Share

Virginity For Sale
Virginity For Sale
Penulis: Black Aurora

1. Milyarder Misterius

Kaki jenjang berkulit keemasan itu tampak rapuh dan gemetar, ketika sedang berdiri di hadapan sebuah bangunan megah bertingkat dua.

Ia tahu jika sudah seharusnya sekarang bergegas memasuki Mansion mewah di depannya itu, namun entah kenapa serangan gugup dan panik mendadak melanda dirinya.

"Miss Maura?"

Gadis itu pun sontak terkejut dan menoleh, ketika sebuah suara pria menyapa dirinya yang tengah melamun.

Sosok pria paruh baya berbusana formal serba hitam tersenyum kepada dirinya, namun gadis itu masih diam tak membalas senyumnya.

"Perkenalkan nama saya Alberto. Mari ikut dengan saya untuk masuk ke dalam, karena kehadiran Anda telah sangat ditunggu," ucap pria paruh baya yang masih tetap murah senyum meski Maura tak bergeming.

Tak lagi bisa mengelak, gadis bergaun merah selutut itu pun mau tak mau mengikuti langkah Alberto yang berjalan di depannya, menuntun dirinya memasuki Mansion bercat putih yang terlalu mewah untuk menjadi nyata.

Lagi pula, bagaimana ia bisa mengelak?

Maura tak kan bisa lagi berubah pikiran atau pun kabur, karena...

"Apa nama pulau ini?" Tanya Maura kepada Alberto, saat mereka masih berjalan masuk dari pagar raksasa yang dijaga oleh empat orang, menuju ke bangunan yang ternyata posisinya lumayan jauh.

Alberto tersenyum mendengar nada ingin tahu Maura. "Little Olive," sahut pria itu, yang dibalas dengan anggukan Maura.

"Little Olive tidak memiliki bangunan lain selain Mansion ini, Miss Maura. Dan akses keluar masuk pulau ini hanyalah melewati laut dan udara," ungkapnya lagi menambahkan.

Maura pun seketika meringis mendengarnya. Itulah tepatnya kenapa ia tak bisa mengurungkan niat lagi atau melarikan diri, karena hanya ada laut dengan ombaknya yang sekarang mengelilinginya.

Maura dibawa ke Pulau ini dengan helikopter, yang bahkan langsung pergi lagi segera setelah mengantarkannya ke Pulau sepi yang sangat misterius ini.

Ah, dan sekarang tubuhnya semakin terasa menggigil, seiring dengan dirinya yang kini telah memasuki bagian teras yang luar biasa luas dari Mansion ini.

Alberto mendorong sebuah pintu ganda raksasa dengan kedua tangannya, lalu berdiri di sisi salah satu daun pintu itu dan menatap Maura yang tampak goyah.

"Silahkan masuk, Miss," tegurnya lagi. "Semuanya akan baik-baik saja, jangan cemas."

Maura pun menelan ludahnya yang terasa berat. Ia tahu jika Alberto hanya berbasa-basi saja, atau mungkin hanya ingin membuatnya tenang dan tidak bertingkah hingga menyebabkan masalah.

Tapi suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, Maura tidak punya pilihan lain kecuali melangkahkan kakinya yang gemetar memasuki Mansion besar yang berdiri kokoh, bagai seorang Raja yang angkuh dan berkuasa itu.

Kakinya yang mengenakan heels menapak di atas lantai granit putih berpola marble halus. Manik gelap gadis itu pun melebar dengan maksimal, ketika visual penuh kemewahan menyambutnya di dalam.

Tatapannya mengagumi dua buah guci besar di samping pintu ganda yang lebih tinggi dari tubuhnya, yang tampak berkilau layaknya emas. Atau jangan-jangan... itu memang emas??

Tak mengherankan juga sebenarnya, mengingat penampakan dari luar Mansion yang menggambarkan bagaimana kemegahan yang tak terbantahkan.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki elegan yang sedang menuruni tangga besar yang menghubungkan ke lantai dua, dengan ukuran yang lebarnya hampir sama dengan luas dua kali halaman depan rumah Maura.

Seorang gadis yang sedang menuruni tangga itu pun seketika beradu tatap dengan Maura, yang tampak terpana.

Wow. Dia cantik sekali!

Maura hampir tak percaya melihat keindahan paras yang tampak terlalu sempurna itu. Tubuh gadis itu proporsional sempurna bak supermodel, dengan rambut ikal pirang terang seperti boneka, dan mata biru langit yang mempesona.

Maura pun seketika merasa bagaikan seekor kura-kura lamban dan bodoh yang sedang beradu tatap dengan seorang bidadari sempurna yang baru turun dari surga.

Gadis di tangga itu pun tersenyum samar kepada Maura, tapi kemudian bertanya kepada Alberto. "Jadi dia, si gadis penggantiku?"

Alberto tidak langsung menyahut, namun tetap senyuman terukir di wajahnya. "Tumpangan untuk Anda akan segera datang tak lama lagi, Miss Rebecca," ucapnya tanpa memberikan jawaban dari pertanyaan Rebecca.

Bibir berpulas lipstik merah milik Rebecca pun sontak cemberut, namun langkah kakinya yang semula terhenti kini kembali bergerak menuruni tangga.

Ia pun terus berjalan melewati Maura, tanpa perlu repot sedikit pun menoleh ke arahnya.

"Ck. Raven benar-benar keterlaluan. Membuangku hanya demi gadis yang tampak membosankan ini?? Tak masuk akal!" guman Rebecca, meskipun pelan namun dengan sengaja ia ucapkan agar Maura dapat mendengarnya.

'Raven? Apa itu nama pria pemilik pulau dan masion ini??'

Seketika napas gadis bersurai hitam panjang itu pun tercekat. Dengan tubuh yang membeku, Maura pun terhempas kembali pada kenyataan yang harus ia hadpi saat ini.

Bahwa tubuhnya, kesuciannya sebagai seorang wanita dan harga dirinya, harus ia serahkan hari ini juga.

Kepada seorang milyarder misterius yang telah membeli keperawanannya dengan harga tinggi. Milyarder yang memilki Pulau Little Olive dan Mansion mewah ini.

Milyarder yang konon hanya menginginkan wanita-wanita yang masih suci belum tersentuh untuk menjadi partnernya bercinta, hingga di satu titik ia merasa bosan.

Lalu mengganti wanitanya dengan yang lain namun masih dengan persyaratan yang sama, yakni perawan.

Dan Maura, adalah wanita yang akan menjadi penghangat ranjang si Milyarder yang selanjutnya.

Sekarang, adalah gilirannya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status