Happy Reading . . . *** Secercah cahaya yang aku tangkap setelah membuka kedua mataku ini, langsung membuat reaksi luar biasa pada seluruh tubuhku yang terasa begitu kaku hingga sangat sulit untuk digerakkan. Aku yang sedang berusaha memfokuskan pandangan sambil mengingat-ingat kembali dengan jelas atas kejadian semalam yang sampai membuat tubuhku menjadi terasa seperti ini. Sebuah selimut yang hanya menutupi seluruh tubuh polosku ini, aku tarik di saat aku berusaha mendudukkan diri lalu bersandar pada kepala ranjang. Dan pada saat aku sudah berhasil bersandar, pandanganku dengan sangat terkejut langsung menangkap kondisi ruangan ini yang bagaikan sehabis diserang oleh badai. Seluruh barang-barang yang berada di tempat ini sudah berjatuhan hingga berantakan. Dan yang lebih buruk lagi, aku melihat sebuah televisi yang sempat aku lihat tertempel di dinding, kini sudah terjatuh di lantai dengan layar kacanya yang retak dan pecah. Oh, tidak! Apa yang semalam baru saja aku lakukan? Apak
Happy Reading . . . *** Rasa menggigil yang aku rasakan ini setiap waktunya seakan menyiksa tubuhku. Belum lagi rasa pusing yang sama menyiksanya dengan rasa dingin yang menyerang diriku ini membuat demam di tubuhku terasa semakin tinggi. Aku yang sudah kembali dari apartemen Becks, kini hanya seorang diri di rumah tanpa kehadiran Bryce yang tidak aku ketahui apakah ia sudah pernah kembali lagi ke rumah sejak kepergiaannya itu ke rumah Lorraine. Aku yang sudah beristirahat selama beberapa jam tadi, membuatku berpikir akan demam yang aku rasakan ini bisa sedikit turun dan menjadi lebih baik. Tetapi, rupanya aku justru merasakan tubuhku yang sudah tidak sanggup lagi untuk merasakan sakit ini. Bahkan untuk melangkah ke dapur untuk membuat teh hangat pun, sepertinya sudah tidak bisa aku lakukan lagi. Namun selain berusaha melawan demam yang menyerang tubuhku ini, aku rasa tidak ada yang bisa aku lakukan lagi agar sakit ini tidak semakin bertambah buruk. Dengan perlahan, aku pun beranja
Happy Reading . . . *** Sudah dua jam lamanya, aku menunggu dan juga bersembunyi di balik pohon besar tepat di seberang rumah Lorraine untuk memantau ada hal apakah yang akan terjadi pada hari ini di sana? Sudah cukup lama setelah pertemuan terakhirku dengan Bryce pada saat aku sedang sakit itu, hubungan di antara diriku dan Bryce itu benar-benar putus kontak. Dan kini, aku yang dengan sengaja mendatangi rumah Lorraine, ingin mengetahui ada hal apakah yang sedang terjadi pada mereka yang sudah tidak pernah aku ketahui kabarnya lagi? Dan, mungkin juga aku yang hari ini akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Renne walau hanya sesaat saja? Sudah satu bulan lamanya aku tidak dengan anakku itu. Rasanya, bukan hanya rindu saja yang kini sudah aku rasakan terhadapnya. Tetapi juga rasa ingin memeluk dan melimpahkan akan rasa kasih sayang yang sudah sangat lama juga ingin aku berikan kepadanya. Aku takut di saat aku yang sudah lama tidak memberikan rasa itu, Renne akan lupa denganku
Happy Reading . . . *** Pelukan erat nan hangat di pinggangku ini, membuat serangan kecupan bertubi-tubi yang tak kalah hangat di wajahku ini juga, sedang Becks berikan. Di sebuah sofa panjang di apartemen milik Becks yang kami gunakan untuk sedikit santai, tubuhku yang berbaring membelakanginya itu sejak tadi sudah di peluk dengan begitu erat seakan ia yang tidak rela untuk melepaskannya walau sesaat saja. Sedangkan aku yang sedang fokus menonton televisi di depan sana, sama sekali tidak terganggu akan hal yang sedang Becks lakukan kepadaku itu. Bahkan dengan nyamannya, aku justru menjadikan lengan keras dan besar akan otot milik Becks ini, sebagai penyangga kepalaku. "Kau bisa tinggal bersama denganku di sini. Untuk apa kau tinggal di rumah itu yang pasti hanya akan sendirian? Lebih baik kau di sini saja bersama denganku." Ucapan Becks itu pun membuatku sedikit memutar tubuh, hingga aku yang kini bisa menatap wajahnya yang sedang tersenyum itu. "Tidak semudah itu, kau tahu?" "A
