Beranda / Pernikahan / WANITA YANG KAU HINAKAN / BAB 112. Melawan Mbak Asih.

Share

BAB 112. Melawan Mbak Asih.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-09 05:13:14

“Danu suamiku, Mbak. Sekarang aku sudah menjadi istrinya jadi kalau Mbak Ning dan yang lainnya tidak bisa menghormati suamiku maka aku juga tidak akan bisa menghormati kalian.”

“Kami ini keluargamu. Kalau ada apa-apa kami yang maju lebih dulu, Ta. Sedang Danu hanya orang lain?” bentak Mbak Susi.

“Memang benar, Mbak. Mas Danu orang lain yang sudah ditakdirkan jadi jodohku maka aku wajib menjaga maruahnya. Sekarang kalau pertanyaannya dibalik. Apa Mbak Susi juga akan mengabaikan suami demi saudara. Suami Mbak Susi juga orang lain, loh?” tanyaku telak bisa-bisanya Mbak ngomong begitu tanpa memikirkan tersinggung atau tidaknya diriku.

“Kamu sekarang sudah berani ya Ta, melawan kami, awas saja kamu kalau ada apa-apa jangan minta sama kami!”

“Mbak Susi yang buat aku begini dan dari aku menikah pun tidak pernah meminta apa pun pada kalian. Meski hidupku susah!” Kututup telepon dengan hati panas. Mereka bukannya introspeksi diri malah menyalahkan Mas Danu.

Ting!

Satu pesan mendarat dari nomor
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuyun Naryuni
bs stress mgkn aq klo py keluarga spt Ita untung suami dan orang tua kandung Ita slalu mendukung Ita sabar Ita....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 113. Berperilaku baik dikelilingi orang baik.

    Tangisan Kia membangunkan tidur siangku. MasyaAllah aku tertidur saat mendengarkan celotehan Mbak Asih yang seperti orang kesurupan tadi.Segera kususui Kia, dan kulirik jam ternyata sudah pukul 13.13 WIB.Setelah Kia tenang dan kenyang aku ajak turun dan kutaruh di bawah, kuberi biskuit Milna dan segera aku ambil makan siang lalu siap-siap ke sawah Bulek Minah.Tepat jam 2 siang aku berangkat. Kukayuh sepedaku sekuat tenaga aku tidak ingin kepergok Mbak Asih. Dia benar-benar kehilangan akal. Demi duit 300 ribu rupiah saja rela mengganggu ketenangan orang lain. Mungkin kalau orang lain akan melawan bahkan melaporkan pada yang berwajib. Masih untung iparnya aku.Walaupun aku sekolah hanya lulusan SMA masalah begitu aku tahu, hanya saja aku memilih diam.Hamparan sawah yang mulai menguning menyejukkan pemandangan, ditambah segarnya angin yang bertiup membawa aroma alam membuat siapa pun betah di sawah dan juga takjub akan ciptaan-NYA.“Assalamu’ailikum ... Bulek!” teriakku.Bulek Minah

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 114. Mereka tak ada kapok.

    “Iya, Mas, jadi. Alhamdulillah. Maaf ya, menunggu lama.”“Tidak apa-apa, kalau datang tadi juga banyak debu karena mindah-mindahin barang. Kasihan Kia.”“Ya sudah, Mas salat Maghrib dulu," titahku.Aku masuk ruko sudah lumayan rapi, pasti ini kerjaan Joko. Lalu aku naik ke lantai dua. Ada kasur lantai baru dan juga bantal tersusun rapi di pojok ruangan. Lainnya untuk tempat barang-barang.Alhamdulillah. Aku berkali-kali berucap syukur. Allah maha segalanya siapa yang tahu aku yang setiap hari dicaci maki karena miskin sekarang mulai menapaki kehidupan yang lebih baik.Kuambil ponsel dari tasku. Ini adalah tas satu-satunya yang aku punya. Karena semua barang-barangku ikut terbakar kemarin.Benar saja Mbak Asih yang telepon ada juga Wak Tono. Ada apa lagi beliau menelepon. Seketika aku jadi ingat unggahan setatus kawan di FB. Katanya jangan cari saudara cari saja uang yang banyak nanti juga semua orang ngaku saudara.“Dik, besok kita buat acara pengajian di rumah untuk pembukaan toko k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 115. Mas Danu hilang kesabaran.

