Hari sudah sore, namun Jim belum juga kembali. Astaga! Hati Silvya seperti sesak rasanya. Memiliki suami tapi seperti wanita jomblo. Ia bahkan tidak tau Jim ada di mana sekarang. Namun untuk menelponnya, Silvya takut mengganggu privacy Jim. Apa kata teman Jim nanti? Dia memiliki seorang istri yang posesif? Ah! Tidak! Silvya tidak ingin membuat Jim merasa tidak nyaman memiliki istri yang posesif.
Silvya keluar kamar untuk menenangkan hatinya, melihat tanaman hijau mungkin bisa sedikit membawa ketenangan bagi batinnya. Atau ... Berenang? Ah tidak! Kolam renang itu terlalu sepi, ia akan jadi pusat perhatian jika berenang sendirian di sana. Jadi yang Silvya lakukan akhirnya hanya menceburkan kedua kakinya ke dalam kolam berwarna biru itu.
Silvya kembali meraba kalungnya. Mengingatkannya pada sosok Chris. Akankah nasib pernikahannya akan seperti ini jika ia menikah dengan Chris? Mungkin tidak. Chris adalah pria yang memegang komitmen. Chris tidak pernah menduakannya, bahkan saat ia menikah dengan Maureen, Ia tidak menghabiskan malam pertamanya dengan Maureen tapi malah menemuinya untuk minta maaf.
Di awal pernikahan, Chris memang tidak mencintai Maureen dan berniat kembali padanya, tapi siapa sangka dalam perjalanannya, Chris malah jatuh cinta beneran pada Maureen. Saat itu, Chris sempat hampir bercerai karena sebuah kesepakatan yang dibuat di awal pernikahannya. Dan ketika Chris akan kembali ke Silvya, kedua orang tua Silvya tidak setuju dan Silvya pun memilih untuk tidak memperjuangkan perasaannya terhadap Chris. Silvya membiarkan Chris berjuang sendiri sementara Silvya lebih memilih untuk jalan dengan Hans yaitu pria pilihan papanya. Namun Hans ternyata malah menghamili wanita lain, membuat Silvya mau tidak mau harus putus dengan Hans. Sementara Chris? Penolakan Silvya membuat ia tawar hati. Chris memilih untuk hidup sendiri dan tidak lagi ingin kembali ke Silvya. Namun begitu mengetahui bahwa Maureen hamil, Chris tidak mau bercerai dengan Maureen. Ia memutuskan untuk kembali bersama dengan istrinya.
Ponsel Silvya tiba-tiba berdering dan muncul nama Jim di sana.
"Halo?"
-- "Sayang, aku sebentar lagi pulang, aku akan mengajakmu makan malam di luar. Di wardrobe ada sebuah gaun yang sudah kusiapkan untukmu. Pakailah itu," ujar Jim dari seberang sana.
"Kamu mau mengajakku makan malam?" tanya Silvya.
--" Iya, Sayang! Apakah kamu tidak mau?
"Ehm, bukan begitu, kita bisa makan malam di hotel ini, kan? Kenapa harus keluar?" Gaya hidup Silvya yang super hemat membuatnya menghitung segala pengeluaran yang ada. Sekalipun ia tau bahwa Jim adalah pria dengan aset yang sangat banyak.
--"Aku ingin memanjakan istriku sebelum aku pergi. Ayolah, Sayang. Ini bukan sesuatu yang besar. Bersiaplah, sebentar lagi aku sampai."
"Oh, ya. Baiklah."
Silvya bergegas masuk ke kamar dan membuka lemari yang ada di sana. Ia melihat sebuah gaun pesta yang berwarna emas dengan belahan dada yang rendah. Gaun pesta tanpa lengan dengan panjang hampir menutup seluruh kaki. Namun ternyata ada belahan yang setinggi paha ketika dikenakan.
Silvya merasa sangat risih ketika mengenakan gaun yang seksi seperti itu. Selama ini pakaiannya selalu berlengan dan dibawah lutut. Kecuali gaun pernikahan yang bermodel Sabrina kemarin. Dan sekarang, ia harus memakai gaun pesta pemberian Jim.
"Ah! Ini terlalu vulgar," gumam Silvya sambil bercermin.
Sebenarnya gaun itu sangat pas di tubuh Silvya. Tapi karena Silvya merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri, maka pakaian indah tersebut jadi terlihat aneh ketika dikenakan olehnya.
