Share

Tuan Surya

Author: AgilRizkiani
last update Last Updated: 2025-04-04 18:00:19

Mawar merasa begitu senang karena rencananya berhasil dan dirinya akan melihat kehancuran Ayunda sekarang. Namun, saat dirinya tengah membaca komentar-komentar yang tengah menjatuhkan, menyudutkan bahkan mengatakan jika Ayunda adalah manusia yang tidak berperasaan akhirnya lenyap tiba-tiba.

"Apakah ada gangguan jaringan ya?" Berulang kali dirinya membuka sosial media tetapi tidak bisa. Sampai akhirnya ia menyadari jika memang pemberitaan yang dibuat sudah lenyap dan tidak ada yang bisa membagikan bahkan sudah tidak ada orang-orang yang menshare lagi.

Mawar yang tengah kebingungan itu pun, akhirnya mendekati sang suami dan menceritakan tentang kejadian yang ia alami.

"Bodoh, Ayunda dan juga Ardan sekarang dia memiliki banyak uang sangat mudah membungkam media abal-abal seperti itu apalagi hanya sebuah media sosial. Jangan pernah buka akunmu lagi, jika tidak—"

Mahesa yang tengah mengatakan hal tersebut kepada mawar pun tiba-tiba terkejut dengan k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Usai Bangun dari Koma   Kejadian Luar Biasa

    Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Tuan Surya. Tangan keriput namun penuh wibawa milik Oma Ola lah yang melayangkannya. Sebagai orang tua, ia merasa gagal. Gagal membesarkan Surya yang dulu ia banggakan, kini berubah menjadi sosok yang licik dan penuh perhitungan."Hak orang tua Ardan sudah kamu nikmati," suaranya bergetar, namun sorot matanya tajam menusuk. "Lantas sekarang kamu menginginkan hak Ardan juga? Di mana letak otakmu, Surya?"Ayunda hanya bisa terdiam. Sebagai menantu, sebagai cicit dalam lingkar keluarga itu, ia menyaksikan pemandangan itu dengan campur aduk—kaget, takut, namun juga lega. Akhirnya ada yang berani menegur Tuan Surya."Bukankah sudah tugas keluarga saling membantu?" bela Surya dengan nada membenarkan diri. "Aku sedang kesulitan, dan Ardan hidup dalam kemewahan. Apa salahnya jika dia membantuku? Selama ini juga aku tidak pernah menolak mengakui dia sebagai anakku."Plak!Satu tamparan lagi melayang, lebih keras dari yang pertama. Wajah Surya memera

    Last Updated : 2025-04-05
  • Usai Bangun dari Koma   Kebingungan

    Malam mulai turun ketika mobil yang ditumpangi Ayunda dan Oma Ola memasuki halaman rumah. Aroma tanah yang baru saja disiram hujan menyeruak lembut, tapi suasana hati Ayunda masih bergemuruh. Meskipun ia telah bersuara, mengungkap kebenaran, tapi rasa lelah itu masih menggantung di pundaknya.Begitu mobil berhenti di depan gerbang utama, sosok yang amat dirindukan berdiri tegap di sana—Ardan.Wajahnya serius, sorot matanya penuh tanya sekaligus kekhawatiran. Ia melangkah cepat menghampiri, dan sebelum Ayunda sempat turun dari mobil, ia sudah membukakan pintu."Aku sudah baca pesanmu," ujar Ardan tanpa basa-basi. "Apa benar Ayah … masuk rumah sakit karena kecelakaan?"Ayunda mengangguk pelan, lalu turun dan berdiri di hadapan suaminya. Tatapan mereka bertemu, ada keheningan sejenak yang menyelimuti keduanya. Lalu Ayunda berkata dengan tenang, tapi jelas."Ya, dan itu terjadi setelah dia mencoba memaksa hakmu dirampas. Oma yang menamparnya … dua kali. Dan dia memberontak, lalu kecelakaa

    Last Updated : 2025-04-05
  • Usai Bangun dari Koma   Tragedi

    Pagi itu, Ayunda dan Ardan sudah bersiap sejak pagi dan telah menghubungi pengacara untuk membuat janji temu. Dalam perjalanan menuju kantor pengacara, sebuah insiden nyaris terjadi."Awas, Ar!" teriak Ayunda panik.Ardan segera membanting setir ke kanan, membuat mobil oleng dan berhenti mendadak di pinggir jalan. Seorang wanita nyaris tertabrak—untung saja ia sempat mundur selangkah.Mereka berdua segera turun dari mobil, wajah mereka panik dan khawatir. Namun, keterkejutan mereka bertambah saat mengenali wanita yang hampir tertabrak itu."Keyla?" ujar Ardan nyaris bersamaan dengan Ayunda.Wanita itu tampak linglung, dengan mata sembab dan tubuh yang gemetar. Pakaiannya kusut, wajahnya pucat, dan jelas terlihat bahwa dia habis menangis."Kalian?" gumam Keyla lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Ia menunduk, malu dengan penampilannya yang berantakan, sangat kontras dengan Ayunda yang tampak rapi dan elegan."Kamu kenapa bisa di sini, Keyla? Kamu nggak apa-apa?" tanya Ayunda, lembut n

    Last Updated : 2025-04-06
  • Usai Bangun dari Koma   Kepergian Tuan Surya

    Bu Tari, Mahesa, dan Mawar diliputi kecemasan ketika Tuan Surya tiba-tiba terjatuh dari ranjang dan mengalami kejang hebat. Tanpa menunggu waktu lama, mereka segera membawanya ke rumah sakit terdekat.“Mas, bangun Mas jangan tinggalin aku!” seru Bu Tari dengan suara gemetar. Air matanya terus mengalir, menatap suaminya yang tak sadarkan diri di dalam ambulans.Sesampainya di IGD, mereka hanya bisa menunggu di luar ruangan dengan penuh harap. Waktu seolah berjalan lambat. Satu jam berlalu, dan akhirnya seorang dokter keluar. Wajahnya muram, suaranya lirih saat menyampaikan kabar duka.“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tuan Surya telah meninggal dunia.”Tangis Bu Tari pecah seketika. Ia limbung, nyaris jatuh jika tidak ditopang oleh Mawar. Mahesa, yang duduk di kursi roda, hanya bisa terisak, tak sanggup mengucap sepatah kata pun. Sementara itu, Mawar memeluk anaknya erat-erat, mencoba menenangkan si kecil meski hatinya sendiri hancur berkeping.Suasana haru menyelimuti pem

    Last Updated : 2025-04-07
  • Usai Bangun dari Koma   Usaha Ayunda

    Ayunda merasa begitu bingung. Hingga saat ini, ia belum memberitahu Ardan soal kehamilannya. Sejak pulang dari rumah sakit, Ardan hanya mengurung diri di kamar, menjauh darinya, dan bersikap dingin. Tak ada lagi kelembutan dalam sorot matanya, hanya dingin yang menusuk.“Ar, kamu mau makan di kamar atau kita ke ruang makan?” tanya Ayunda pelan dari ambang pintu.Namun Ardan tak menjawab. Ia hanya menyodorkan sebuah amplop putih ke arah Ayunda. Tanpa berkata apa-apa.Dengan tangan gemetar, Ayunda membuka dan membaca isinya. Matanya langsung membelalak.“Surat cerai?” bisiknya lirih, lalu dengan cepat merobek kertas itu di depan mata suaminya. Amarah dan kesedihan tumpah bersamaan.“Aku tidak mau cerai sama kamu, Ardan! Apalagi sekarang … aku sedang hamil!”Ardan terkejut. Ia menoleh, matanya melebar. “Kamu … hamil?” suaranya parau, nyaris tak terdengar.Ayunda mengangguk, air matanya jatuh. “Iya, dan aku gak peduli kamu l

    Last Updated : 2025-04-07
  • Usai Bangun dari Koma   Kecerdasan Ayunda

    Keesokan paginya, sinar matahari menembus celah tirai dengan lembut. Ayunda sudah rapi dengan setelan formal berwarna putih gading. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya bersinar meski sempat pucat karena kehamilan yang makin terasa. Hari ini, ia tidak lagi berjalan di atas panggung sebagai model, tapi akan duduk di kursi pemimpin sebuah perusahaan besar—warisan kerja keras suaminya.Saat melangkah ke ruang makan, Ayunda melihat meja makan yang telah rapi, tapi kosong. Tak ada Ardan di sana. Ia mendesah pelan, lalu melangkah naik ke lantai atas menuju kamar suaminya.Ia mengetuk pelan sebelum masuk. Di dalam, Ardan duduk di kursi roda, membelakangi pintu, menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong."Ar," panggil Ayunda lembut. "Kamu mau sarapan apa? Aku titip pesan ke dapur, ya?"Ardan tidak menjawab. Hanya diam, membiarkan keheningan menggantung.Namun Ayunda tidak menyerah. Ia sudah tahu, ini bukan Ardan yang sebenarnya—ini hanya tempur

    Last Updated : 2025-04-07
  • Usai Bangun dari Koma   Teror

    Di sebuah café dengan interior modern minimalis tak jauh dari apartemen barunya, Mahesa duduk berhadapan dengan Danu. Aroma kopi dan suara dentingan gelas terdengar samar, namun tidak mampu meredam panasnya pembicaraan mereka.Danu menyesap espresso-nya pelan, raut wajahnya tampak kesal dan frustrasi.“Aku kira semuanya akan mudah, Mahesa. Aku pikir saat Ardan lumpuh, perusahaan itu akan runtuh. Tapi nyatanya? Justru Ayunda yang muncul dan mengubah semuanya.”Mahesa mengangguk pelan, matanya menerawang kosong ke arah jalanan di luar kaca café.“Dulu dia hanya gadis polos yang tak tahu apa-apa selain berjalan di atas runway. Tapi sekarang dia berubah jadi singa betina. Menyeramkan.”Danu menggebrak meja pelan. “Bahkan investor yang sebelumnya sudah mau bergabung denganku, sekarang justru kembali ke Blue Corp karena mereka percaya sama Ayunda! Dia terlalu pintar memainkan kekuatan nama dan pengaruhnya.”Mahesa menyeringai kecil, na

    Last Updated : 2025-04-08
  • Usai Bangun dari Koma   Aksi William

    Di ruang keluarga, suasana sedikit lengang. Ayunda duduk di sofa dengan selimut menutupi kakinya, sementara William berdiri di hadapannya, ekspresinya serius tapi penuh hormat.“Aku tahu ini bukan tugas biasa, tapi aku mempercayakan semuanya padamu, William. Aku sudah terlalu sering diserang secara langsung, tapi sekarang serangannya mental. Dan aku tidak bisa membiarkan itu terus terjadi.”William mengangguk tegas. “Saya akan cari tahu siapa pengirim pesan-pesan ini, Bu. Nomor tidak terdaftar, tapi saya punya koneksi yang bisa bantu lacak. Tolong jaga Ibu dan calon bayi, serahkan sisanya pada saya.”Ayunda tersenyum kecil. “Terima kasih, William. Jaga ini sebagai rahasia, bahkan dari Ardan. Aku tidak mau dia makin terbebani.”William mengangguk sekali lagi, lalu meninggalkan ruangan.***Sore harinya, Ayunda yang sedang rebahan di kamar tiba-tiba merasa sangat ingin makan bakso. Ia tahu ada banyak bakso enak di luar sana, tapi y

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Usai Bangun dari Koma   Nikah?

    Bahkan di tengah malam itu, Ayunda dan Dipta tetap mengadakan pertemuan terbuka dengan perwakilan warga, berusaha mencari titik temu demi meredam kekacauan yang terjadi.Namun, suasana pertemuan jauh dari kondusif. Ayunda menjadi sasaran makian dari beberapa warga. Mereka memojokkan dirinya, bahkan ada yang merendahkan, mengatakan bahwa seorang wanita tidak pantas menjadi pemimpin, apalagi setelah membuat banyak warga menderita.Dengan ketenangan luar biasa, Ayunda menjelaskan bahwa sebelum proyek ini dimulai, ia telah melakukan kerja sama resmi dengan para pihak terkait dan memberikan kompensasi yang nilainya tidak main-main. Ia menegaskan, "Siapa pun yang mengalami kerugian karena proyek ini, saya bertanggung jawab penuh. Kami siap mengganti semua kerugian dengan adil."Namun, sebagian besar warga hanya terdiam. Dari raut wajah mereka, terlihat jelas ada sesuatu yang disembunyikan. Seolah-olah mereka hanya mengikuti skenario yang diatur oleh pihak terten

  • Usai Bangun dari Koma   Kerusuhan

    Dipta, yang awalnya tampak malu-malu, akhirnya mau juga makan bersama Oma Ola dan Ayunda. Di sana, si kembar disuapi oleh sang babysitter, karena memang mereka sedang sangat sulit makan—mungkin memasuki fase GTM (Gerakan Tutup Mulut). Padahal, Ayunda sudah berusaha memberinya vitamin, tapi tetap saja tidak banyak membantu. Namun, Ayunda tidak menyerah. Ia terus saja merayu si kembar dengan penuh kesabaran, sampai akhirnya mereka mau menghabiskan makanan, dibantu oleh tangan-tangan penuh kasih yang menyuapi.Malam itu menjadi momen pertama kalinya Dipta makan bersama keluarga Ayunda. Suasana di meja makan terasa hangat dan penuh tawa ringan. Oma Ola tampak sangat tertarik dengan kehadiran Dipta, sebaliknya Ayunda justru lebih banyak diam. Pikirannya berkecamuk, mengingat kejadian siang tadi saat Siren—mantan istri Dipta—melabraknya di tempat umum.Meski begitu, Ayunda mencoba menepis semua kekhawatirannya. Ia tahu, antara dirinya dan Dipta tidak ada hubungan apa-apa

  • Usai Bangun dari Koma   Si Kembar

    Dipta memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang sebelum mulai bercerita. Suaranya terdengar berat, seperti mengaduk kembali luka yang belum sepenuhnya sembuh.“Aku tumbuh dari keluarga yang kaya, semua orang pikir hidupku mudah. Tapi, waktu aku mulai mandiri dan bangun Skylar Group dari nol, aku sengaja nggak banyak ambil bantuan keluarga. Aku ingin semuanya berdiri atas kakiku sendiri.”Ia diam sejenak, menatap kosong ke depan.“Waktu itu, aku menikah dengan Siren. Cantik, cerdas, dan kelihatannya sangat mendukung. Tapi ternyata, gaya hidupnya jauh di luar batas. Boros bukan main. Aku masih bisa terima kalau cuma soal belanja—tapi saat perusahaanku mulai goyah, dia justru makin jauh. Dan yang paling menyakitkan, dia selingkuh dengan partner kerjaku sendiri.”Ayunda menelan ludah, kaget mendengarnya. Tapi ia memilih tetap diam, membiarkan Dipta melanjutkan.“Bayangin di tengah usaha mati-matian buat nyelametin perusahaan, aku malah dapet surat panggilan dari pengadilan agama. Tan

  • Usai Bangun dari Koma   Siren?

    Ayunda dan Dipta yang baru saja selesai meeting dengan klien memutuskan untuk duduk santai dan mengobrol sejenak.Lagi pula, hari itu jadwal mereka cukup longgar. Tidak ada pekerjaan mendesak yang menanti, dan momen santai seperti ini jarang terjadi.Awalnya, Ayunda masih terlihat kaku—gaya bicaranya formal dan sikapnya cenderung menjaga jarak. Tapi seiring waktu berlalu, percakapan mereka mulai mengalir lebih bebas. Candaan kecil pun terlontar, disambut tawa ringan yang perlahan mencairkan suasana.Dipta diam-diam terpesona. Ada sesuatu dalam tawa Ayunda yang membuatnya terhenti sejenak—tulus, hangat, dan sangat berbeda dari kesan dingin yang biasa ia tunjukkan di kantor. Tawa itu seperti membuka sisi lain dari Ayunda yang selama ini tersembunyi di balik ekspresi seriusnya."Kayaknya aku baru pertama kali denger kamu ketawa segitu lepasnya," ujar Dipta sambil tersenyum heran.Ayunda melirik sekilas, lalu mengangkat alis. "Masa sih? Mungkin karena biasanya kamu ngajak ngobrolnya pas a

  • Usai Bangun dari Koma   Bimbang

    Hari-hari Ayunda kini sepenuhnya dipenuhi oleh pekerjaan. Ia tenggelam dalam tumpukan berkas, rapat, dan tanggung jawab sebagai CEO. Beberapa kali ia hampir menekan nomor William di ponselnya—ingin memintanya pulang lebih cepat, ingin sekadar berbagi beban. Namun setiap kali jari-jarinya mendekati tombol panggil, ia menarik napas panjang dan mengurungkan niat itu.Ia tidak boleh egois. William juga punya keluarga. Ia tahu betapa Keyla dan Kenan berharga bagi William, dan ia tidak ingin menjadi orang yang merusak kebahagiaan itu.Kadang-kadang, Ayunda hanya ingin menyerah. Ingin hidup sederhana. Menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya hadir untuk Aluna dan Elvano. Tapi ia tahu, dirinya tak bisa. Masa depan anak-anaknya bergantung padanya. Ia harus tetap kuat—demi mereka.Malam itu, Ayunda duduk di ruang kerjanya di rumah. Lampu redup menyelimuti ruangan, sementara matanya terpaku pada sebuah bingkai foto yang berdiri di meja—foto Ardan. Suaminya. Lelaki yang pernah menjadi seluruh hid

  • Usai Bangun dari Koma   Semakin Dekat

    Ayunda merasa heran dengan keputusan mendadak William yang tiba-tiba mengajukan cuti. Padahal sejak meninggalnya Ardan, bahkan di hari libur pun William masih sering terlihat menyibukkan diri dengan pekerjaan.“Kok dadakan, Wil? Memangnya ada apa?” tanya Ayunda, mencoba menahan nada khawatir di suaranya.William tersenyum tipis, sedikit canggung. “Sepertinya aku dan Kayla ingin program adik untuk Kenan. Jadi kami berencana liburan ... mungkin ke luar negeri selama satu minggu.”Ayunda mengangguk pelan, mencoba mencerna. Ia tahu betul bahwa Keyla memang belum hamil lagi, dan beberapa kali sempat curhat padanya soal keinginannya untuk memberikan seorang adik bagi Kenan. Tapi tetap saja, keputusan ini terlalu tiba-tiba.“Tapi Wil, perusahaan kita sedang menjalin kerja sama penting dengan Skylar Group, dan kamu tahu sendiri hanya kamu atau aku yang bisa handle meeting dengan Dipta. Kita nggak bisa asal lempar ke tim lain.”William menatap Ayunda dengan tatapan memohon. “Tolonglah, Ay. Ken

  • Usai Bangun dari Koma   Keluarga Cemara?

    William kembali datang dengan ide spontan yang seperti biasa sulit ditolak."Gimana kalau akhir pekan ini kita ajak anak-anak piknik? Biar mereka nggak bosan terus-terusan di rumah," usulnya santai saat mereka duduk di ruang tamu Ayunda.Ayunda sempat mengernyitkan dahi. "Piknik? Aku nggak yakin, Will. Aluna baru sembuh, dan Elvano belum tentu nyaman di tempat ramai."Namun belum sempat William menjawab, Keyla langsung menyambar pembicaraan, menarik tangan Ayunda dan merengek manja, "Aunty Yunda, ikut yaa, Kenan juga mau ikut, tapi aku nggak mau kalau nggak ada temen cewek."Ayunda menatap wajah polos Keyla yang memelas. Sulit baginya untuk menolak. Apalagi, Elvano dan Aluna memang jarang sekali pergi ke luar rumah.Ia pun akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi cuma sebentar, dan jangan terlalu ramai ya.”Hari piknik pun tiba. Mereka berangkat bersama—Ayunda, William dan keluarganya, serta Dipta yang sejak pagi sudah terlihat

  • Usai Bangun dari Koma   Hari Sabtu

    Ayunda sudah kembali ke perusahaan. Pagi itu ia datang lebih awal dari biasanya. Tangannya cekatan membolak-balik beberapa berkas yang sempat tertunda selama Aluna dirawat di rumah sakit. Meski pikirannya belum sepenuhnya tenang, tapi ia tahu, tanggung jawabnya tak bisa lama-lama ia tinggalkan.Saat tengah fokus membaca laporan, suara pintu terbuka membuatnya menoleh. Dipta melangkah masuk tanpa ekspresi terburu-buru. Belakangan ini, lelaki itu memang jauh lebih sering muncul di perusahaannya. Karyawan pun mulai terbiasa dengan kehadirannya, bahkan tak sedikit yang mulai melihat sisi lain dari sang CEO—bukan hanya dingin dan tegas, tapi kini lebih ramah dan terbuka.“Oh, aku kira tadi William,” ucap Ayunda sambil tersenyum tipis.“Maaf mengganggu,” sahut Dipta santai.Ayunda mempersilakan Dipta masuk dan duduk. Ia pun memanggil OB untuk membawakan kopi, seperti biasa.“William belum datang, mungkin sebentar lagi dia muncul,” katanya sambi

  • Usai Bangun dari Koma   Membuka Hati?

    Pagi itu, kondisi Aluna sudah jauh lebih baik, meski infus masih terpasang di tangannya. Senyum kecil menghiasi wajah mungilnya. Saat Ayunda baru saja memasuki ruang rawat, langkahnya langsung terhenti. Matanya membelalak saat melihat pemandangan tak terduga—Aluna begitu dekat dengan Dipta, menggenggam tangannya erat seakan tak ingin dilepaskan.Sekilas bayangan Ardan melintas dalam benak Ayunda. Andai saja Ardan masih hidup mungkin Aluna tak akan pernah merasakan kehilangan sosok ayahnya, batinnya pilu. Melihat keakraban antara Dipta dan Aluna membuat hati Ayunda bergetar. Kenangan tentang Ardan mengalir deras, hingga tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipinya."Mama!" seru Aluna riang saat melihatnya. Suara itu, meski belum sempurna, membawa kehangatan yang tak tergantikan.Dipta spontan menoleh ke arah Ayunda. Ia sempat ingin bergeser, tapi tangan kecil Aluna menahan kuat. Ia enggan melepaskan. Ayunda mengamati itu dalam diam—biasanya, Aluna hanya dekat dengan Ardan atau William,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status