    “Apa ada lagi, Wak?” Aku heran kenapa Mas Danu malah bertanya seperti itu.“Ada ... ini Dan ....” Wak Tono memperlihatkan sebuah catatan dari buku besar yang diambilnya dari tas.“Nah, ini kamu kan, nunggak bulan sebelum kamu izin keluar itu 500 ribu rupiah, bulan yang kamu izin keluar 500 ribu rupiah, bulan setelahnya juga 500 ribu rupiah, ditambah bulan ini 500 ribu rupiah.” Wak Tono sangat bersemangat menjelaskan pada kami.“Ada lagi, Dan. Dipotong untuk uang kas 300 ribu rupiah, uang untuk ketua 200 ribu rupiah, untuk bendahara 200 ribu rupiah.”“Katanya ini udah dipotong biaya admin, Wak?” tanyaku.“Memang, biaya admin itu diluar ini semua. Nah, ada satu lagi Dan. Besok kan, kita mau ada acara kumpulan keluarga acara tahunan kita setiap KK wajib bayar 700 ribu rupiah ini untuk konsumsi, dan ongkos kita mau adain jalan-jalan ke pantai menginap satu malam. Kamu kan dua KK sama ibumu jadi kami kurang 700 ribu lagi.”Aku dan Mas Danu manggut-manggut. Kalau aku sendiri maksud arah p

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-11
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 116. Sumpah serapah.

    Tanpa menjawab makian ibu, Mas Danu menutup pintu kuat sekali.“Aku sumpahin miskin terus kamu, Dan! Lihat saja omonganku ini bakalan jadi kenyataan!” teriak Wak Tono dari luar.Tak lama terdengar keributan ada suara Mbak Asih juga Mas Roni. Pasti mereka baru pulang dagang.“Ayo, Dik, tidur!” ajak Mas Danu.“Astahgfirullah. Sampai Mas, begini tidak bisa mengendalikan emosi.”“Mas, duduk dulu, aku ambilkan minum.” Gegas kuambil minum, aku tidak menyangka Mas Danu akan marah begitu. Dia selama ini hanya diam saat dihina.“Ini Mas, diminum dulu. Sabar, Mas. Kalau Mas main kasar begitu aku takut Wak Tono akan semakin brutal balas dendam. Kakimu kan, belum sepenuhnya sembuh, Mas,” kataku mencoba menenangkan hatinya.“Laki-laki punya cara sendiri untuk mempertahankan harga dirinya, Dik. Kalau mereka mau main keroyok itu urusan nanti yang penting sekarang Wak Tono sudah tahu bahwa aku pun bisa marah dan kasar bila terus dipojokan.” Kalau sudah begini aku lebih memilih diam.Aku mengiyakan sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-11
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 117. Diremehkan.

    “Aku pamit ya, Dan.” Kami mengangguk saja saat Joko pamitan pulang. Aku fokus pada rombongan ibu.“Assalamualaikum ....” ucap rombongan ibu serempak.“Wa’alaikumsalam ....”Setelah cipika-cipiki kami duduk melingkar. Kia tampak senang karena rumah ramai dia diajak main sama Dafa anak Mbak Nur.Sepertinya ibu mengerti kebingunganku beliau langsung angkat suara. “Tadi Ibu sama Bapak mau naik bus, eh ... Mbak-mbak kamu mau ikut. Ya, sudah sekalian saja.”“Memang kamiu enggak boleh ke sini, Ta?” tanya Mbak Nur jutek.“Boleh, Mbak ... malah kami senang,” jawab Mas Danu.“Halah bersandiwara ... palsu!” sahut Mbak Ning. Bapak langsung melototi Mbak Ning.“Sebenarnya kami memang hanya mengundang Ibu dan Bapak saja, karena acara syukuran biasa, enggak mewah, tapi kalau Mbak semua ke sini dengan senang hati kami menyambut. Iya, kan, Dik?” Mas Danu menyenggol lenganku.“Eh, iya. Tentu saja. Aku hanya takut terjadi keributan saja,” jawabku jujur.“Kamu kira kami orang enggak punya adab, Ta? Mai

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 118. Rezeki atau?