Ceklek!
Suara pintu dibuka mengagetkan Silvya. Jim datang dan ia sudah mengenakan setelan resmi. Pakaiannya sudah berubah bukan kaos casual yang tadi pagi.
"Kamu darimana? Kok sudah ganti baju dan rapi?" tanya Silvya sambil menatap Jim yang sudah maksimal penampilannya.
"Oh! Ya, aku tadi pulang sebentar. Aku pikir jika istriku sudah tampil sangat cantik, maka aku pun juga harus tampil sempurna di hadapan istriku," ujar Jim sambil memeluk pinggang Silvya dari belakang.
Silvya tersenyum merasakan sikap manis Jim padanya.
"Oh ya? Bunga yang kamu kirim, sangat indah. Aku menyukainya," ujar Silvya sambil menatap Jim dari cermin.
"Benarkah?! Aku tidak menyangka seleraku dalam memilih bunga ternyata disukai istriku." Jim mengecup pipi Silvya.
"Semua pemberianmu aku suka. Jadi jangan berpikir yang tidak-tidak." Silvya membalikkan badannya menatap ke dalam mata Jim yang berwarna coklat hazel.
"Emh! Ayo! Sebaiknya kita pergi." Jim berusaha mengalihkan tatapannya. Ditatap Silvya seperti itu membuatnya merasa tidak nyaman.
"Apakah ini sekedar makan malam biasa?" tanya Silvya ketika tangannya digandeng Jim.
"Nanti juga kamu tau."
Dalam hitungan menit, pasangan pengantin baru itu sudah berada di jalan raya yang padat. Mobil sport Lamborghini yang dikendarai oleh Jim tidak bisa dengan leluasa berlari. Wajah Jim terlihat sebal dan gelisah. Berkali-kali ia melirik arloji rolexnya.
Dan setelah berkutat dengan kemacetan yang menyita waktu hampir satu jam. Sampailah mereka di sebuah restaurant bergaya international. Jim menggunakan jasa valley parking. Ia menggandeng Silvya menuju restaurant lantai atas.
Pengunjung restaurant di lantai atas didominasi oleh orang-orang yang berpenampilan seperti Jim. Sangat formal sementara para wanitanya juga mengenakan gaun mewah berbagai model seperti buatan seorang designer ternama. Menurut pengamatan Silvya, keliatannya ini bukan sekedar acara makan malam biasa.
"Hey! Jim, how are you?" Seorang pria menyapa Jim dan mereka berpelukan sambil menepuk bahu masing-masing.
"I'm fine, Max. And how are you?" balas Jim sambil menggenggam erat jabatan tangan Max.
"Haha! As you can see, I'm still single and become a better person everyday," jawab Max sambil tertawa.
"Who is this?" Max menatap Silvya yang hanya tersenyum melihat percakapan antara Jim dengan temannya.
"Oh! This is Silvya. She is my wife." Jim menatap Silvya dengan bangga.
"Oh, really? Finally, you find someone, huh?" Max menyenggol bahu Jim.
"Haha! Yes, I am!"
"Silvya, kamu silahkan ambil apapun yang kamu suka, aku akan menemui teman-temanku sebentar ya?" Jim melepaskan gandengannya dari tangan Silvya dan tanpa menunggu persetujuan Silvya, ia merangkul bahu Max dan berlalu dari sana.
Silvya mengerjapkan matanya sesaat lamanya, Jim meninggalkannya di acara megah seperti ini sendirian? Yang benar saja!! Silvya tertegun sesaat lamanya, tidak tau apa yang harus dilakukan. Pesta ini didominasi oleh orang asing. Kebanyakan dari mereka keliatannya bukan orang Indonesia. Bahasa yang bertebaran di sekeliling Silvya adalah bahasa asing. Sebenarnya ini acara apa? Silvya jadi bingung sendiri.
Acara pesta diadakan dengan konsep standing party. Jadi banyak orang berlalu lalang dengan membawa gelas dan minuman di tangan.
"Please, Miss." Seseorang yang berseragam menyodorkan nampan berisi minuman dan penganan di atas nampan. Namun Silvya hanya membalasnya dengan senyuman dan gelengan kepala.
