Happy Reading . . . *** Sebisa mungkin aku mencoba untuk menahan senyuman yang entah mengapa tidak bisa aku kendalikan dengan menghilangkannya dari bibirku. Dengan sesekali mengusap dan menggigit kecil bibirku ini, pikiranku pun tidak bisa terlepas dari hal yang sudah terjadi di antara diriku dan dirinya tadi siang. Ciuman yang memberikan banyak arti dan menimbulkan kesan yang begitu mendalam di dalam diriku itu seakan tidak ingin menghilang dari bayanganku. Oh, tidak! Apakah benar aku sedang jatuh cinta? Rasa ini, kembali aku rasakan, tetapi justru kepada orang lain. Jatuh cinta yang terasa salah, namun entah mengapa aku justru menginginkannya. "Mandy..." Suara panggilan itu langsung membangunkanku dari lamunan, dan aku pun tidak tersadar akan keberadaan Bryce yang rupanya sudah duduk di sofa tepat di sampingku. "Hei, kau sudah pulang?" Tanyaku dengan senyuman di wajah. "Ya, sejak tadi. Sejak aku yang memperhatikanmu sedang senyum-senyum sendirian." "Benarkah?" "Seberapa dala
Happy Reading . . . *** Menyiapkan sarapan saat pagi hari seperti ini sudahlah menjadi kewajiban untukku. Maupun Bryce tidak pergi bekerja sekalipun, aku tetap harus membuatkannya sarapan pagi. Bersamaan dengan dua telur mata sapi yang baru saja selesai aku buat, dan hendak aku pindahkan ke atas piring tiba-tiba saja sebuah pelukan dan kecupan singkat di pipi aku rasakan sehingga sedikit membuatku terkejut. "Bryce..., kau mengejutkanku." Protesku yang membuat sang pelaku hanya tertawa dan melangkah menuju meja makan. "Selamat pagi, aku hanya memberikanmu ciuman pagi saja." "Menyebalkan," balasku sambil melangkah menuju meja makan sambil membawa sepiring telur mata sapi yang sudah aku buat tadi. "Tetapi aku mencintaimu." Bryce pun langsung memeluk pinggangku setelah aku menaruh piring tersebut di atas meja tepat di hadapannya. Aku tahu ia sedang mencoba untuk membangun kembali sikap manis dan romantisnya kepadaku, tetapi sayangnya hal itu tetap tidak bisa meluluhkan perasaanku.
Happy Reading . . . *** Pandanganku tidak bisa berhenti meneliti setiap sudut apartemen milik Becks yang terlihat mewah dan begitu menarik untuk dilihat ini. Setelah aku dan Becks yang sudah selesai makan siang bersama tadi, ia pun mengajakku ke apartemennya karena ingin memperlihatkan kamera pertama miliknya kepadaku. Dan disinilah aku, di ruang tengah apartemen Becks aku menunggunya yang sedang mengambil kamera tersebut. "Maaf jika lama, Mandy. Aku sedikit lupa terakhir menaruhnya dimana. Jadi, aku harus mencari-carinya terlebih dahulu." "Tidak masalah,". "Apartemenmu sangat nyaman, Becks." Sambungku bersamaan dengan ia yang mendudukkan diri tepat di sampingku sambil terlihat mengotak-atik kamera di tangannya itu. "Kau suka berada di sini?" "Terasa nyaman saja." "Kau bisa mengunjunginya kapan pun itu kau ingin." "Kau ini, selalu saja mempersilakanku untuk memasuki setiap wilayah pribadimu kapan pun itu aku ingin? Memangnya kau tidak takut dengan aku yang bisa saja sebenarnya
Happy Reading . . . *** "Seharusnya kau malu dengan dirimu sendiri. Bagaimana bisa kau menjadi seorang istri yang baik, jika kau sendiri saja tidak bisa menunjukkannya? Dan kau, Bryce. Apa yang kau harapkan dari seorang istri yang tidak mengerti akan arti dari sebuah tanggung jawab? Baru disindir seperti itu saja sudah langsung pergi dari rumah seakan tidak memiliki sikap saja. Sepuluh tahun lebih kau menjalani pernikahanmu ini, tetapi sikapmu masih sama saja. Tidak pernah berubah seperti dahulu. Dimana..." Ya, ya, ya. Keluarkan saja semua keluh kesahmu yang selama ini sudah kau pendam karena memiliki menantu yang di matamu terlihat tidak berguna ini, Lorraine. Aku yang baru saja sampai di rumah setelah bertemu dengan Becks tadi, langsung disembur oleh kemarahan orangtua tercinta Bryce itu karena aku yang justru meninggalkan rumah disaat yang lain tidak ada yang memiliki rencana berpergian keluar. Dan Lorraine pun semakin marah karena aku yang meninggalkan Renne dan Bryce begitu s