    “Cukup kalau kita bersyukur, kurang kalau kita selalu mengeluh dan membandingkan dengan yang lain,” ucap bapak menengahi.“Tapi, Pak, yang bener aja dong, masa rumah begini cukup. Nanti pelanggan-pelanggan Danu di pasar ngira Danu ini big bos, enggk tahunya rumahnya geribik gini,” kata Mbak Susi.“Big bos apaan sih, Sus. Kali hanya sewa toko biasa itu yang di tengah pasar,” ucap Mbak Ning, ketus.“Iya, bener juga kata, Mbak Ning,” sahut Mbak Susi lagi.Bapak dan ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya yang julid.“Ya, sudah nanti malam sebelum pulang mampir dulu ke lapak kami, Mbak,” kataku.“Tuh, kan, lapak. Ih, begitu saja susah amat ngomong dari tadi. Ruko-ruko aja ngakunya,” cemooh Mbak Nur.“Terserah, Mbak, sajalah,” kataku kesal.“Sudah mau asar, Ta. Kok, belum mulai masak. Sudah sana masak biar kami yang jagain Kia. Nanti keburu Maghrib belum siap yang untuk kenduri malah repot kamunya,” suruh Mbak Nur.“Kami enggak masak, Mbak . Sudah ada yang masak,” jawab

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 119. Nyinyir, tapi mau.

    “Nih, Ta. Kami belum narik uang. ATM di sini juga jauh jadi, kami kasih segini yaaa ... semoga bisa membantumu,” ucap Mbak Ning. Mereka memberiku masing-masing 1 juta rupiah.Aku bingung antara diambil atau tidak. Kalau Kakak-kakakku jika sudah memberi tidak akan pernah memintanya lagi, tapi aku takut mereka mengungkit dan menyakiti hati Mas Danu seperti yang sudah-sudah. Sedangkan ibu dan Mbak Asih, jika sudah memberi akan merongrong minta ini dan itu sebagai imbalan.Kulirik ibu, beliau menggeleng. Oke, itu artinya ibu tidak setuju. Kulihat Mas Danu, dia diam saja terlihat sangat pasrah. Aku paham, karena kalau menolak pun tidak bisa. Sudah di depan mata.“Malah bengong! Ini ambil!” titah Mbak Susi.“Bengong saking herannya karena enggak pernah lihat duit segini banyak, mana pernah Ita punya duit segini banyak sejak menikah. Suaminya kan, hanya kuli bangunan.” Nah, kan, Mbak Nur kumat.“Aduh ... Maaf sebenarnya memang kami bingung sekali. Kami tidak mengadakan acara apa-apa hanya ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 120. Iri Bos!

    “Iya, bener. Masih kalah sama keteringan langgananku. Per porsi saja harganya mahal. Ini masakan kampung pasti harganya juga murah,” jawab Mbak Nur. Mulutnya sibuk mengunyah makanan.“Tidak baik mengolok-olok makanan apalagi kita sedang memakannya nanti jadi lemak semua,” ucap bapak. Beliau memang paling paham kebiasaan kakak-kakakku mereka akan diet ketat setelah makan banyak. Kalau sudah disinggung tentang lemak mereka akan diam. Entah kenapa, aku juga tidak paham.“Hem ... Bapak, memang paling baik hati selalu ngingetin anaknya untuk diet,” sambung Mas Danu.Bapak dan Mas Danu terkekeh-kekeh, aku pun sebenarnya ingin tertawa, tapi kutahan.Alhamdulillah acara syukuran berjalan lancar semua undangan hadir mereka memberikan doa untuk kelancaran dan keberkahan usaha kami.Makanan habis tidak bersisa barang nasi sebutir pun. Semua saudaraku ikut bawa pulang makanan kampung ini, sisanya dibawa ibu semua. Aku dan Mas Danu bersyukur ternyata mereka doyan makanan orang kampung.Gampang bes

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13

Bab terbaru

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 203. Ending.