Ia merasa sangat asing dengan lingkungannya bahkan ia tidak tau harus duduk di mana? Akhirnya, Silvya lebih memilih untuk pergi ke balkon dan berdiri di sana, menunggu keajaiban. Siapa tau Jim datang dan segera membawanya pergi dari tempat ini.
Harapannya untuk makan malam romantis dengan sang suami buyar sudah! Ia kira Jim akan memberinya kejutan yang lebih heboh malam ini, seperti makan malam berdua sambil bercengkerama menikmati keindahan alam. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, dia harus terdampar dengan sekelompok orang asing yang sama sekali tidak dikenalnya! Oh! Kejutan dari Jim memang luar biasa!
Silvya menunggu sekitar beberapa menit, sebelum seorang pria asing mendatanginya dengan dua buah minuman berwarna merah di tangannya.
"Hey, I'm Bill. Wanna drink?" Sapa pria asing tersebut
"Ehm, No thanks," tolak Silvya.
"Hmm ... Why? I deliberately provide this wine for you," ujar Bill.
"Wine? I don't like wine." Silvya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"This wine is sweet, just like you. It won't make you drunk," bujuk Bill.
Silvya tersenyum kecil mendengar ucapan Bill yang terdengar seperti gombalan klasik itu.
"Oh C'mon. Don't dissapoint me, please!" Wajah Bill terlihat memohon.
Melihat itu, mau tidak mau Silvya menerima gelas yang disodorkan.
"Thanks," jawab Silvya akhirnya. Ia menatap penuh keengganan dengan anggur yang sedang dipegangnya. Seumur hidup baru kali ini ia memegang gelas berisi minuman yang memabukkan.
"So, tell me your name!" Bill memulai percakapannya.
"I'm Silvya."
"Silvya? Wow! It's a beautiful name. Your name sounds like a princess," ucap Bill sambil menatap Silvya dengan tatapan menggoda.
"Haha! No! I'm Silvya, not Sophia." sahut Silvya sambil tersipu.
"Ow, yeah! You're right!" Bill ikut tersenyum mendengar Silvya merespon candaannya.
"So, did you come here alone?" Bill menyeruput minumannya.
"No, I'm with my husband."
"Oh really? But, where is he? Why he leaves you alone?" Bill menoleh ke sana kemari untuk memastikan bahwa suami Silvya tidak berada di sekitar mereka.
"I don't know, he has some business to discusses with his friend." Silvya mengangkat bahunya.
"Oh I see." Bill menganggukkan kepalanya.
"Hey, let's drink Silvya." Bill mengangkat gelasnya mengajak Silvya untuk bersulang.
Silvya tersenyum kecut mendengar ajakan Bill. Namun keliatannya ia harus menghargai usaha Bill membawakannya minuman. Jadi Silvya pun hanya menurut saja ketika Bill menempelkan gelas anggur mereka sampai berbunyi 'Ting!'
Bill menenggak habis minumannya dan ia menatap Silvya yang hanya menempelkan ujung bibirnya ke cairan berwarna merah.
"No, no! You should empty your glass, Silvya." Bill melarang Silvya menahan bibirnya di ujung gelas.
"No, Bill. I can't drink!" Silvya mulai tidak senang dengan cara Bill mengaturnya.
"Oh, trust me! It won't make you drunk!" Bill terus berusaha membuat Silvya menghabiskan minumannya.
"Bill!! Don't force me to do something I don't like!" Silvya mulai berkata tegas.
"Oh okay, okay! I don't wanna make you mad, I'm so sorry Silvya." Bill mulai melunak.
Ponsel Silvya tiba-tiba berdering. Dan muncul nama Jim di sana.
"Halo, Jim? Kamu dimana?" Silvya langsung bernafas lega. Ia ingin sesegera mungkin pergi dari hadapan Bill.
"Sayang, aku masih ada urusan sebentar, kamu tunggu dulu ya?" Silvya seketika merasa lemas mendengar ucapan Jim.
"Jim, aku membutuhkanmu sekarang!" Silvya berkata setengah berbisik. Matanya masih menatap ke arah Bill dengan was-was.
"Oh! Kamu ada di mana? Aku akan ke sana sekarang!"
"Aku sedang di balkon. Datanglah kemari cepat!" Silvya membalikkan tubuhnya membelakangi Bill yang menatapnya dengan intens.
"Ok, I'm on my way, sweetie!" Panggilan pun di tutup.
