarnya dan mendapati Anggun yang hanya menggunakan pakaian dalam. Istrinya itu telah membersihkan diri terlihat dari rambutnya yang masih basah dan wangi sabun serta shampo yang menyerbak di kamar mereka.
Melihat pemandangan indah itu pun, Si Junior milik Rico terbangun dari tidur dan sedang meronta-ronta ingin keluar dari peristirahatannya untuk mencari tempat persinggahan yang nyaman.
‘Kenapa kamu suka terbangun disaat yang tidak tepat,’ racau Rico dalam hati sembari menunduk ke arah si Junior berada.
Bugh!
Satu bantal melayang ke wajah Rico. “Dasar mesum!” teriak Anggun.
“Sutts!” titah Rico agar Anggun jangan berteriak. “Kamu yang teledor, kenapa tidak mengunci pintu. Aku baru saja masuk tidak tahu apa-apa tapi sekarang aku jadi tahu apa-apa,” goda Rico sembari melangkahkan kakinya mendekati Anggun.
“Hus, hus, jangan mendekat!” usir Anggun kepada Rico sembari mengambil bathrobe yang ada di atas kasur dan langsung memakainya dengan cepat.
“Kamu selalu saja menggodaku,” tutur Rico dan kemudian menarik pinggang Anggun.
Rico mendekatkankan indra penciumannya di leher jenjang nan putih milik Anggun. Dia menghirup wangi tubuh Anggun dan mengecup singkat leher tersebut.
“Euh,” desah Anggun muncul dari bibirnya yang ranum.
Ada seringai senyuman licik dari bibir Rico pada saat mendengar desahan keluar dari mulut Anggun. “Aku tahu kamu juga menikmatinya, ‘kan? Tubuhmu saja merespon apa yang aku lakukan kepadamu. Jadi kamu tidak usah menolakku lagi, kita buat dede bayi sekarang,” tutur Rico sembari memeluk Anggun dan tidak membiarkan wanita itu menjauh dari tubuhnya.
Mendengar perkataan Rico tiba-tiba Anggun tersadar dari sensasi stimulasi yang diberikan oleh Rico kepadanya.
Bugh! Tiba-tiba Anggun menendang senjata pusaka milik Rico dengan lututnya.
“Akh, kamu gila, Anggun. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Juniorku, kamu tidak akan mendapatkan kenikmatan yang hakiki dariku,” racau Rico merintih kesakitan sembari memegang senjata pamungkasnya.
“Heuh, memang siapa yang mau merasakan juniormu. Paling yang bersedih itu istri sirimu bukan aku,” sahut Anggun dengan lantang.
Tiba-tiba Risa ibunda Rico masuk ke dalam kamar karena mendengar teriakan Anggun dan Rico. Dia merasa khawatir Jika Rico dan Anggun bertengkar.
“Kenapa kalian? Tadi mamah mendengar Anggun yang berteriak dan kemudian kamu, Rico. Apa yang terjadi?” tanya Risa khawatir.
“Kami sedang bercanda, Ma. Tiba-tiba kakiku mengenai, anunya Mas Rico. Ini aku baru mau meminta maaf kepada Mas Rico,” tutur Anggun sembari menghampiri Rico.
“Mas Rico tidak apa-apa?” tanya Anggun sembari memeluk dan mengusap-ngusap punggung suaminya.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.
“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.
“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.
“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.
“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.
Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”
“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”
Wajah Anggun tampak pucat karena ketakutan. Rico pun membisikkan lagi di telinga Anggun, “Sayang, kamu tidak bisa lolos lagi. Tenang saja, aku akan melakukannya pelan-pelan. Ayo sekarang sentuhlah, aku milikmu malam ini!”
Author Note:
Gaes ini mau ditancapkan saja atau enggak ney, up lagi atau udah aja hahaha. selamat mesem-mesem.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar
“Mama sudah tidur, jangan berteriak seperti anak kecil. Kamu jangan khawatir aku tidak akan memperlakukanmu dengan kasar. Aku akan melakukannya dengan lembut,” ujar Rico yang kemudian meraup bibir Anggun dengan rakus.Air mata Anggun keluar dari ujung kedua matanya. Sedang Rico tidak memperdulikan itu, dia terus mencumbui bibir istrinya itu dengan mesra dan tangannya mulai masuk ke dalam kaos yang Anggun pakai. Dia mengangkat penyangga aset kembar Anggun dan kemudian jarinya itu memainkan benda yang masih kenyal dengan lembut.“Mas kamu gila, jangan lakukan itu kepadaku,” tutur Anggun sembari menangis dengan menggerak-gerakan kakinya.“Malam ini kamu tidak akan lepas dariku, Istriku,” tutur Rico.Pada saat Rico akan mencicipi aset Anggun yang putih, bersih dan kenyal. Tiba-tiba telepon genggam Rico berdering tiada henti.“Shit,” ump
~Di dalam kamar~“Apa maksudmu mengirim foto-foto dan video ke Nisa. Apa kamu ingin kami bertengkar dan bercerai? Jika itu keinginanmu, usahamu akan sia-sia. Aku tidak menyangka jika kamu wanita picik. Apabila kamu cemburu kepada Karin, mengapa harus bawa-bawa Nisa?” tanya Rico mengintimidasi.***“Heuh.” Anggun terpengarah dengan perkataan Rico. Dia tidak menyangka bahwa ada manusia yang percaya dirinya tingkat dewa. Anggun bernapas dengan kasar dan menatap malas ke arah Rico.“Mas, sebentar-sebentar! Apa aku tidak salah mendengar? Aku seorang Anggun, wanita populer di kampus dengan tingkat IQ genius, harus cemburu kepada wanita seperti Karin! Kepada Nisa saja istri sirimu aku sama sekali tidak cemburu apalagi Karin. Aku hanya akan cemburu kepada wanita baik-baik dan berakhlak. Dan dengarkan baik-baik, kamu tidak pantas aku cemburui karena kamu bukan pria yang aku cinta
