Caraline dan Catherine saling bertatapan dengan penuh kebencian selama beberapa detik lamanya. Kedua wanita itu sama-sama memiliki ego dan harga diri yang tinggi, tak ingin mengalah, merasa diri yang paling tinggi dan mumpuni.
“Kau benar-benar menjijikkan,” ketus Catherine sembari memutar bola mata. “Jika orang-orang ini mengetahui siapa kau sebenarnya, mereka pasti akan menjauh dan mencibirmu.”
“Jangan berbicara mengenai kejelakanmu sendiri, Catherine,” balas Caraline dengan senyum tipis, “dengan merendahkanku tidak menjadikanmu lebih tinggi dan lebih baik dariku.”
“Kau selalu saja pandai membual.” Catherine mendengkus, menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Wilson hanya tersenyum melihat pertengkaran itu. Ia memilih tak ikut campur dan membiarkan Catherine berbuat sesukanya.
“Aku tahu kau selalu iri padaku, Catherine.” Caraline mengelus anting kirinya. “Apa itu karena
“Aku ... sudah memasang bom di mobil Caraline,” ujar Wilson pelan, tetapi dengan jelas dapat terdengar oleh Catherine.“Apa kau gila?” Catherine langsung mendorong tubuh Wilson, menatap penuh ketidakpercayaan. “Kau sudah berbuat terlalu jauh, Wilson. Hentikan sekarang atau kau akan menyesal.”“Pelankan suaramu, Catherine.” Wilson memberi kode dengan telunjuk di depan bibir. “Biarkan aku menjelaskannya lebih dulu.”Catherine menggelen pelan, menatap Wilson dengan pandangan tak percaya. “Aku tidak akan membantumu jika terjadi sesuatu di luar kendali.”“Bukankah kau marah dan kesal pada Caraline, Catherine? Ini saat yang tepat untuk membalas semua kesombongannya. Tentu saja aku tidak akan sampai membunuh wanita rendahan itu. Aku hanya memberinya sebuah kejutan dan pelajaran. Ini seperti menakut-nakuti anak kecil dengan sekumpulan badut.”Catherine menutup mata, memijat
James melirik Jeremy dan Jonathan sebelum menyerahkan ponsel. Ia berharap kedua kakaknya tidak meninggalkannya di saat situasi sulit.“Hal ini bisa berlangsung cepat jika Tuan James mau bekerja sama,” ucap Stevan.James mengangguk pelan.“Tuan James, bisakah Tuan memutar video yang tak sengaja diputar tadi?” tanya Helen.James tiba-tiba saja menegang. Apa yang dimaksud video tersebut adalah tayangan saat dirinya merekam dua orang mencurigakan itu? tanyanya dalam hati.“Tuan James,” panggil Helen.James menggeleng beberapa kali. Pria itu ingin segera pergi dari tempat ini, terlebih dari interogasi yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia melirik Jeremy dan Jonathan untuk kedua kalinya sebelum akhirnya menyerahkan gawai pada Helen.Helen segera menekan tombol putar pada layar. Tak lama setelahnya video menampilkan tayangan dua orang dalam kondisi setengah badan yang membicarakan tentang rencana dan pele
Caraline mengembus napas panjang sembari memperhatikan penampilannya lekat-lekat. Pandangannya seringkali tertuju pada pintu ruangan. Tak bisa dipungkiri jika dirinya teramat gugup saat ini. Ia bahkan merasa tak nyaman untuk duduk.“Tenanglah,” kata Diego, “kau tampak tegang. Aku yakin jika pertemuan ini akan berjalan dengan baik.”Caraline memutar bola mata, menyilangkan kaki kanan ke kaki kiri. Wanita itu sudah berusaha untuk bersikap tenang. Akan tetapi, bila mengingat siapa sosok Henry Hulbert, ia menjadi gugup dan takut di saat bersamaan. Pertemuan ini begitu penting untuknya dan ia tidak ingin mengacaukannya.“Jika aku harus jujur, aku juga merasa gugup,” kata Diego, “aku harus bisa mempersiapkan diriku untuk menghadapi hal apa saja yang bisa terjadi anatara dirimu dan Henry Hulbert. Jika dia jatuh hati padamu, sudah dipastikan aku harus mundur dan mengaku kalah. Bukankah Henry Hulbert merupakan pria sempurna yang
“Kau tahu, jika kita memiliki harapan dan keinginan, jangan takut untuk mengharapkan sesuatu setinggi mungkin,” balas Caraline, “dibanding sekadar bertemu, kenapa kita tidak memilih menghabiskan waktu dengannya.”Diego mengangguk kecil. “Jadi bisakah aku berharap bila suatu saat kau dan aku—”“Teruslah berharap agar keinginanmu terwujud. Jangan lupa untuk terus berjuang hingga akhir,” sela Caraline.Caraline mengembus napas panjang, menoleh pada Diego. “Kau benar-benar rekan yang luar biasa. Aku tidak mungkin bisa sampai ke titik ini tanpa bantuanmu.”“Kau juga sangat luar biasa, Caraline. Kau semakin membuatku yakin jika kau adalah wanita yang sangat berharga.”Caraline memutar bola mata, mengulurkan tangan. Diego membalas uluran tersebut. Keduanya bersalaman, lalu saling berbagi senyum.“Aku harap kau tidak melupakan janjimu.”Caraline memutar