Tapi Silvya masih q meletakkan gagang ponselnya di telinga. Berbuat seolah-olah ia masih berbicara dengan Jim dan tidak ingin memberi kesempatan pada Bill untuk mengajaknya bercakap-cakap.
"Sayang!" Silvya segera membalikkan badannya ketika mendengar suara Jim.
"Jim!" Silvya memasukkan ponselnya ke dalam clutch bagnya lalu menghampiri Jim dengan wajah lega.
"Jim?" Bill pun terlihat senang ketika bertemu dengan Jim.
"Bill? Hai!!" Kedua pria itu saling berpelukan sambil menepuk bahu masing-masing.
"So, is she your wife?" Bill menatap Jim dengan tatapan tak percaya.
"Yeah! Of course!" Jim menjawab dengan bangga.
"Oh!" Bill kembali menatap ke arah Silvya.
"Jim, sebaiknya kita pulang," ajak Silvya sambil melingkarkan lengannya ke lengan Jim.
"Sayang, aku masih ada urusan. Beri aku waktu 30 menit lagi, okay! Bill akan menemanimu. Kamu tidak perlu takut padanya. Dia adalah temanku." Jim berkata dengan nada yang menenangkan.
"Tapi, aku tidak suka minum anggur, Jim. Dan dia selalu memaksaku!" Silvya merajuk berharap Jim mengerti posisinya.
"Hey! Itu hanya anggur biasa, tidak akan membuatmu mabuk jika kamu hanya habis segelas ...!" Jim meraba dagu Silvya. Tatapannya begitu meyakinkan. Membuat Silvya semakin frustrasi dibuatnya. Jim ini kenapa sama sekali tidak membelanya? Bahkan semua keberatannya tidak ada yang dihiraukan!!
"Bill! I'll leave my wife for a while, okay? I'd rather entrust my wife with you than anyone else." Jim mengerlingkan matanya ke arah Bill sambil menepuk bahunya.
Dan ia pun berlalu pergi!
'Ya Tuhaaaan!' Silvya hanya bisa mengerang dalam hati
******
Silvya menatap punggung Jim dengan frustasi. Ia tidak percaya Jim malah menyerahkan dirinya kepada Bill. Orang yang membuatnya tidak nyaman beberapa menit terakhir."Hey, let's sit!" Bill menarik lengan Silvya dan mengajaknya untuk duduk di sofa yang tersedia di balkon itu.Anggur yang Silvya letakkan di dinding balkon juga diambil oleh Bill dan diletakkan di meja yang ada di depan sofa."Bill! I ...""Hey, don't worry. I'm a good person!" Bill seolah mengerti kekhawatiran Silvya.Wajah lugu dan ekspresinya yang mudah terbaca membuat Bill semakin tertarik dengannya. Dan Silvya yang manis ini menjadi istri Jim? Yang benar saja! Mimpi buruk apa yang membuat Silvya mau menjadi istri Jim? Bill tanpa sadar menggelengkan kepalanya memikirkan semua kemungkinan itu."What's wrong?" Silvya merasa aneh melihat Jim menggelengkan kepalanya."Oh, nothing! I'm j
Mobil Bill berhenti di sebuah rumah yang elite. Rumah itu memiliki pagar besi otomatis yang bisa membuka pagar sendiri hanya dengan men-screening wajah Bill dari jendela mobil yang transparan. Bill memasukkan mobil Porsche-nya ke garasi lalu ia hendak menggendong Silvya ala bridal style ke dalam rumah. Namun baru saja Bill melingkarkan tangan Silvya di lehernya bibir tipis milik Silvya tanpa sengaja menyentuh miliknya. Dan Silvya memagutnya dengan lembut.Bill mematung sesaat lamanya merasakan pagutan lembut Silvya! Cara Silvya menciumnya seperti seorang anak sekolahan. Tidak liar dan penuh kelembutan. Otak Bill seketika berhenti beroperasi. Perasaan apa ini? Bill masih berusaha menikmati perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Wanita ini benar-benar membuatnya merasa seperti remaja yang baru mengenal cinta.Silvya terus menggerakkan bibirnya menikmati bibir Bill yang tebal seolah ia sedang menik
Silvya memegang kepalanya yang terasa pening. Ia mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menembus tirai jendela dan menerpa wajahnya."Ah! Dimana aku?" Silvya menatap ruangan tempat ia berbaring.Ini bukan kamarnya, ini juga bukan kamar hotel dan apakah ini kamar di rumah Jim? Silvya belum pernah tinggal di rumah Jim. Ia hanya mampir sekali saja dan itu pun hanya duduk di ruang tamu. Silvya duduk dan terkejut ketika mendapati tubuhnya tidak berbusana."Hah!!? Apa yang sudah terjadi semalam?" Silvya bergumam dengan bingung. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia memejamkan matanya membayangkan apa hal terakhir yang bisa ia ingat."Emm .... tidak, Jim meninggalkanku dan seingatku Jim tidak kembali untuk menjemputku. Jadi?" Silvya kembali membelalakkan matanya ketika mengingat wajah Bill.Bill lah yang terakhir kali bersamanya. Jadi? Oh tidak!!!! Apakah ini rumah Bill? Dan apakah Bill telah menye
Bill berkali-kali menatap Silvya yang duduk di sampingnya. Silvya diam seribu bahasa dan pandangannya terlihat kosong dan tak terarah.Jim mengarahkan mobilnya menuju hotel tempat Silvya menginap. Silvya memutuskan untuk mengambil barangnya dan pergi dari sana. Setelah kemarin ia sendirian di hotel, sekarang Jim malah mempercayakan Bill untuk menjaganya. Silvya benar-benar merasa jadi orang yang tidak berguna! Pernikahan apa yang sebenarnya sedang ia jalani saat ini?Saat semua para pengantin baru menikmati hari-hari indahnya bersama pasangan, ia malah seperti orang jomblo yang mengenaskan. Dan tanpa bisa ditahan, airmata Silvya kembali menetes! Tapi Silvya dengan cepat menghapusnya.Mereka sudah sampai di depan lobby hotel. Silvya menyuruh Bill untuk pergi meninggalkannya namun Bill yang melihat Silvya seperti orang linglung, jelas tidak mungkin rela membiarkan Silvya sendirian. Tanpa bisa dicegah, Bill pun mengikuti langkah Silvya
Silvya sedang mematut di depan cermin. Ia mengenakan atasan berbahan rajut warna cream dengan lengan 3/4 dipadu dengan celana panjang kulit berwarna hitam. Rambutnya diangkat keatas berbentuk cepolan kecil dengan anak-anak rambut yang menjuntai ke bawah mulai dari dahi sampai tengkuknya. Menimbulkan kesan seksi yang menggoda.Silvya melirik jam tangannya, ini sudah pukul 6 malam. Ia masih sabar menunggu Jim datang. Setau Silvya, Jim bilang bahwa ia sudah memberitahukan bahwa ia akan off dalam urusan pekerjaannya selama 3 hari karena menikah. Tapi, selama dua hari ini, ia bahkan hanya menemani Silvya hanya beberapa menit saja. Lalu kemana waktu sisanya ia gunakan?Silvya berjalan mondar mandir di kamarnya menunggu kabar dari Jim. Hatinya mulai resah ketika penunjuk menit sudah bergerak ke angka 9, ini artinya sudah 45 menit ia menunggu. Ah ya! Mungkin makan malam kan sebagian orang dimulai pada pukul tujuh. Silvya masih berusaha berpikir positi
'Bill? Kok Bill bisa tau nomorku? Apakah Jim yang memberitahu? Ah! Tapi untuk apa?' Dalam kebingungannya, Silvya langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menghapus pesan Bill. Ia tidak ingin mendapat masalah dengan Jim jika sampai Jim tau Bill mengatakan hal yang tidak-tidak padanya."Let's go, Sayang!" Jim berdiri begitu melihat Silvya sudah turun dengan membawa kopernya."Aku panggil mama dan papa dulu," ucap Silvya.Dan setelah berpamitan, Jim membawa Silvya menuju apartemen yang memang ia beli untuk mereka tinggal. Sebuah apartemen premium kelas atas yang banyak dihuni oleh para expatriat. Memiliki private lift dan kode rahasia ketika kita ingin memasuki ruangan.Tapi ... sesuatu yang layak dikagumi, tidak direspon demikian oleh Silvya. Wajah Silvya terlihat datar dan biasa saja ketika melihat perabotan bermerk yang mahal. Sofa empuk berwarna krem pucat yang terletak di tengah ruangan dengan Smart TV beruk
