“Aku tidak akan menyesal kehilangan semua hartaku. Lagi pula, kita belum menandatangani surat perjanjian tersebut. Aku suamimu dan berkewajiban memberikan nafkah batin kepadamu. Aku mau meminta hakku malam ini kepadamu, Istriku!”
***
“Mas, Mas, woi Mas nyebut!” tutur Anggun dengan wajah tegang karena takut.
“Nyebut apa, Sayang!” bisik Rico dicampur desahan di telinga Anggun.
“Mama …,” teriak Anggun dengan mata berkaca-kaca. “Ampun Mas, cepatlah bangun dari tubuhku. Badanmu itu berat sekali,” racaunya sembari meronta-meronta agar terbebas dari kurungan tubuh Rico.
Rico menahan kedua lengan Anggun dengan kencang, kemudian dia memajukan wajahnya untuk meraih bibir ranum wanita yang berada di bawahnya itu.
Mata Anggun membulat dan tanpa aba-aba dia meniup mata Rico dengan kencang. “Pait, pait, pait. Pergi! aku masih suci dan tidak boleh ada pria yang menyentuhku selain suamiku,” teriaknya dengan napas terengah-engah.
“Hempt.” Rico berusaha menahan tawanya namun ternyata tidak bisa. Dia tertawa lepas dan terpingkal-pingkal mendengar ocehan istrinya itu dan melepaskan genggamannya sembari beranjak dari tubuh indah milik Anggun.
“Hahaha, dengarkan aku, ya, wanita suci. Aku ini suamimu, suami yang syah baik menurut agama maupun hukum. Jadi, sebenarnya aku bebas melakukan apapun kepadamu. Dan, jika kamu menolak keinginanku maka kamu akan berdosa,” ceramah Rico kepadanya.
“Tapi kan, aku tidak mencintaimu. Kamu juga telah menyutujui di persyaratan bahwa kamu tidak akan menyentuhku.”
“Hahaha, kamu bukan tipeku. Jadi jangan khawatir! Hanya Nisa yang aku anggap sebagai istri. Kamu? Hanya benalu yang hinggap di kehidupanku, paham!” tutur Rico sembari melangkahkan kakinya keluar kamar Anggun.
“EGP! Baguslah, berarti kamu beruntung punya benalu yang cantik jelita seperti aku, weks!” teriak Anggun dengan emosi.
Rico pun menutup pintu kamar Anggun dan kemudian pergi ke kamarnya. Rico mengganti pakaiannya dengan piyama tidur dan kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur.
Pada saat dia memejamkan mata, wajah Anggun selalu hadir di pikirannya. Dia pun teringat dengan celotehan lucu yang dilontarkan oleh bibir mungil dan ranum milik Anggun. Dia tertawa sendiri membayangkan tingkah laku istrinya itu. Dan tidak sengaja tubuh indah nan seksi milik Anggun melintas di bayangannya tanpa permisi. Sang Junior yang sudah jinak dan tertidur kini terbangun kembali dan berdiri tegak bak tugu monas.
“Kamu bangun pada saat yang tidak tepat, Junior. Besok saja di kantor pada saat sedang bersama Nisa. Mulai besok kamu bebas bercinta siang dan malam dengan Nisa. Dia akan tinggal di rumah ini bersama kita. Akhirnya, aku bisa merasakan menjadi seorang suami. Tidur ada yang menemani, makan ada yang menghidangkan, mandi pun ada yang mandiin, Yuks kita tidur, Junior!” ajaknya kepada sang benda pusaka miliknya.
Semakin dia berusaha mengusir Anggun dari pikirannya maka semakin terbayang pula wajah dan tubuh indah milik wanita yang dia bilang sebagai benalu. Sungguh dia merasa tersiksa dengan Si Junior yang enggan tidur dan beristirahat dengan tenang. Dengan berat hati dia masuk ke kamar mandi kemudian menjinakkan miliknya itu dengan kekuatan sepuluh jari.
“Punya istri dua tapi tetap saja kamu harus merasakan cengkraman jari-jariku, Junior. Maafkan aku!” monolognya pada dirinya sendiri.
~Di dalam kamar Anggun~
“Enak saja bilang aku benalu, mana ada benalu seperti aku. Sudah baik, cantik lagi. Coba kalau bukan karena aku, mana mungkin dia bisa bersama dengan istri sirinya. Heuh, menyebalkan. Tampang oke, badan keren, sayang mulut itu cowok lemesnya kagak ketulungan. Sudah akh, mending tidur. Mubazir, gibahin cowok enggak berakhlak seperti Si Rico. Sebelas, dua belas donk aku sama dia, jika aku terus mengumpatnya. Ikh, amit-amit,” racaunya sembari bergidik.