    ~k~u 🌸🌸🌸“Mas, siapa perempuan ini?” Akhirnya kutanyakan langsung foto yang tadi siang dikirim oleh paman.Mas Danu mengerutkan keningnya matanya menatapku penuh selidik.“Ini nomor Paman Mas, lihat tuh, WA-nya dari atas,” jelasku. Mas Danu memang tidak paham jika pakai smartphone.“Ini dikirim tadi pagi kenapa enggak bilang langsung, Dik?”“Gimana mau bilang kan, Mas sibuk di toko.”“Siapa wanita berbaju orange itu, Mas?” cecarku.“Itu ... em, tapi kamu jangan marah, ya?” Mendengar jawaban Mas Danu justru aku semakin takut. Takut kalau apa yang aku pikirkan benar.“Jawablah, Mas jangan berkelit gitu.”“Namanya Maya, dia teman sekolah Mas waktu SD. Waktu itu tanpa sengaja bertemu di toko. Setelah pertemuan pertama dia sering datang dan banyak bercerita tentang rumah tangganya ....” Mas Danu menjeda ceritanya.Aku sudah berkeringat panas padahal suhu udara malam ini dingin karena tadi sore hujan sangat deras dan sekarang pun masih gerimis kecil.“Karena Mas kasihan makanya Mas seri

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 202. Mengusir benalu.

    “Enggak bersih berarti tidak ada acara masuk rumah.” Mamah Atik ikut menimpali.“Apa ini sudah cukup, Bu?” tanya Evi memperlihatkan irik yang berisi pucuk daun singkong.“Belum! Petik yang banyak, di rumah banyak orang jadi banyak juga yang makan kalau cuma segini habis sama kamu aja!” Mamah Atik pun tidak kalah sengit memarahi Evi.“Aku adukan kalian sama Mas Danu biar kapok!” Ancam Evi.“Adukan saja sana! Danu tidak akan pernah ambil pusing,” jawab Mamah Atik.“Paman, jangan main HP terus nanti HP-nya masuk parit kami lagi yang disalahin dan suruh ganti,” kataku agak kuat karena jarak kami lumayan jauh.“Eh, iya, Ya. Ini aku hanya kirim pesan pada Danu saja,” jawab paman.Benar saja setelah kucek ponsel Mas Danu yang ada di saku celanaku ternyata ada pesan masuk lagi dari paman.[Keputusanmu akan menentukan nasib rumah tanggamu, Dan. Cepat katakan iya atau tidak!]Lagi hanya kubaca saja. Aku tidak berminat sama sekali untuk membalas.“Sudah ada gledek, tuh! Buruan nanti keburu turun

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 201. Mungkinkah?

    🌸🌸🌸Hidup sejatinya adalah perjalanan. Sekarang tergantung kita mau pilih jalan yang mana. Di depan sana ada banyak sekali rintangannya. Berkelok-kelok, lurus mulus, licin berlumpur atau naik turun.Aku menghela nafas berat saat membaca pesan dari paman Mas Danu. Pesan itu langsung kuteruskan ke ponselku.Paman Mas Danu sebenarnya belum selesai berbicara dengan Mas Danu hanya saja tadi tiba-tiba Joko menelepon ada pelanggan tetap mau belanja bulanan dan jumlahnya sangat banyak. Makanya Mas Danu buru-buru pergi ke toko.Paman dan juga Evi kami persilakan untuk menunggu di rumah. Bagaimana pun juga mereka adalah tamu.‘... Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya .... HR. Bukhari dan Muslim.Aku memang bukan seorang yang mulus tanpa dosa, tapi aku akan selalu berusaha berbuat baik pada siapa pun meski dianggap bodoh.Bapakku selalu berpesan untuk selalu berbuat baik meski kita dimanfaatkan, meski kita tidak dianggap. Karena kebaikan itu aka

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 210. Wanita baju Orange.

