Caraline dengan cepat melepas pelukan, lalu mundur beberapa langkah dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Jantungnya kembali berdebar dengan kencang saat melirik ke belakang. Helen dan Setvan nyatanya melihat kejadian barusan. Sebisa mungkin ia harus bertindak senormal mungkin.
“Tu-tutup pintu ruangan ini dan jangan biarkan siapa pun mendengar percakapan kita,” perintah Caraline.
Stevan segera mengangguk, keluar sesaat, lalu kembali ke dalam ruangan. Sementara itu, Helen hanya tertunduk saat melihat peristiwa pelukan tadi. Dari tatapan dan bagaimana paniknya Caraline, ia bisa tahu kalau wanita itu benar-benar mencintai Deric.
“Kenapa kau tiba-tiba menghubungiku untuk datang ke kamarmu?” tanya Caraline dengan mimik ketus sembari menatap Deric. “Kau benar-benar membuatku kerepotan. Kau sudah mengganggu waktu istirahatku.”
“Tapi aku sama sekali tidak pernah memintamu untuk datang ke ruanganku
“Apa ada sesuatu, Nona?” tanya Stevan.“Menjauh dariku,” pinta Caraline.Stevan langsung meminta para pengawal merenggangkan jarak dari Caraline.“Apa yang sebenarnya terjadi, Helen?” tanya Caraline dengan suara berbisik.“Lucy menjelaskan kalau Tuan Deric menanyakan kabar tentang Nona padanya,” jelas Helen.“Helen, aku ingin kau terus mengawasinya.”“Baik, Nona.”Caraline segera memasuki mobil. Saat bertatapan Deric, ia dengan sengaja membuang wajah ke samping. Dadanya mulai terbakar api cemburu. Pikirannya dipenuhi oleh beragam pertanyaan soal kedekatan Deric dan Lucy.Mobil mulai melaju meninggalkan rumah sakit. Ada dua mobil pengawal yang lebih dahulu meluncur, sedang dua kendaraan lain berada di belakang kuda besi yang dinaiki Caraline dan Deric.Waktu masih menunjukkan pukul sembilan malam. Jalanan Heaventown tampak padat seperti biasanya. Lamp
Caraline bangun dari tidur dalam kondisi gelisah. Wanita itu mengalami mimpi buruk mengenai kejadian kemarin. Tubuhnya dibanjiri keringat dengan mata berkunang-kunang. Saat menoleh pada nakas, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.Caraline beranjak menuju balkon. Wanita itu mendapati Deric tengah berada di pinggiran danau. Perasaannya mendadak dihimpit ketakutan saat bayangan buruk mengenai pria itu kembali hadir.Caraline keluar dari kamar setengah jam kemudian. Suhu tubuhnya agak panas dengan kepala yang sedikit berdenyut. Ketika sampai di lantai bawah, ia langsung dikerumuni para maid yang menatapnya khawatir.“Apa mau kalian?” Caraline memutar bola mata. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian para asisten rumah tangga di rumah ini. “Jangan buat akhir pekanku menjadi lebih buruk karena tindakan aneh kalian.”“Bagaimana kondisi Nona saat ini?” tanya Grace yang seolah mewakili para pertanyaan
“A-aku ... aku ... diminta untuk mencelakai dan menculik ... seorang pria cacat,” ungkap penjahat berambut acak-acakan dengan wajah pucat.“APA?!” pekik Caraline bersamaan dengan tubuhnya yang mendadak berdiri. Bagai api yang disiram bensin, emosinya kian berkobar hingga menghanguskan kesabaran. Tanpa bisa dicegah, ia bergerak ke arah dua pria itu, lalu menampar mereka dengan sangat keras. “Kurang ajar!”Caraline mundur beberapa langkah. Jantung dan dadanya berdebar sangat cepat. Embusan napasnya mendadak meningkat berkali-kali. Rahang dan kepalan tangannya mengeras laksana batu karang yang siap menghancurkan kapal. Hatinya seperti ditusuk tombak hingga menciptakan lubang besar yang menganga.Ruangan mendadak hening setelah teriakan dan aksi Caraline barusan. Tak ada yang berani berbicara meski keterkejutan menghantam orang-orang di ruangan. Untuk pertama kalinya mereka melihat Caraline semarah ini.Caraline meras
“Jika tujuan mereka adalah mencelakakan Tuan Deric, maka ada kemungkinan kalau pelaku utama dari peristiwa itu adalah orang yang memang mengetahui hubungan Nona dengan Tuan Deric,” ujar Helen, “karena tidak mungkin dia mengincar Tuan Deric jika dia tidak mengetahui hal tersebut.”“Apa maksudmu?” Caraline tiba-tiba menoleh.“Ada beragam kemungkinan, Nona,” terang Helen sembari mencari posisi duduk ternyaman. “Pertama, pelaku mungkin tidak menyukai kehadiran Tuan Deric di sisi Nona. Kedua, pelaku memiliki dendam dengan Tuan Deric. Ketiga, pelaku merasa tidak senang melihat kedekatan Nona dengan Tuan Deric. Keempat, pelaku memiliki dendam dengan Nona hingga dia menjadikan Tuan Deric sebagai sasaran, terlebih saat melihat kondisi Tuan Deric ... yang berbeda dari orang kebanyakan.”Melihat Caraline hanya diam, Helen melanjutkan, “Aku pikir pelaku bukanlah orang sembarangan. Dia pasti sudah memikirkan r
Caraline memasuki rumah dengan langkah lebar. Kedua tangannya masih menutupi wajah. Ia tidak peduli jika harus menabrak para maid atau perabotan sekalipun. Hatinya benar-benar terluka saat Deric dengan enteng justru bersikap egois.Caraline menaiki tangga dengan terburu-buru. Suara percikan sepatunya menjadi bunyi yang mendominasi di ruang utama. Beberapa maid yang melihatnya hanya bisa menatap penuh kecemasan, tetapi tak bisa berbuat apa pun.“Grace, aku tidak ingin mendengar atau menerima benda apa pun dari Deric,” ujar Caraline saat melihat kepala maid itu mendekat.Caraline langsung mengunci pintu, melempar tubuhnya ke atas ranjang. Tembok ketegaran yang sudah ia susun sejak tadi akhirnya runtuh dengan air yang berlinang. Dadanya kembang kempis dengan bahu yang bergetar naik-turun.Caraline mengubah posisi menjadi duduk, memeluk kedua kaki, menenggelamkan wajah di atas lutut. Air mata kian berlinang tak kunjung h
Waktu terasa begitu lambat bagi Caraline saat ini. Wanita itu hanya duduk termenung di sofa tanpa melakukan apa pun. Ia hanya menatap buku-buku yang ada di atas meja dengan malas, lalu mengembus napas panjang. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam, tetapi keheningan di ruangan ini benar-benar membuatnya sangat bosan.Caraline beranjak menuju balkon. Kondisinya cukup ramai dengan para pengawal yang tengah berlarian menuju ruang interogasi. Tiga penjahat itu masih berada di ruangan itu. Ia mendengar jika orang-orang itu menutup mulut rapat-rapat saat ditanya oleh anak buah Stevan meski sudah diberi sedikit pelajaran. Namun, secara mengejutkan mereka tiba-tiba mau memberi informasi pagi tadi.Caraline menyandarkan punggung ke pagar balkon. Saat menoleh ke pinggiran danau, wanita itu melihat Deric tengah melaju dari arah lokasinya biasa berolahraga. Sejak obrolan mereka tadi siang, ia sama sekali belum bertemu dengan Deric, terlebih berbicara satu sama lain. Entahlah,
“Astaga! Apa yang aku lakukan di sini?” Caraline tiba-tiba gemetar saat melihat dirinya berada di atas ketinggian. Tubuhnya mendadak membeku seperti patung. Wanita itu benci ketinggian dan keadaannya saat ini membuatnya sangat ketakutan. Bagaimana mungkin ia bisa berada di tempat ini tanpa sadar?“Nona!” pekik beberapa maid dengan wajah cemas. Suara jeritan itu mengundang para asisten rumah tangga yang lain mendekat ke arah halaman.Para pengawal satu per satu berdatangan. Tampak Stevan berbicara pada beberapa anak buahnya. Bawahannya langsung bergerak ke dalam rumah bersama Grace yang mengikuti dari belakang. Sisanya langsung pergi ke belakang untuk membawa sesuatu.“Apa yang sebenarnya terjadi padaku?” gumam Caraline dengan wajah yang mulai pucat. Kepalanya berkunang-kunang karena ketakutan berada di tempat tinggi. Ia bisa melihat raut ketegangan dan kecemasan dari orang-orang di bawah sana, tak terkecuali Deric.
“Nona Caraline.” Para maid langsung mendekat, membawa tubuh Caraline menjauh dari Deric. Sementara Deric langsung dibantu oleh beberapa pengawal untuk kembali duduk di kursi roda.Caraline dibawa ke dalam kamar. Grace juga sudah sadarkan diri dan segera memanggil dokter dan Helen. Para pengawal tampak bersiaga di dalam rumah meski biasanya mereka hanya akan berjaga di luar kediaman, sedang para maid menunggu dengan khawatir di depan ruangan Caraline.Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari kamar. Wanita berjas putih itu menerangkan jika Caraline hanya mengalami syok berat dan sedikit demam. Setelah merasa keadaan aman, para pengawal mulai keluar dari bangunan dan kembali berjaga di sekitar lokasi rumah.Dari arah halaman depan, Helen tampak terburu-buru keluar dari mobil. Wanita itu berlari dengan wajah panik ketika memasuki rumah. Saat berada di anak tangga, dari arah berlawanan, ia bertemu dengan Grace.“Bagaimana