***
Anggun sudah terbangun pagi-pagi sekali, karena ada kuliah pagi. Namun, sebelum mandi dia membuat sarapan terlebih dahulu untuk dirinya sendiri.
Wangi masakan Anggun tercium di indra penciuman Rico yang masih tertidur di dalam kamarnya. Dan, kebetulan juga cacing pita di dalam perutnya telah meronta-meronta meminta segera diisi makanan. Dia pun mencuci mukanya kemudian turun ke bawah dan pergi ke ruang makan.
Rico penasaran sebenarnya siapa yang memasak? baru kali ini dia mencium aroma masakan yang memanjakan indra penciumannya. Dia pun lantas pergi ke dapur, dan betapa terkejutnya pada saat dia menemukan sosok wanita yang mengenakan daster berwarna kuning dengan bagian pundak satu tali yang menampakan keindahan kulit putih dan bersih.
“Seksi,” bisik Arnold dengan pelan nyaris tak terdengar.
“Heh, mau apa kamu ke sini, Mas? Ganggu konsentrasi memasakku saja,” ketus Anggun yang masih merajuk karena disebut benalu oleh Rico.
“Kamu, masak apa sih? Kamu tahu, masakanmu itu bau busuk. Tidurku terganggu karena aromanya,” ucap Rico berbohong untuk mempertahankan harga diri.
“Idiii…h, ini orang ya! sudah dibantuin masih aja mulutnya lemes. Minggir!” senggol Anggun kepada Rico.
“Mau dibawa kemana makanan itu?” tanya Rico dengan ketus sembari tolak pinggang.
“Mau dimakanlah, biar enggak bau busuk! Aku akan habiskan nasi goreng ini dengan segera,” sahut Anggun sembari melangkahkan kakinya ke meja makan.
Sedangkan Rico hanya bisa memelas dalam hati, pasalnya dia ingin sekali mencicipi nasi goreng buatan Anggun yang sangat menggiurkan tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Rico pun mengambil segelas air mineral dan kemudian duduk di meja makan tempat Anggun sedang melahap nasi goreng. Dia benar-benar sedang mengasihani dirinya sendiri pasalnya dia ingin mencoba masakan tersebut. Air liurnya hampir saja menetes tetapi keburu dia tutupi dengan meminum air putih dalam gelas yang sedari tadi berada di genggaman tangannya.
Pada saat Anggun memasukan nasi goreng itu ke dalam mulutnya, tak sengaja Rico tiba-tiba latah dan mengikuti gerakan bibir Anggun yang terbuka lebar untuk menyantap nasi goreng tersebut. Anggun mengetahui hal itu, kemudian dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur.
“Ini makanlah!” tutur Anggun sembari memberikan sepiring penuh dengan toping telur mata sapi dan udang crispy.
“Tidak! Aku takut sakit perut jika memakan masakanmu,” tutur Rico masih mempertahankan gengsinya.
“Ya sudah, aku kasih Bi Darmi saja kalau kamu tidak mau.”
“Eh, jangan sampai Bi Darmi sakit. Biar aku saja yang berkorban untuk Bi Darmi. Tubuhku sudah aku asuransikan,” ujar Rico sembari mengambil piring dari tangan Anggun.
“Terserah!” sahut Anggun dengan kesal dan kembali ke tempat duduknya.
Rico memakan nasi goreng buatan Anggun dengan lahap. Dia baru menyadari bahwa wanita yang duduk di depannya ini masakannya sangat enak. Dia mengakui dalam hatinya jika Anggun adalah sosok wanita sempurna. Selain pintar, cantik dan dia juga pandai memasak. Suaminya pasti beruntung mendapatkan istri seperti Anggun.
‘Eh, tunggu-tunggu bukankah aku suaminya?’ tanyanya pada diri sendiri. ‘Berarti secara tidak langsung aku mengakui bahwa diriku adalah orang yang beruntung mendapatkan Anggun,’ tuturnya dalam hati.
Melihat Rico sudah menghabiskan sarapannya, Anggun berinisiatif untuk mengambil dan mencuci piring yang telah mereka gunakan.
Anggun menghampiri Rico, dan tak sengaja mata Rico membelalak melihat puncak dada Anggun yang tercetak dengan jelas di daster yang sedang dikenakan oleh istrinya itu.
Plak! Tiba-tiba pipi Rico terasa perih oleh tamparan Anggun.
“Kenapa kamu menaparku?” tanya Rico heran.