Caraline terpejam singkat, meremas gaun dengan kedua tangan. Ingin rasanya ia menjerit sembari mengentak tanah kuat-kuat. “A-aku ... aku hanya akan memeriksa keadaan Deric.”Lucy memijat jam tangan. “Waktu dua menit dimulai dari sekarang.”“Astaga.” Caraline dengan cepat melepas sepatu, lalu berlari bertelanjang kaki menuju ruangan Deric. Sesampainya di sana, ia menggedor-gedor pintu. “Bangunlah, pemalas.”Caraline memutar bola mata tatkala melihat Lucy berada di beranda rumah sembari melirik jam tangan. “Hei, apa kau mendengarku? Aku akan mendiamkanmu jika kau tidak keluar dalam hitungan lima. Satu, dua, tiga, empat—”“Nona Caraline,” ujar Thomas yang keluar dari kediaman Deric.“Di mana Deric? Dan kenapa kau berada di tempat tinggalnya?” tanya Caraline beruntun.“Aku harus berada di tempat yang sama dengan Tuan Jacob sesuai dengan standar
Mobil yang dinaiki Jeremy, Jonathan dan James mulai memasuki gerbang rumah Caraline. Ketiganya kemudian bergegas turun.“Rumah ini kian megah setiap kali aku melihatnya,” kata Jonathan.“Sebaiknya kita bergegas,” ucap Jeremy sembari mulai berjalan. “James bersikaplah dengan baik atau kita akan mendapat masalah lagi.”“Baik.” James mengangguk lemah, mengikuti kedua kakaknya dari belakang. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada Deric yang tengah berbincang dengan seseorang di pinggir sungai. Ia berhenti sesaat, menyipitkan mata, berusaha menerka siapa kiranya yang tengah berbicara dengan saudara tirinya. “Itu seperti sopir yang membawa si cacat Deric di saat hari pernikahannya. Tapi wajah pria itu seperti mengingatkanku—”“James, apa yang sedang kau lakukan?” Jeremy berhenti sesaat, menatap adiknya dengan tatapan tajam. Pandangannya kemudian beralih pada Deric dan seorang pria yang b
Deric dan Thomas sama-sama memilih diam.James mengamati Thomas dengan tatapan menyelidik. “Wajahmu mengingatkanku pada sosok—”“James, apa yang kau lakukan?” Jonathan muncul dari celah kaca jendela.“Kurasa tidak mungkin. Ada tujuh orang yang memiliki wajah yang sama di seluruh dunia. Begitu yang kudengar dari salah satu tayangan televisi.” James membuka pintu mobil belakang.“Sepertinya kau sudah berubah setelah kepergianku,” kata Deric.“Itu karena kau adalah racun yang menghambat perkembanganku,” balas James ketus.“Bukankah itu karena otakmu yang tidak pernah terpakai?” Deric terkekeh.“Enyahlah.” James berdecak, kembali mengamati jam mewahnya dibanding harus berurusan dengan Deric.Mobil yang dinaiki Jeremy, Jonathan dan James meninggalkan kediaman Caraline.“Maafkan aku, Tuan,” kata Thomas tiba-tiba.&ldquo
“Apa yang baru saja kau katakan?” Caraline berdecak, menatap Deric dengan wajah memerah. “Kau benar-benar menyebalkan.”Caraline segera meninggalkan Deric, menaiki tangga dengan bibir cemberut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Sesekali tatapannya tertuju pada pintu rumah, melihat apakah pria itu akan menyusul atau tidak. Akan tetapi, setelah menunggu beberapa detik, Deric sama sekali tak terlihat melaju melewati pintu.“Deric pasti terlalu malu untuk mengungkapkan perasaannya,” ujar Caraline dengan senyum tipis yang terperangkap di sudut bibir, “dia harus belajar bagaimana mengungkapnya perasaannya padaku.”Caraline memasuki kamar, menghabiskan waktu dengan mengamati penilaian publik mengenai penampilannya selama acara kemarin. Banyak ulasan positif yang ia dapat meski beberapa orang memberikan komentar sebaliknya. Ia mengakui bahwa dirinya tidak akan bisa menjadi pemuas selera semua orang.Caraline k
Jeremy, Jonathan dan James tampak tegang saat mengikuti seorang pengawal menuju pinggiran taman. Deburan ombak menjadi musik pengiring degup jantung mereka yang menggila. Ketiganya mendadak terdiam ketika melihat Deric tengah memunggungi mereka di dekat pagar. Tak lama setelahnya, pengawal tadi memilih pamit. Untuk beberapa detik lamanya hanya ada keheningan yang meruang di antara keempat pria itu. Jeremy, Jonathan dan James saling melempar tatapan satu sama lain, bingung dengan tindakan apa yang akan mereka ambil saat ini. Haruskah mereka pamit? Deric perlahan berbalik, tersenyum menyambut ketiga saudara tirinya. Ia berjalan mendekat, tetapi Jeremy, Jonathan dan James sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka atau bahkan menoleh ke arahnya. “Aku sudah menunggu kedatangan kalian,” kata Deric. Jeremy, Jonathan dan James sama sekali belum menggubris pertanyaan Deric. Wajah mereka juga belum sepenuhnya terangkat. “Bukankah kau sangat merinduk
Enam bulan kemudian Kabar pernikahan Presiden Universe Corporation membuat satu negara menjadi heboh. Banyak para wanita yang memimpikannya menjadi pasangan tiba-tiba merasakan patah hati dan kesedihan mendalam. Tak sedikit yang menjadikan hari itu sebagai hari patah hati nasional.Desas-desus beredar bak jamur di musim hujan mengenai siapa wanita beruntung yang akan menjadi pasangan seorang Jacob Balderic. Setelah enam bulan lalu sosok Presiden Universe Corporation itu muncul di publik dan memperkenalkan dirinya, pria itu sama sekali tidak pernah muncul kembali di hadapan media. Namun, beritanya terus memenuhi lini berita dan tayangan televisi.Kemudian setelah seminggu kabar penikahan itu terdengar, media berhasil membongkar siapa wanita beruntung tersebut yang tak lain adalah Caraline. Banyak pihak yang setuju dengan hal itu, berpendapat jika kedua sangat cocok. Akan tetapi, tak sedikit yang justru mencibir dan merundung Caraline di
Hampir semua mata tertuju pada seorang pria tampan bermanik biru yang baru saja mengakui dirinya sebagai pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Suasana acara seketika sunyi senyap, begitupun dengan orang-orang yang melihat berita dari saluran televisi dan internet. Tak lama setelahnya, decak kagum penuh pujian bersahutan dengan tepuk tangan yang bergemuruh.“Astaga, Nona.” Helen yang terkejut tanpa sadar mengguncang tubuh Caraline. “Bukankah itu Tuan Deric? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dia bisa berjalan dengan kedua kakinya dan saat ini dia berada di depan Nona.”Helen menoleh pada Caraline yang tengah menunduk dengan wajah diliputi senyuman. Saat menyadari sesuatu, Helen dengan cepat mengendalikan diri. Kini, ia tahu alasan di balik perubahan Caraline selama dua minggu ini.“Nona Caraline,” panggil Helen dengan senyum merekah. Meski ada retakan di hatinya, ia ikut berbahagia ketika melihat Caraline saat ini.
Seminggu berlalu setelah pertemuan Caraline dengan Deric di rooftop gedung. Namun, senyum bahagianya tak kunjung juga reda. Helen, Stevan serta seluruh maid dibuat tak mengerti akan sikap wanita itu. Jika beberapa bulan yang lalu Caraline dirundung kesedihan, maka selama seminggu terakhir, ia justru diliputi kebahagiaan.Caraline mengunjungi sebuah acara yang diselenggerakan oleh salah satu anak perusahaan Universe Coporation di sebuah taman luas. Banyak pejabat dan pengusaha terkenal ikut hadir dalam acara, termasuk Henry Hulbert.Caraline benar-benar tak bisa duduk dengan tenang ketika melihat Henry Hulbert tampil di atas panggung. Pandangannya seringkali tertuju ke sekeliling. Besar kemungkinan jika Deric juga berada di acara ini, pikirnya.Caraline sama sekali tidak menerima pesan apa pun dari Deric selama seminggu ini. Ia juga sengaja tidak menghubungi pria itu. Jika dahulu rindu sangat menyiksa, maka kerinduaan ini justru kian membesarkan rasa cin
Caraline dan Deric saling memandang satu sama lain selama beberapa waktu, ternggelam dalam perasaan masing-masing. Cahaya lampu di sekeliling rooftop tampak berganti warna seiring waktu berjalan.“Aku hanya takut jika kau tidak sadarkan diri lagi seperti waktu itu,” ujar Deric tiba-tiba.“Apa maksudmu?” tanya Caraline dengan pipi merona merah.“Kau tahu, kau tiba-tiba pingsan saat kita akan melakukan ... ‘itu’ di kamarmu.” Deric tertawa, mengelus lembut rambut Caraline.“Pingsan?” Caraline menaikkan satu alis. “Bukankah kita memang pernah melakukannya?”“Sama sekali tidak,” ungkap Deric, “kau sepertinya sangat gugup sampai kau tak sadarkan diri, terlebih selama tertidur kau tidak berhenti tersenyum.”Caraline tiba-tiba saja membelakangi Deric, menutup mata dengan wajah yang sudah sangat merah. Ia benar-benar malu ketika mendengarnya. Jadi
Sekujur tubuh Caraline kian bergetar ketika melihat sosok Deric tengah berdiri di depannya. Ponselnya sampai terjatuh saking tak bisa menahan keterkejutan. Untuk beberapa saat, ia hanya bisa menahan napas dengan tatapan tak berkedip.Caraline serasa ditimpa keterkejutan di atas keterkejutan. Ia memang sangat menginginkan Deric kembali berjalan, tetapi saat melihat hal itu secara langsung, Caraline justru hanya bisa tercenung tanpa bisa melakukan apa pun. Bibirnya setengah terbuka, tetapi dengan cepat kembali tertutup.Bukankah Deric tampak sempurna dengan penampilannya saat ini?Caraline mencubit lengan kirinya kuat-kuat. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sana. Hal itu menandakan bahwa dirinya tengah berada di alam nyata. Meski demikian, Caraline masih merasa tersesat di alam mimpi. Deric yang selama ini ia anggap pria yang sudah kehilangan mimpi-mimpinya justru adalah sosok misterius yang selama ini orang-orang ingin ketahui. Deric tak lain adalah sosok pri
“Deric.”Untuk beberapa detik lamanya Caraline hanya bisa terdiam dengan mata membulat lebar. Mulutnya setengah terbuka dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Semua bayangan kebersamaannya dengan Deric seketika menyergap, membuat tubuhnya hampir saja ambruk di lantai. Tetesan air mata tanpa bisa dibendung kian membanjiri pipi.Caraline tahu bahwa dirinya sangat merindukan Deric lebih dari apa pun. Akan tetapi, ketika pria itu sudah berada di depannya saat ini, ia hanya bisa diam tanpa ada keinginan untuk mendekat atau bahkan memeluknya erat.Waktu terasa berhenti bagi Caraline. Semua pemandangan di sekelilingnya mendadak berubah menjadi hitam dan putih, kecuali Deric seorang. Di saat yang bersamaan, dunia menjadi menjadi sunyi senyap.Apa mungkin kerinduannya yang sangat besar pada Deric justru membawa pria itu kembali ke hadapannya?Apa mungkin ini semua khayalan?Apa mungkin saat ini ia berada di alam mimpi?Caraline mas
Dua bulan kemudian Acara pencarian bakat yang diselenggarakan salah satu anak perusahan Universe Corporation mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat. Acara tersebut menduduki peringkat tertinggi selama beberapa minggu acara tersebut berlangsung. Puncaknya pada laga final yang ditayangkan kemarin malam. Para peserta menampilkan hiburan sekaligus penampilan yang sangat luar biasa. Acara tersebut bahkan sampai ditayangkan di beberapa negara tetangga. Antusiasme masyarakat dan warganet pada program tersebut sangat tinggi hingga pihak penyelenggaran berniat untuk kembali menyelenggarakan acara serupa dengan konsep segar dan baru. Sebagai bentuk apresiasi pencapaian dan keberhasilan, diadakan penjamuan makan mewah untuk seluruh mitra yang bergabung dalam program tersebut. Beberapa petinggi Universe Corporation ikut hadir di mana salah satunya adalah Henry Hulbert. Caraline nyatanya masih berada di dalam kama
Satu bulan berlalu dengan cepat. Caraline kembali menata hidupnya yang baru. Diego dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara untuk semua kejahatan yang sudah diperbuatnya. Meski tak sebanding, tetapi hal itu cukup membuat dirinya merasa lega. Di sisi lain, Wilson juga ikut terseret ke dalam jeruji besi. Meski keluarga Wattson berusaha untuk membebaskannya, tetapi pria itu tetap mendapat hukuman tiga tahun penjara.Kehidupan Caraline lmabat laun kembali ke sedia kala seperti sebelum mengenal Deric. Wanita itu disibukkan dengan pekerjaan kantor. Akan tetapi, kerinduan dan rasa cintanya pada pria itu justru kian tak dapat dibendung.Caraline memiliki kebiasan baru saat ini. Ketika dirinya sangat merindukan Deric, ia akan pergi ke bekas kediaman pria itu, lalu bermalam di sana. Caraline akan tersenyum saat melihat deretan foto yang terpampang di dinding dan tak lama setelahnya menangis.Pencarian Deric, Lucy dan Thomas masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun, be