“Apa aku terlambat?” tanya Deric yang datang bersama Thomas.
Caraline segera berbalik, bersiap memasang wajah ketus. Akan tetapi, aksinya gagal saat melihat penampilan Deric.
Deric memakai setelan jas biru tua yang senada dengan gaun yang dipakai Caraline. Rambutnya ditata dengan rapi sehingga tampak berkilau ketika tersiram cahaya. Jangan lupakan aroma parfumnya yang tercium. Penampilannya benar-benar menambah ketampannya berkali-kali lipat. Pria itu tampak sempurna malam ini.
Caraline benar-benar dibuat takjub saat melihat Deric. Wanita itu bahkan tak berkedip selama beberapa waktu. Di saat yang sama, jantungnya berdegup sangat kencang. Dibanding membuat Deric terkejut dengan penampilannya, justru pria itulah yang membuatnya sangat syok.
“Aku kau menyukai penampilanku?” tanya Deric sembari mengamati penampilannya. “Aku cukup kesulitan untuk menemukan pakaian yang cocok untuk dikenakan malam ini. Dan juga aku tidak te
Jalan raya Heaventown tampak lebih padat dibanding biasanya. Kemacetan terjadi di beberapa lajur jalan. Suara klakson dan umpatan terdengar saling bersahutan dari para pengendara. Salah satunya datang dari mobil yang dinaiki Jeremy, Jonathan dan James.“Ini semua gara-garamu, James!” bentak Jeremy sembari menoleh ke belakang dengan tatapan tajam. “Kau benar-benar sudah mencapai batasmu malam ini.”James hanya menunduk takut, tak berani mendongak.“Kau membuat kita hampir terlambat datang ke acara malam ini,” timpal Jonathan yang sudah mengepal kuat tangannya. “Kalau sampai kita tidak dizinkan masuk ke tempat acara, aku akan benar-benar menghajarmu.”James mengembus napas panjang, menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Tatapannya menoleh ke kanan dan kiri. Tampak kendaraan lain ikut terjebak bersama mobil yang tengah ditumpanginya.“Sial!” Jeremy memukul kemudi hingga klakson mobil terden
“Pastikan ledakan terjadi setelah acara selesai,” kata seseorang yang pertama kali bicara.James langsung menegang di tempat. Wajahnya seketika pucat. Matanya membulat untuk beberapa saat. Dengan degup jantung yang mulai menggila, ia berusaha mengintip ke arah luar.“Kau yakin toilet ini aman?” tanya orang itu lagi.“Toilet ini berada jauh dari toilet utama,” jelas sosok yang lain, “jadi tidak mungkin ada salah satu dari tamu undangan yang masuk ke toilet ini. Aku bisa memastikan keamanannya.”James dengan cepat menariknya tubuhnya ke posisi semula. Dengan tangan gemetar, pria itu mengarahkan ponsel ke bawah bilik yang sedikit terbuka, lalu mulai merekam video. Ia tidak tahu mengapa harus melakukan ini, tetapi ia merasa jika kedua pria itu merencanakan sesuatu yang jahat. “Sebaiknya kita bersiap-siap di lokasi,” ujar sosok yang pertama kali bicara, “aku akan memastikan bom itu
Kedatangan Henry Hulbert dalam sekejap menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di dalam maupun luar ruangan. Cahaya percikan lampu kamera langsung menghujaninya tanpa henti. Wakil Presidin Universe Corporation itu maju menuju karpet merah bersama sepuluh pengawal pribadi.Di dalam ruangan, para tamu undangan benar-benar terkejut ketika melihat kedatangan Henry Hulbert. Mereka langsung saling berbincang satu sama lain. Euforia juga terjadi pada Caraline dan Diego. Meski keduanya sudah mengetahui jika pria itu akan hadir, tetapi melihat penampilannya secara langsung membuat kekaguman mereka akan sosok Henry Hulbert tak dapat terhalang.“Pria itu benar-benar luas biasa,” kata Diego sembari bertepuk tangan. Tatapannya tertuju pada layar televisi besar yang berada di depan. “Aku benar-benar beruntung saat dia mengatakan jika aku adalah temannya. Ucapannya tersebut akan langsung berimbas pada perusahaan kita.”Caraline sendiri mendadak gug
“De-deric?” Caraline menoleh sesaat, meremas gaun. “Untuk apa aku mengajaknya? Aku tidak bisa melakukannya.”“Kenapa?” tanya Diego, “bukankah dia hanya seekor anjing?”Helen dan Lucy yang mendengar pembicaraan itu langsung menoleh. Keduanya sempat beradu pandangan, tetapi setelahnya memilih diam.“Ayolah, membawa seekor anjing bukan sesuatu yang menyulitkan,” bujuk Diego.“Sayang sekali, aku tidak ingin membiarkannya keluar dari rumah. Deric baru saja mengalami kemalangan.”“Kemalangan? Apa yang terjadi dengannya?” selidik Diego, “apa Deric mengalami kecelakaan atau peristiwa yang sulit?”Caraline mengembus napas panjang. “Ya, benar. Untuk itu aku tidak ingin dia mengalami hal memilukan lagi.”“Aku tidak akan menyakitinya,” ujar Diego, “jadi—”“Dan aku tidak akan datang ke acara makan m
Tepuk tangan dan tatapan penuh kekaguman langsung menyambut Caraline dan Diego. Keduanya menjadi pusat perhatian hampir semua orang yang ada di dalam ruangan. Acara ini juga disaksikan langsung di internet serta videotron yang ada si sepanjang jalan. Dalam waktu sekejap, kedekatan CEO dua perusahaan terkenal itu langsung menjadi buah bibir dan topik panas.“Mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi.”“Mereka adalah bintang malam ini.”“Aku benar-benar merasa iri, tapi di sisi lain aku tahu diri.”“Keduanya memang ditakdirkan untuk bersama.”“Apa mereka benar-benar sudah menjalin hubungan?”“Aku yakin jika gosip itu adalah benar.”“Hanya tinggal menunggu waktu bagi publik untuk mendengar pengakuan mereka.”Satu per satu komentar berupa pujian dan sanjungan terucap dari para tamu undangan. Dalam satu kali pandang, siapa pun yang ada di ruanga
“Kau siap untuk bertemu dengan Henry Hulbert?” tanya Diego.“Siap atau tidak siap, aku memang harus bertemu dengannya.” Caraline melewati Diego, lalu duduk kembali di kursi.Acara sudah memasuki babak akhir. Seorang penyanyi tengah tampil di atas panggung. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.“Bisa dikatakan aku juga merasa gugup saat ini.” Diego duduk di kursi.“Bukankah kau pernah bertemu dengannya?” tanya Caraline.“Tapi tekanan ini sangat berbeda dibanding saat aku pertama kali bertemu dengannya.”Caraline memutar bola mata. “Itu sangat tidak masuk akal.”“Kau ingin tahu alasannya?” Diego menoleh. “Itu karena aku akan bertemu dengan Henry Hulbert bersamamu. Aku takut jika kau terpesona padanya dan mencampakanku begitu saja. Atau sebaliknya, dia yang akan terpesona padamu. Saat itu terjadi, tentu aku tidak bisa melakukan apa pun.&rdquo
Caraline dan Catherine saling bertatapan dengan penuh kebencian selama beberapa detik lamanya. Kedua wanita itu sama-sama memiliki ego dan harga diri yang tinggi, tak ingin mengalah, merasa diri yang paling tinggi dan mumpuni.“Kau benar-benar menjijikkan,” ketus Catherine sembari memutar bola mata. “Jika orang-orang ini mengetahui siapa kau sebenarnya, mereka pasti akan menjauh dan mencibirmu.”“Jangan berbicara mengenai kejelakanmu sendiri, Catherine,” balas Caraline dengan senyum tipis, “dengan merendahkanku tidak menjadikanmu lebih tinggi dan lebih baik dariku.”“Kau selalu saja pandai membual.” Catherine mendengkus, menyilangkan kedua tangan di depan dada.Wilson hanya tersenyum melihat pertengkaran itu. Ia memilih tak ikut campur dan membiarkan Catherine berbuat sesukanya.“Aku tahu kau selalu iri padaku, Catherine.” Caraline mengelus anting kirinya. “Apa itu karena
“Aku ... sudah memasang bom di mobil Caraline,” ujar Wilson pelan, tetapi dengan jelas dapat terdengar oleh Catherine.“Apa kau gila?” Catherine langsung mendorong tubuh Wilson, menatap penuh ketidakpercayaan. “Kau sudah berbuat terlalu jauh, Wilson. Hentikan sekarang atau kau akan menyesal.”“Pelankan suaramu, Catherine.” Wilson memberi kode dengan telunjuk di depan bibir. “Biarkan aku menjelaskannya lebih dulu.”Catherine menggelen pelan, menatap Wilson dengan pandangan tak percaya. “Aku tidak akan membantumu jika terjadi sesuatu di luar kendali.”“Bukankah kau marah dan kesal pada Caraline, Catherine? Ini saat yang tepat untuk membalas semua kesombongannya. Tentu saja aku tidak akan sampai membunuh wanita rendahan itu. Aku hanya memberinya sebuah kejutan dan pelajaran. Ini seperti menakut-nakuti anak kecil dengan sekumpulan badut.”Catherine menutup mata, memijat