Anggun menghampiri Rico, dan tak sengaja mata Rico membelalak melihat puncak dada Anggun yang tercetak dengan jelas di daster yang sedang dikenakan oleh istrinya itu.Plak! Tiba-tiba pipi Rico terasa perih oleh tamparan Anggun.“Kenapa kamu menaparku?” tanya Rico heran.***“Ups, ada nyamuk hinggap di pipimu, Suamiku,” tutur Anggun sembari mendelikkan matanya.Anggun pun pergi ke dapur untuk menyimpan dan mencuci piring kotor yang telah mereka gunakan. Namun, sembari membersihkan piring tersebut dia berkeluh kesah karena kesal.“Anggun, masakanmu bau busuk takut aku sakit perut jika memakannya, tahu-tahu satu piring penuh habis. Sudah gitu, matanya nakal harus di colok pakai koas. Berani sekali dia melihat aset kembar berharga milikku. Kenapa juga aku harus lupa tidak menggunakan bra? Rugi aku!” tutur Anggun bermonolog pada
Setiba di kantor, Nisa sudah menyambutnya dengan senyuman manis yang menentramkan kalbu. Rico pun membalas senyuman itu sembari mengecup kening Nisa dengan penuh cinta dan kasih sayang.“Selamat pagi, Sayang. Bagaimana persoalanmu dengan Anggun?” tanya Nisa dengan tatapan nanar dan penuh ke khawatiran.“Semua sudah selesai, aman!” sahut Rico sembari memeluk Nisa.“Syukurlah, aku semalaman tidak bisa tidur. Aku teringat kepadamu dan Anggun. Kita juga tidak bisa menyalahkan dia, karena dia tidak tahu apa-apa. Dan wajar saja apabila dia kecewa atau marah kepada kita,” papar Nisa menjelaskan.“Tidak, dia tidak marah. Dia mengerti bahkan kamu mulai hari ini bisa tinggal di rumahku. Dan apabila ada teman-temannya datang ke rumah, kita harus berpura-pura menjadi kakak dan kakak iparnya. Dia tidak mau kita berdua berpisah, untuk sementara waktu dia masih bisa bermain
“Anggun!” panggil seseorang dari kejauhan.Anggun menolehkan kepala ke sumber suara dan ternyata Rico sudah datang ke kampusnya. Semua mahasiswi berteriak melihat Rico yang keluar dari mobil dengan menggunakan kaca mata hitam.Sengaja sebelum menemui Anggun, dia merapikan diri di dalam mobil agar terlihat lebih tampan daripada pria yang sedang berbincang dengan Anggun. Rico pun melangkahkan kaki ke arah Anggun sembari membuka kaca mata hitamnya.“Anggun, kamu sedang berbicara dengan siapa?” tanya Rico dengan posesif.“Perkenalkan ini—”Belum selesai Anggun melanjutkan perkataannya dosen killer itu sudah mengulurkan tangannya kepada Rico untuk berjabat tangan.“Saya Vino Dosennya Anggun. Anda?” tanya Vino dengan tegas.Deg! Tiba-tiba jantung Anggun berdegup kencang pasalnya dia takut Ri
"Siapa anda berani-beraninya melarang saya? Maaf Anggun adalah kekasih saya, jadi saya berhak membawanya dari kalian berdua," tutur pria asing tersebut."Kamu hanya kekasihnya sedangkan saya—”Belum menyelesaikan ucapannya, Anggun memotong perkataan Rico."Dia adalah kakakku, jadi Mas Rico lebih berhak terhadapku. Ayo, Mas!" ajak Anggun sembari memegang tangan Rico dengan posesif.Rico pun melambaikan tangannya dan tersenyum mengejek kepada dua orang pria yang sedari tadi ingin mencuri perhatian Anggun.Pada saat tangan Rico dipegang sangat erat oleh Anggun, bibirnya tak berhenti tersenyum. Dia tidak menyangka bahwa Anggun akan memilihnya. Jiwa yang sedang diselimuti amarah perlahan berangsur mereda.Anggun membawa Rico masuk ke dalam mobil. "Mas dengankan aku! demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan pria barusan maupun dengan pria la
“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata yang berkaca-kaca.***“Mau kemana kamu?” tanya Rico menyusul Anggun keluar dari mobil.Anggun tidak meghiraukan perkataan Rico, dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sangat kesal dan sakit hati dengan tingkah laku Rico yang memperlakukannya sangat kasar. Dari kecil dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya sedangkan oleh seorang Rico dia diperlakukan semena-mena.“Berhenti!” bentak Rico.Anggun pun menghentikan langkahnya dengan berderai air mata. Dan, Rico berjalan dengan cepat untuk menghampiri Anggun. Dia membalikk
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.***Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
~Keesokan harinya~Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lak
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’***Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad