Happy Reading . . . *** Sudah satu minggu waktu berlalu, dan sikap Bryce kepadaku masih sama saja setiap harinya. Bahkan terkesan mulai mengacuhkan dan tidak mempedulikanku lagi. Sudah beberapa hari ini juga ia tidak pulang ke rumah. Mungkin saja ia menginap juga di rumah Lorraine mengingat aku yang juga tidak bisa menghubungi ponselnya dalam beberapa hari ini. Aku yang juga sudah satu minggu ini tidak bertemu dengan Renne, membuatku begitu merindukan anakku satu-satunya itu. Di setiap aku memiliki kesempatan untuk datang ke rumah Lorraine, aku tidak pernah dibukakan pintu olehnya. Aku tidak mengerti dengan mereka semua. Apakah harus semarah itu dengan aku yang hanya menjadi model sampul majalah satu kali dalam seumur hidupku? Benar-benar sangat tidak masuk akal. Rasa rindu yang bersamaan dengan khawatir karena sudah satu minggu ini tidak bertemu dengan Renne, membuatku kali ini memutuskan untuk mendatangi rumah Lorraine kembali. Tidak peduli jika wanita itu akan membukakan pintu u
Happy Reading . . . *** "Ini untukmu." Dengan senyuman, aku pun mengambil sebotol air mineral yang Becks berikan lalu mengucapakan terima kasih kepadanya. Di sebuah bangku panjang di dalam taman ini, aku dan Becks menghabiskan waktu sore hari dengan sedikit santai bersama. Sudah sejak pagi hari tadi kamu menghabiskan waktu bersama hingga tidak terasa sudah sore hari saja waktu berlalu. Dan sebagai tujuan terakhir, aku pun memutuskan untuk berbincang ringan di taman yang terasa cukup tenang ini. "Apa hal yang sangat kau ingin lakukan?" Pertanyaan yang Becks lemparkan itu langsung membuatku mengalihkan pandangan kepadanya yang duduk tepat di sampingku. "Sangat banyak. Sebagian besar hidupku terasa hanyalah sia-sia saja untuk dilakukan. Di usiaku yang mulai tidak muda lagi ini, sama sekali tidak ada pencapaian membanggakan yang sudah aku raih." "Yang sangat-sangat ingin kau lakukan, tetapi belum bisa kau raih juga." "Mengenal sosok kedua orang tuaku, mungkin." "Kau tidak pernah
Happy Reading . . . *** Dinginnya air yang mengguyur tubuhku ini, seakan tidak bisa memadamkan api gairah yang sedang begitu membara di dalam diriku. Tidak hanya diriku, mungkin Becks yang saat ini sedang mencumbu tubuhku dengan penuh gairah merasakan hal yang sama seperti yang sedang aku rasakan saat ini. Tubuhku yang sedang di kunci dengan tubuh besar nan berisi akan otot kuat tubuhnya pada dinding kamar mandi yang terlapisi marmer ini, langsung mengaktifkan seluruh saraf yang berada di dalam tubuhku ini dengan seketika karena merasakan dinding di punggungku ini yang sama dinginnya dengan air dari shower yang membasahi seluruh tubuh kami yang sudah tidak tertutupi apapun. Semua ini berawal dari aku yang benar-benar sudah tidak bisa lagi mengabaikan buaian yang Becks berikan kepadaku. Niat akal sehatku yang sudah mengatakan ingin mengakhiri semua godaan yang memang secara sengaja sedang Becks berikan kepadaku tadi, seakan langsung dihempaskan dengan seketika oleh lubuk hatiku yang
Happy Reading . . . *** Secercah cahaya yang aku tangkap setelah membuka kedua mataku ini, langsung membuat reaksi luar biasa pada seluruh tubuhku yang terasa begitu kaku hingga sangat sulit untuk digerakkan. Aku yang sedang berusaha memfokuskan pandangan sambil mengingat-ingat kembali dengan jelas atas kejadian semalam yang sampai membuat tubuhku menjadi terasa seperti ini. Sebuah selimut yang hanya menutupi seluruh tubuh polosku ini, aku tarik di saat aku berusaha mendudukkan diri lalu bersandar pada kepala ranjang. Dan pada saat aku sudah berhasil bersandar, pandanganku dengan sangat terkejut langsung menangkap kondisi ruangan ini yang bagaikan sehabis diserang oleh badai. Seluruh barang-barang yang berada di tempat ini sudah berjatuhan hingga berantakan. Dan yang lebih buruk lagi, aku melihat sebuah televisi yang sempat aku lihat tertempel di dinding, kini sudah terjatuh di lantai dengan layar kacanya yang retak dan pecah. Oh, tidak! Apa yang semalam baru saja aku lakukan? Apak
Happy Reading . . . *** Rasa menggigil yang aku rasakan ini setiap waktunya seakan menyiksa tubuhku. Belum lagi rasa pusing yang sama menyiksanya dengan rasa dingin yang menyerang diriku ini membuat demam di tubuhku terasa semakin tinggi. Aku yang sudah kembali dari apartemen Becks, kini hanya seorang diri di rumah tanpa kehadiran Bryce yang tidak aku ketahui apakah ia sudah pernah kembali lagi ke rumah sejak kepergiaannya itu ke rumah Lorraine. Aku yang sudah beristirahat selama beberapa jam tadi, membuatku berpikir akan demam yang aku rasakan ini bisa sedikit turun dan menjadi lebih baik. Tetapi, rupanya aku justru merasakan tubuhku yang sudah tidak sanggup lagi untuk merasakan sakit ini. Bahkan untuk melangkah ke dapur untuk membuat teh hangat pun, sepertinya sudah tidak bisa aku lakukan lagi. Namun selain berusaha melawan demam yang menyerang tubuhku ini, aku rasa tidak ada yang bisa aku lakukan lagi agar sakit ini tidak semakin bertambah buruk. Dengan perlahan, aku pun beranja
Happy Reading . . . *** Sudah dua jam lamanya, aku menunggu dan juga bersembunyi di balik pohon besar tepat di seberang rumah Lorraine untuk memantau ada hal apakah yang akan terjadi pada hari ini di sana? Sudah cukup lama setelah pertemuan terakhirku dengan Bryce pada saat aku sedang sakit itu, hubungan di antara diriku dan Bryce itu benar-benar putus kontak. Dan kini, aku yang dengan sengaja mendatangi rumah Lorraine, ingin mengetahui ada hal apakah yang sedang terjadi pada mereka yang sudah tidak pernah aku ketahui kabarnya lagi? Dan, mungkin juga aku yang hari ini akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Renne walau hanya sesaat saja? Sudah satu bulan lamanya aku tidak dengan anakku itu. Rasanya, bukan hanya rindu saja yang kini sudah aku rasakan terhadapnya. Tetapi juga rasa ingin memeluk dan melimpahkan akan rasa kasih sayang yang sudah sangat lama juga ingin aku berikan kepadanya. Aku takut di saat aku yang sudah lama tidak memberikan rasa itu, Renne akan lupa denganku
Happy Reading . . . *** Pelukan erat nan hangat di pinggangku ini, membuat serangan kecupan bertubi-tubi yang tak kalah hangat di wajahku ini juga, sedang Becks berikan. Di sebuah sofa panjang di apartemen milik Becks yang kami gunakan untuk sedikit santai, tubuhku yang berbaring membelakanginya itu sejak tadi sudah di peluk dengan begitu erat seakan ia yang tidak rela untuk melepaskannya walau sesaat saja. Sedangkan aku yang sedang fokus menonton televisi di depan sana, sama sekali tidak terganggu akan hal yang sedang Becks lakukan kepadaku itu. Bahkan dengan nyamannya, aku justru menjadikan lengan keras dan besar akan otot milik Becks ini, sebagai penyangga kepalaku. "Kau bisa tinggal bersama denganku di sini. Untuk apa kau tinggal di rumah itu yang pasti hanya akan sendirian? Lebih baik kau di sini saja bersama denganku." Ucapan Becks itu pun membuatku sedikit memutar tubuh, hingga aku yang kini bisa menatap wajahnya yang sedang tersenyum itu. "Tidak semudah itu, kau tahu?" "A
Happy Reading . . . *** Di depan cermin yang sedang menampilkan seluruh pantulan akan diriku yang kini sudah mengenakan gaun bergaya casual yang sudah Becks persiapkan untukku, aku menatap diriku ini sejenak dengan lekat. Gaun bewarna hitam berbahan nyaman karena terbuat dari satin ini, rupanya tidak benar-benar membuatku nyaman. Model dan potongan gaun yang cukup terbuka di bagian dada serta bahu dan juga mencetak bentuk tubuhku ini, membuatku justru merasa tidak nyaman karena aku yang tidak terbiasa. Tetapi dengan aku yang sudah berjanji untuk menemani Becks datang ke pekan mode di New York itu, membuatku menjadi harus mau tidak mau mengenakan gaun yang sesungguhnya tidaklah aku sukai ini. Namun untung saja Becks tidak melengkapi gaun yang ia berikan kepadaku ini dengan sepatu berhak tinggi yang semakin bisa menyiksaku. Dengan sepatu datar yang tertutupi oleh panjangnya gaun yang sampai menyapu lantai, aku menyempurnakan penampilanku dengan menggerai rambut panjang brunetteku ini