    ~k~u🌸🌸🌸“Loh, siapa kamu!” tegur Mamah Atik saat melihat pria seumuran bapak main nyelonong duduk di teras rumah tanpa permisi.Kami sedang berjemur sekalian menyuapi Kia. Beberapa hari ini hujan terus udara di sini pun sangat dingin.Orang itu bukannya menyahut malah menyalakan rokok.“Paman, ini sarapannya. Nasi uduk aja, ya? Duitku nipis,” ucap Evi. Kami kaget ternyata itu pamannya Mas Danu.“Kamu itu kenapa juga beli beginian. Rumah Mamasmu ini besar gendongan tentunya di dalam banyak makanan. Makan nasi uduk begini Paman mules perutnya.”“Kalian ngapain lihat-lihat! Sekarang mana Mas Danu. Aku mau ketemu Mas Danu,” bentak Evi pada kami.Baru saja aku hendak menyangkal ucapan Evi, Mas Danu sudah ke luar rumah.“Masss ....” Evi lari menghampiri Mas Danu.“Danu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Paman dari kemarin sudah ada di sini, tapi anak buahmu bilang kamu ada urusan keluarga dan enggak pulang.” Orang yang mengaku Paman Mas Danu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mas Danu.Mas Da

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 209. Mbak Susi lagi.

    Assalamualaikum everyone ....Alhamdulillah bisa up bab baru. Yuk, bantu follow akunku 😍🌸🌸🌸“Sini, Ta, biar Mamah yang telepon, Joko!” Kuberikan ponselku pada Mamah.Tidak menunggu lama telepon tersambung.“Halo, Mas Joko! Ini Mamah Atik. Tolong itu barang-barang yang mau diangkut sama Susi ambil lagi!”“Loh, a—nu, Bu. Itu katanya sudah dapat izin dari Ita,” jawab Mas Joko terbata pasti Mas Joko kaget Mamah Atik to the poin begitu.“Enggak! Baik Ita ataupun Danu enggak ada yang izinin. Di mana Susi? Apa sudah pulang?”“Be—lum, Bu. Ma—sih nimbang telur.”“Dasar orang tidak tahu malu. Pokoknya aku enggak mau tahu, ya, ambil lagi apa yang mau diangkut Susi kalau enggak gaji kamu bulan ini tidak aku berikan!” Ancam Mamah Atik.“Aduh! Ba—ik, Bu.”Tuuuutt ....Mamah mematikan telepon.“Ini, Ta. 10 menit lagi kita telepon Joko. Kamu itu menyek-menyek jadi orang makanya saudara-saudara kamu itu selalu saja meremehkanmu.”“Aku hanya tidak ingin hubungan yang sudah tidak baik makin tidak b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 208. Istri muda?

    Hatiku panas mendengar perempuan lain mengagumi suamiku.“Mana anakmu kenapa tidak kamu ajak?” tanya Mas Danu.“Mas aku capek loh, nungguin kamu panas dan haus juga kamu malah tega tanya ini dan itu di sini,” rengeknya.Kami masuk dan Evi membuntuti kami.“Mas, rumahmu bagus banget ya, pantas paman selalu membanggakan kamu.” Mas Danu diam saja. Dia fokus minum dan menikmati donat yang kusuguhkan.“Danu, kamu makan dulu. Pasti kamu lapar,” titah Mamah Atik.“Iya, Mah. Dik, temani Mas makan, ya?”“Aku juga mau makan Mas. Yuk, aku temani.” Evi gegas berdiri dan menarik tangan Mas Danu.“Bukan Dik, kamu. Itu panggilan untuk istriku. Aku memanggilmu dengan namamu saja.” Mas Danu menampik tangan Evi. Dia seperti menahan malu.“Mas meja makanmu bagus banget. Seumur-umur aku baru lihat,” ucap Evi. Dia langsung duduk dan mengambil makan tanpa kami suruh terlebih dahulu.“Evi, sebentar lagi kami mau pergi sebaiknya kamu pulang dulu. Rumah ini akan kami kosongkan.”“Apa? Ya ampun, Mas! Aku jauh-

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 207. Tidak sopan.

