Share

BAB 118. Rezeki atau?

“Cukup kalau kita bersyukur, kurang kalau kita selalu mengeluh dan membandingkan dengan yang lain,” ucap bapak menengahi.

“Tapi, Pak, yang bener aja dong, masa rumah begini cukup. Nanti pelanggan-pelanggan Danu di pasar ngira Danu ini big bos, enggk tahunya rumahnya geribik gini,” kata Mbak Susi.

“Big bos apaan sih, Sus. Kali hanya sewa toko biasa itu yang di tengah pasar,” ucap Mbak Ning, ketus.

“Iya, bener juga kata, Mbak Ning,” sahut Mbak Susi lagi.

Bapak dan ibu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya yang julid.

“Ya, sudah nanti malam sebelum pulang mampir dulu ke lapak kami, Mbak,” kataku.

“Tuh, kan, lapak. Ih, begitu saja susah amat ngomong dari tadi. Ruko-ruko aja ngakunya,” cemooh Mbak Nur.

“Terserah, Mbak, sajalah,” kataku kesal.

“Sudah mau asar, Ta. Kok, belum mulai masak. Sudah sana masak biar kami yang jagain Kia. Nanti keburu Maghrib belum siap yang untuk kenduri malah repot kamunya,” suruh Mbak Nur.

“Kami enggak masak, Mbak . Sudah ada yang masak,” jawab
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status