~Di ruang makan~Kini semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk makan siang.“Rico, Anggun. Besok Kakek akan mengadakan rapat dengan seluruh dewan direksi di kantor pusat jadi Kakek akan ikut dengan kalian ke Jakarta. Dan, selama di Jakarta Kakek akan tinggal di rumah kalian.”“Apa?” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Kakek, biar aku saja yang mewakili rapat dengan dewan direksi. Kakek harus banyak beristirahat. Aku tidak mau kakek kenapa-napa!” bujuk Rico.“Kenapa? kamu tidak suka jika Kakek tinggal di rumahmu?” tanya sang kakek.***“Bu-bukan begitu, Kek,” sahut Rico terbata-bata.“Apakah kalian menyembunyikan sesuatu?” tanya sang kakek penuh curiga.“Ti-tidak,” sahut Rico dan Anggun bersamaan.“Ka
Setelah beberapa menit, Anggun kembali masuk dengan membawa es batu dan handuk kecil.“Duduklah!” titah Anggun kepada Rico.Rico menuruti perkataan sang istri. Anggun pun mengompres memar-memar di wajah Rico dengan telaten dan lembut.Rico tak henti melihat wajah Anggun yang cantik dan menggemaskan. Di balik wajah yang feminim terdapat jiwa yang maskulin. Dia semakin penasaran dengan istrinya itu. Selain genius, cantik, pintar memasak ternyata dia juga bisa bela diri. Sungguh wanita sempurna. Diam-diam Rico mulai mengagumi istrinya itu. ‘Lalu apa kekurangannya?’ tanya Rico dalam hati. ‘Mungkin kekurangannya adalah mendapatkan suami brengsek sepertiku. Aku semakin tidak rela melepaskanmu untuk pria lain. Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Anggun. Aku akan membuatmu mencintaiku. Tunggu saja tanggal mainnya!’ racau Rico dalam hati.“Bagaimana Nisa?” tany
“Apa sih?” tanya Anggun kesal kemudian melihat ke arah Rico. Anggun tiba-tiba terperangah, mulutnya menganga melihat Rico yang terlihat seksi.Rico tahu jika Anggun menyukai tubuhnya, dia dengan sengaja mengibas-ngibas rambutnya yang masih basah. Dan kemudian menghampiri Anggun bak model pria yang sedang berjalan di catwork.Anggun menelan salivanya berulang kali, dia benar-benar kagum dengan tubuh Rico yang tinggi tegap dengan dada bidang dan perut kotak-kotak seperti roti sobek. Repleks tangan Anggun menyentuh perut Rico.“Sentuhlah aku!” bisik Rico di telinga Anggun.Anggun tersenyum dan kemudian berbisik, “Yakin, kamu mau aku sentuh!” telunjuknya mulai bermain-main di area perut Rico yang sixpeck.Seringai senyum tampak di wajah Rico yang tampan. Ketika Rico akan menyecap bibir Anggun yang ranum tiba-tiba Anggun menarik tangan Rico dan memb
Sarapan pagi buatan Anggun dengan bahan-bahan sehat tanpa pengawet akhirnya selesai. Bi Darmi membantu Anggun menghidangkan makanan. Bi Darmi sangat bersyukur karena istri syah dari Tuan Rico sangat baik berbanding terbalik dengan istri siri tuannya. Baru ditinggal semalam saja sudah membawa teman-temannya ke rumah sembari mabuk-mabukan.Anggun mengambilkan makanan untuk sang kakek lebih dulu kemudian untuk suaminya.“Sayang, aku mau disuapi. Tanganku sakit! Jika kamu tidak menyuapiku, aku tidak mau makan,” tutur Rico kepada Anggun dengan manja.“Baiklah, apa sih yang enggak untuk suamiku,” sahut Anggun dengan nada lembut namun tatapan yang menakutkan.***Rico tersenyum penuh kemenangan, pasalnya Anggun tidak akan berani berbuat macam-macam di depan sang Kakek. Anggun pun tersenyum kepada suaminya dan dia bersiap-siap untuk mengerjai Rico karena pikirnya
“Jika bukan karena ada Kakek yang memperhatikan, najis tralala harus mencium dan berkata lembut kepada pria menyebalkan seperti Mas Rico!” monolog Anggun sembari mengusap bibirnya dengan tisyu.Anggun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ingin meluapkan rasa kesalnya. Dia merasa sedang terjebak dalam persyaratan yang dia buat. Maksud hati mengadakan perjanjian tersebut agar Rico tidak menyentuhnya sama sekali tetapi tetap saja dia selalu menciumnya dengan dalih keadilan atas perbuatan pria tempo hari. Ingin rasanya dia terbebas dari pernikahan yang tidak berlandaskan dengan cinta tersebut. Namun, dia bingung bagaimana caranya?‘Sialan, Mas Rico benar-benar licik,’ ungkap Anggun dalam hati.Anggun mendadak menghentikan mobil yang dikendarainya karena ada sebuah kendaraan motor sport menyalip dan berhenti di depan mobilnya. Pria tersebut membuka helmnya.
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad