Happy Reading . . . *** Dengan langkah cepat, aku memasuki sebuah cafe dan menghampiri sosok Ava yang sudah terlihat duduk di salah satu kursi di depan sana. Pagi ini aku memiliki janji temu dengannya untuk membahas masalahku yang sempat menyeret Ava ke dalamnya. Selain Ava yang juga sudah terus menerus mengejarku untuk dimintai penjelasan mengenai masalah itu, aku juga ingin memberitahu sekaligus menceritakan hal yang kemarin sempat terjadi pada diriku dan Becks. "Maafkan aku jika terlambat. Aku harus memastikan Lorraine pergi dari rumahku terlebih dahulu, dan Renne yang juga harus pergi ke sekolah." Ucapku sambil menduduki diri di kursi yang berhadapan dengan Ava. "Nenek sihir itu semalam menginap di rumahmu?" "Ya. Dia selalu khawatir dan ingin melindungi anak satu-satunya itu dari seorang wanita yang di matanya selalu terlihat tidak bertanggung jawab seperti diriku ini." "Sangat menyebalkan." Balas Ava dengan mencibir dan membuatku sedikit tersenyum karenanya. "Kau ingin pesa
Happy Reading . . . *** Aku cukup bertanya-tanya dengan diriku sendiri saat ini. Aku yang sudah memutuskan untuk tidak ingin memiliki hubungan dengan Becks lagi, namun kini entah bagaimana bisa aku justru menjadi berada di apartemen milik pria itu yang kemarin baru saja aku kunjungi. Pada saat aku sedang berada di dalam perjalanan dengan diantar oleh Ava, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari rekan kerjanya di Style's yang menginginkan keberadaan wanita itu saat ini juga di kantor. Sedangkan aku yang mengerti betapa gentingnya urusan Ava tadi, membuatku memutuskan untuk turun di pertengahan jalan menuju rumah dan menyuruh Ava untuk segera bergegas menuju kantor saja. Tetapi yang tidak aku mengerti, bagaimana bisa di saat aku yang ingin kembali ke rumah namun justru lubuk hatiku ini menuntunku untuk bisa sampai berada di apartemen Becks? Aku yang memang sesungguhnya ingin mengakhiri hubungan yang belum sempat terjadi di antara diriku dan pria itu secara baik-baik, mungkin adala
Happy Reading . . . *** Pikiranku yang saat ini sedang terasa kosong dan aku yang juga sedang duduk melamun di sofa ruang tengan ini dengan tiba-tiba saja dikejutkan oleh sebuah pelukan yang aku rasakan di pinggangku, bersamaan dengan aku yang tersadar akan Bryce yang sudah mesandarkan kepalanya di bahuku. "Kau sejak tadi lebih banyak diam? Ada apa, hah?" "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang tidak memiliki suasana hati yang baik saja." "Apa karena masalah tadi siang? Karena Anna?" "Tidak. Tidak ada hubungannya dengan wanita itu." "Jika kau memikirkan tentang Anna, aku tidak ada apa-apa dengannya. Hubunganku dengannya hanya sebatas profesional saja, Mandy. Kau tahu aku ini sangat mencintaimu, bukan?" "Iya, aku tahu kau sangat mencintaiku. Dan lagi pula, aku juga tidak memandangmu dengan Anna memiki sesuatu di belakangku, Bryce. Hanya saja, aku merasa sepertinya Lorraine sangat menyukai wanita itu. Buktinya saja, ia sampai menyuruhmu untuk membantunya yang hanya sedang melaksana
Happy Reading . . .*** Mataku pun terbuka di saat telingaku secara tidak sengaja menangkap suara-suara yang cukup mengganggu tidurku ini. Selama semalaman ini aku menidurkan tubuhku di sofa ruang tengah setelah kejadian tidak menyenangkan yang terjadi kemarin malam terhadapku. Bryce yang aku pikir benar-benar marah setelah kejadian itu, membuatku memutuskan untuk memberikannya sedikit waktu dan ruang agar ia bisa menerima hal yang mungkin baginya cukup mengejutkan itu. Dengan wajah yang terasa cukup sembab akibat tangisanku semalam, aku mendudukkan diriku sambil mencari sumber suara yang sudah mengganggu tidurku tadi. Dan rupanya di sana aku bisa melihat Lorraine yang sedang memindahkan tas dan koper menuju pintu rumah. Aku yang masih sempat berpikir untuk apa ia memindahkan koper tersebut, langsung teralihkan oleh sosok Renne yang sudah rapi dengan tas ransel yang berada di punggungnya. Ia tidak terlihat ingin pergi ke sekolah karena pakaian yang dipakainya itu bukanlah seragam se
Happy Reading . . . *** "Aku tidak mengerti, Av. Hanya karena aku yang menjadi model dan tidak memberitahunya terlebih dahulu, aku sampai tidak percayai lagi oleh Bryce. Ia yang berpikir dengan aku yang kemarin sudah membohonginya satu kali, akan terus selalu berbohong kepadanya sampai kapan pun itu nanti. Dia mengatakan langsung kepadaku bahwa ia sudah tidak ingin percaya denganku lagi. Apakah seperti itu yang dinamakan mencintai?" Di sebuah kedai kopi yang aku datangi untuk janji temu dengan Ava siang ini, aku mencurahkan isi hatiku mengenai kejadian kemarin malam, kepada sahabatku yang selalu ingin mendengarkan dan memberikan pendapat mengenai permasalahan kehidupanku ini yang seakan tidak akan pernah berakhir ataupun selesai dengan apapun itu solusinya. "Kemarin aku sudah mengatakan apakah kau siap dengan setiap resikonya, bukan? Dan kau mengatakan sendiri apapun itu resikonya, kau akan tetap menghadapi bersama-sama dengan Bryce." "Saat itu aku memang yakin akan keputusanku y
Happy Reading . . . *** Pandanganku yang sempat saling bertatapan dengan Becks sejenak, langsung aku palingkan untuk kembali menatap Ava yang berada di depanku. "Selesaikan masalahmu dengannya secara baik-baik, okay? Walaupun pernikahanmu sedang bermasalah, tetapi aku tetap tidak mendukungmu untuk bisa menjalin hubungan dengan Becks lagi. Aku hanya ingin terbebas dari setiap teror yang pria itu lakukan kepadaku, karena aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Jadi, lebih baik saat ini kau selesaikan semuanya, akhiri semuanya dengan baik-baik agar Becks tidak perlu lagi terus menerus memohon-mohon kepadaku hanya untuk agar bisa dipertemukan denganmu. Okay?." "Tetapi apa yang harus aku lakukan, Av? Hubunganku dan Becks tidak lebih dari sekedar rekan kerja. Ia seorang fotografer dan aku hanya seseorang yang pernah menjadi modelnya saja. Hanya itu saja. Tetapi mengapa Becks seakan menganggap hubungan yang terjadi di antara diriku dan dengannya itu terasa serius?" "Kau bisa menanyakannya
Happy Reading . . . *** Sudah satu minggu waktu berlalu, dan sikap Bryce kepadaku masih sama saja setiap harinya. Bahkan terkesan mulai mengacuhkan dan tidak mempedulikanku lagi. Sudah beberapa hari ini juga ia tidak pulang ke rumah. Mungkin saja ia menginap juga di rumah Lorraine mengingat aku yang juga tidak bisa menghubungi ponselnya dalam beberapa hari ini. Aku yang juga sudah satu minggu ini tidak bertemu dengan Renne, membuatku begitu merindukan anakku satu-satunya itu. Di setiap aku memiliki kesempatan untuk datang ke rumah Lorraine, aku tidak pernah dibukakan pintu olehnya. Aku tidak mengerti dengan mereka semua. Apakah harus semarah itu dengan aku yang hanya menjadi model sampul majalah satu kali dalam seumur hidupku? Benar-benar sangat tidak masuk akal. Rasa rindu yang bersamaan dengan khawatir karena sudah satu minggu ini tidak bertemu dengan Renne, membuatku kali ini memutuskan untuk mendatangi rumah Lorraine kembali. Tidak peduli jika wanita itu akan membukakan pintu u
Happy Reading . . . *** "Ini untukmu." Dengan senyuman, aku pun mengambil sebotol air mineral yang Becks berikan lalu mengucapakan terima kasih kepadanya. Di sebuah bangku panjang di dalam taman ini, aku dan Becks menghabiskan waktu sore hari dengan sedikit santai bersama. Sudah sejak pagi hari tadi kamu menghabiskan waktu bersama hingga tidak terasa sudah sore hari saja waktu berlalu. Dan sebagai tujuan terakhir, aku pun memutuskan untuk berbincang ringan di taman yang terasa cukup tenang ini. "Apa hal yang sangat kau ingin lakukan?" Pertanyaan yang Becks lemparkan itu langsung membuatku mengalihkan pandangan kepadanya yang duduk tepat di sampingku. "Sangat banyak. Sebagian besar hidupku terasa hanyalah sia-sia saja untuk dilakukan. Di usiaku yang mulai tidak muda lagi ini, sama sekali tidak ada pencapaian membanggakan yang sudah aku raih." "Yang sangat-sangat ingin kau lakukan, tetapi belum bisa kau raih juga." "Mengenal sosok kedua orang tuaku, mungkin." "Kau tidak pernah