    “Terserah Mbak aja mau bilang apa,” sungutku.“Eh, Ta. Aku cuma mau kasih tahu, ini Ibu lagi sakit, tadi pas ambil wudu untuk salat Zuhur terpeleset dan jatuh. Kami sudah bawa ke klinik. Ibu sekarang di rawat. Kamu ke sini, ya? Eh, jangan lupa bawa uang kami tidak ada duit untuk bayar biaya rawat Ibu.” Sebenarnya aku sangat syok dan juga sedih mendengar kabar ini, tapi karena yang memberi tahu adalah Mbak Susi aku jadi kesal padanya.“I—ya, Mbak. Insya Allah aku ke sana.”“Jangan pakai insya Allah, Ta! Kamu harus segera ke sini!”“Iya, Mbak. Insya Allah.”“Kamu itu insya Allah terus. Aku ti ....” Tuuutt! Kumatikan telepon. Percuma saja ngasih tahu Mbak Susi.Ponsel kembali berdering. Tapi, tidak kujawab. Biarkan saja. Mbak Susi itu bisanya ngajak ribut saja.“Siapa, Ta. Kok kayaknya kamu kesal gitu?”“Mbak Susi, Mah. Ngasih tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Jatuh di kamar mandi,” jawabku sedih.“Innalillahi wa’innailaihiroji’un. Terus gimana kondisi ibumu, Ta?”“Aku enggak tanya sama

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 206. Adik tiri.

    *Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong! (Tere Liye)*Assalamualaikum semuaaaaaaa senang sekali Danu kembali hadir. Semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Bantu follow, yuk!🌸🌸🌸 “Maaf siapa, ya?”Bukannya menjawab pertanyaanku justru perempuan ini nyelonong masuk begitu saja lalu duduk manis di sofa.“Eh, siapa kamu! Datang-datang enggak sopan!” bentak Mamah Atik.“Perkenalkan aku Evi, adik Mas Danu,” ucapnya bangga.Aku dan Mamah Atik saling berpandangan. Mamah Atik seolah menanyakan apa benar. Aku hanya menggeleng tidak tahu.“Salah alamat kali. Kan, banyak ‘tu yang namanya Danu,” ujar Mamah Atik lagi.“Enggak, dong! Nih, lihat!” Wanita yang bernama Evi ini memperlihatkan foto Mas Danu. Dari mana dia dapat foto terbaru Mas Danu. Itu foto diambil dua hari yang lalu saat kami jalan-jalan ke air terjun. Itu foto bersamaku bisa-bisanya fotonya dicrop begitu saja.“Iya, benar ini Danu anakku, dan ini Ita istri Danu,” ucap Mamah Atik. Wanita yang b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 205. Evi datang.

    “Mainan sama Kia. Anakmu ini cantik dan pintar sekali ya, Dan. Aku jadi pingin punya anak,” jawab Mbak Asih seolah-olah dia tidak sedang sakit.“Alhamdulillah iya, Mbak.“ Mas Danu memangku Kia. Aku ikut duduk di lantai bersama mereka.“Mbak Asih kemarin ke mana sih, katanya kerja kok, enggak pulang?” tanyaku hati-hati. Mbak Asih hanya menggeleng saja.“Mbak Asih, Ita itu mau ngajak shopping beli baju baru. Eh, malahan Mbak Asih enggak pulang-pulang,” kata Mas Danu lagi.“Harusnya kamu telepon dulu, Ta. Jangan main asal tunggu. Kalau kamu kasih tahu mau ngajakin aku shopping pasti aku enggak mau janjian sama Mas Roni,” jawab Mbak Asih sambil menoyor kepalaku.“Oh, jadi Mbak Asih pergi shopping sama Mas Roni?” tanyaku.“Bukan shopping sih, tapi bulan madu. Kami tidur di hotel.” Mendengar pengakuan Mbak Asih Mas Danu sangat marah. Aku pun kaget. Kalau sudah ngomongin hotel sudah pasti ada bumbu-bumbu di dalamnya.“Mbak, harusnya jangan mau diajak Mas Roni kalau enggak shopping. Enak shop

DMCA.com Protection Status