Happy Reading . . . *** Di depan cermin yang sedang menampilkan seluruh pantulan akan diriku yang kini sudah mengenakan gaun bergaya casual yang sudah Becks persiapkan untukku, aku menatap diriku ini sejenak dengan lekat. Gaun bewarna hitam berbahan nyaman karena terbuat dari satin ini, rupanya tidak benar-benar membuatku nyaman. Model dan potongan gaun yang cukup terbuka di bagian dada serta bahu dan juga mencetak bentuk tubuhku ini, membuatku justru merasa tidak nyaman karena aku yang tidak terbiasa. Tetapi dengan aku yang sudah berjanji untuk menemani Becks datang ke pekan mode di New York itu, membuatku menjadi harus mau tidak mau mengenakan gaun yang sesungguhnya tidaklah aku sukai ini. Namun untung saja Becks tidak melengkapi gaun yang ia berikan kepadaku ini dengan sepatu berhak tinggi yang semakin bisa menyiksaku. Dengan sepatu datar yang tertutupi oleh panjangnya gaun yang sampai menyapu lantai, aku menyempurnakan penampilanku dengan menggerai rambut panjang brunetteku ini
Happy Reading . . . *** “Becks, hentikan mobilnya di sini saja." Ucapku kepada Becks agar dapat menghentikan mobil yang dikendarainya ini beberapa ratus meter sebelum sampai tepat di depan rumah. Setelah kembali dari New York tadi, Becks langsung mengajakku untuk makan bersama terlebih dahulu dan kembali apartemen-nya untuk juga bisa mengganti pakaian. Aku pasti akan sangat dicurigai jika pulang ke rumah dengan menggunakan gaun, apalagi dengan model potongan yang cukup terbuka. Jadilah aku baru diantar kembali ke rumah oleh Becks di saat waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. "Kau yakin? Sedikit lagi sampai, bukan?" "Iya. Tetapi ia sudah menungguku sejak kemarin di rumah. Dan jika kau mengantarku tepat sampai di depan rumah, ia akan merasa curiga denganku sekaligus bertanya-tanga ketika ia yang melihatku keluar dari mobil milikmu ini yang baginya masih terasa sangat asing." "Memangnya ada hal apa yang ingin ia bicarakan lagi denganmu?" Tanya Becks setelah ia menepikan dan
Happy Reading . . . *** Pelukanku pada Renne ini sungguh rasa tidak ingin aku lepaskan sampai kapan pun. Tidak hanya pelukan akan rasa rindu saja, tetapi aku juga melimpahkan rasa sayang dan rasa cinta yang tak terbatas terhadap anakku ini. Sejak semalam aku bertemu dengannya, hingga hari telah berganti menjadi pagi pun aku masih tidak berniat untuk melepaskan pelukanku terhadap Renne yang sejak beberapa saat lalu sudah terbangun dari tidurnya. Di atas ranjangnya yang kecil ini, aku membiarkan Renne menidurkan tubuhnya di atas tubuhku yang seakan juga tidak ingin melepaskan pelukannya terhadapku. Dan sepertinya, Renne sudah melupakan kemarahannya terhadapku pada saat pertemuan terakhir kami yang kurang lebih sudah terjadi pada satu bulan yang lalu. "Renne..." "Ya, Mom?" "Apakah Renne merindukan Mommy?" "Renne sangat merindukan Mommy. Kenapa Mommy tidak pernah datang menemui Renne?" "Maafkan Mommy, Sayang. Kemarin-kemarin Mommy sudah membuat Renne sedih dan kecewa.". "Tetapi Ren
Happy Reading . . . *** Setelah menemani Renne hingga sampai tertidur, aku pun beranjak keluar dari dalam kamarnya dengan sepelan mungkin agar tidak sampai menimbulkan suara yang mengganggu. Hingga aku yang sudah berada di luar kamar, tiba-tiba saja aku pun sedikit dikejutkan oleh suara Bryce yang memanggilku di belakang sana. "Bisakah kita bicara lagi?" "Tentu saja." Bryce yang terlebih dahulu melangkah menuju ruang tengah, membuatku langsung bergegas mengikutinya. Lalu, aku pun mendudukkan diri di sofa yang berseberangan dengan sofa yang di duduki oleh Bryce. Tatapan kami yang bertemu, langsung membuat pria itu membuka pembicaraan di antara kami yang sudah aku duga tidak akan jauh dari permasalahan mengenai perpisahan. "Apa yang membuatmu sampai memutuskan ingin berpisah denganku, Mandy?" "Banyak hal yang membuatku sampai pada akhirnya memutuskan untuk mengambil keputusan itu." "Kau bisa mengatakannya." "Aku tidak ingin membuatmu merasa kecewa setelah mendengar semua alasan