Happy Reading . . . *** Dengan langkah cepat, aku memasuki sebuah cafe dan menghampiri sosok Ava yang sudah terlihat duduk di salah satu kursi di depan sana. Pagi ini aku memiliki janji temu dengannya untuk membahas masalahku yang sempat menyeret Ava ke dalamnya. Selain Ava yang juga sudah terus menerus mengejarku untuk dimintai penjelasan mengenai masalah itu, aku juga ingin memberitahu sekaligus menceritakan hal yang kemarin sempat terjadi pada diriku dan Becks. "Maafkan aku jika terlambat. Aku harus memastikan Lorraine pergi dari rumahku terlebih dahulu, dan Renne yang juga harus pergi ke sekolah." Ucapku sambil menduduki diri di kursi yang berhadapan dengan Ava. "Nenek sihir itu semalam menginap di rumahmu?" "Ya. Dia selalu khawatir dan ingin melindungi anak satu-satunya itu dari seorang wanita yang di matanya selalu terlihat tidak bertanggung jawab seperti diriku ini." "Sangat menyebalkan." Balas Ava dengan mencibir dan membuatku sedikit tersenyum karenanya. "Kau ingin pesa
Happy Reading . . . *** Aku cukup bertanya-tanya dengan diriku sendiri saat ini. Aku yang sudah memutuskan untuk tidak ingin memiliki hubungan dengan Becks lagi, namun kini entah bagaimana bisa aku justru menjadi berada di apartemen milik pria itu yang kemarin baru saja aku kunjungi. Pada saat aku sedang berada di dalam perjalanan dengan diantar oleh Ava, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari rekan kerjanya di Style's yang menginginkan keberadaan wanita itu saat ini juga di kantor. Sedangkan aku yang mengerti betapa gentingnya urusan Ava tadi, membuatku memutuskan untuk turun di pertengahan jalan menuju rumah dan menyuruh Ava untuk segera bergegas menuju kantor saja. Tetapi yang tidak aku mengerti, bagaimana bisa di saat aku yang ingin kembali ke rumah namun justru lubuk hatiku ini menuntunku untuk bisa sampai berada di apartemen Becks? Aku yang memang sesungguhnya ingin mengakhiri hubungan yang belum sempat terjadi di antara diriku dan pria itu secara baik-baik, mungkin adala
Happy Reading . . . *** Pikiranku yang saat ini sedang terasa kosong dan aku yang juga sedang duduk melamun di sofa ruang tengan ini dengan tiba-tiba saja dikejutkan oleh sebuah pelukan yang aku rasakan di pinggangku, bersamaan dengan aku yang tersadar akan Bryce yang sudah mesandarkan kepalanya di bahuku. "Kau sejak tadi lebih banyak diam? Ada apa, hah?" "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang tidak memiliki suasana hati yang baik saja." "Apa karena masalah tadi siang? Karena Anna?" "Tidak. Tidak ada hubungannya dengan wanita itu." "Jika kau memikirkan tentang Anna, aku tidak ada apa-apa dengannya. Hubunganku dengannya hanya sebatas profesional saja, Mandy. Kau tahu aku ini sangat mencintaimu, bukan?" "Iya, aku tahu kau sangat mencintaiku. Dan lagi pula, aku juga tidak memandangmu dengan Anna memiki sesuatu di belakangku, Bryce. Hanya saja, aku merasa sepertinya Lorraine sangat menyukai wanita itu. Buktinya saja, ia sampai menyuruhmu untuk membantunya yang hanya sedang melaksana
Happy Reading . . .*** Mataku pun terbuka di saat telingaku secara tidak sengaja menangkap suara-suara yang cukup mengganggu tidurku ini. Selama semalaman ini aku menidurkan tubuhku di sofa ruang tengah setelah kejadian tidak menyenangkan yang terjadi kemarin malam terhadapku. Bryce yang aku pikir benar-benar marah setelah kejadian itu, membuatku memutuskan untuk memberikannya sedikit waktu dan ruang agar ia bisa menerima hal yang mungkin baginya cukup mengejutkan itu. Dengan wajah yang terasa cukup sembab akibat tangisanku semalam, aku mendudukkan diriku sambil mencari sumber suara yang sudah mengganggu tidurku tadi. Dan rupanya di sana aku bisa melihat Lorraine yang sedang memindahkan tas dan koper menuju pintu rumah. Aku yang masih sempat berpikir untuk apa ia memindahkan koper tersebut, langsung teralihkan oleh sosok Renne yang sudah rapi dengan tas ransel yang berada di punggungnya. Ia tidak terlihat ingin pergi ke sekolah karena pakaian yang dipakainya itu bukanlah seragam se