WARNING ! Bab ini tidak diperuntukkan bagi usia di bawah umur ya!! Karena konten mengandung adegan dewasa 21++Dosa dan nafsu, silahkan tanggung sendiri! Jangan nyalahin siapa-siapa termasuk Silvya!****Pria itu tersenyum melihat Silvya tertidur pulas. Ia duduk dan meraba wajah Silvya yang terlihat cantik dan polos."I miss you so bad, Silvya! Why you didn't reply my message, hm?"Melihat Silvya tidak meresponnya, pria itu semakin tersenyum senang. Keliatannya Silvya benar-benar sudah lumpuh total. Dan jika semalam ia tidak mendapatkan kepuasan, kali ini ia memutuskan untuk bisa mendapatkannya."Let's have fun, Girl!" Pria itu mulai meraba tubuh Silvya.Ia melepas pakaiannya sendiri dan mulai menjarah tubuh Silvya penuh nafsu. Melakukan hubungan dengan wanita yang sedang pulas jelas tidak seasyik dengan wanita yang bisa membalas. Namun begitu, Bill tetap merasa senang. Bisa
Tubuh Bill kaku menanti reaksi Silvya selanjutnya. Mata Silvya yang berkedip-kedip membuat wajah Bill semakin tegang."Jim ..." Silvya kembali menyebut nama Jim sambil tangannya merapatkan selimut yang membalut tubuhnya.Kening Silvya tiba-tiba berkerut. Tangannya mengepal seperti merasakan sesuatu yang aneh.Melihat itu, Bill bergegas keluar dan secepatnya meninggalkan apartemen. Jim pun sudah pergi entah kemana. Entah semalam ia sudah pergi atau tidak, Bill tidak memperhatikannya.Mendengar suara pintu kamar dibuka dan ditutup membuat Silvya seketika terjaga. Silvya membuka matanya dan menatap ke arah jendela kamar yang sudah mulai terang oleh sinar matahari pagi."Ehm! Kenapa aku merasa sangat capek sekali?" Silvya bergumam tak mengerti.Ia menggerak-gerakkan lehernya dan ketika tangannya menyentuh tengkuknya sendiri, Silvya baru sadar bahwa tubuhnya sudah tanpa busan
Ada sedikit adegan vulgar. Harap bijak memilih bacaan.Silvya menunduk dan menangis tersedu. Ia tidak percaya Jim melakukan ini padanya. Setelah kemarin seharian ia dibuat bahagia olehnya, kini ia harus menangis lagi."Kenapa kamu lakukan ini padaku, Jim? Kenapa? Kamu baru saja memberi kebahagiaan padaku ... dan kini, kamu kembali membuatku bersedih ..." Silvya berkata sambil menangis tersedu.Seorang pria di hadapannya menatap Silvya dengan tatapan sayang dan prihatin. Ia meraih tangan Silvya dan menggenggamnya erat."Aku harus melakukannya, Sayang. Aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah seperti ini." Jim berusaha menjelaskan.Wajahnya melihat Silvya dengan tatapan iba."Dan aku, kamu biarkan hidup sendiri? Betapa teganya kamu!" Silvya menatap Jim sambil berderai air mata."Berdoalah supaya hukumanku tidak berat, Sayang. Doa kita
Bab ini mengandung adegan 21++Silahkan di skip bagi yang tidak tahan godaan.Namun, bagi yang suka digoda silahkan baca terus. Inget! Segala dosa dan racun yang timbul akibat membaca bab ini silahkan tanggung sendiri! Jangan nyalahin Silvya, apalagi Kaesang!Satu minggu berlalu ... Jim dan Silvya lebih banyak tinggal di rumah ..."Silvya, aku merasa sangat tidak tenang ... perasaan bersalah ini, bagaimana aku harus mengatasinya?" Wajah Jim terlihat depresi."Sebaiknya kamu berusaha melupakannya, Sayang ..." Silvya yang membawa kudapan duduk di samping Jim yang sedang menonton TV di ruang tengah.Jim sedang menonton berita TV tentang kisah pembunuhan di sebuah desa di jawa timur. Seorang suami yang cemburu dengan tega membakar istrinya sendiri."Aku tidak bisa hidup dengan perasaan seperti ini, Sayang ..." Suara Jim terdengar penuh penyesalan.Silvy
Mulut Silvya seketika menganga dengan kedua tangan menutupi bibirnya. Apa yang barusan Jim katakan? Ia membunuhnya?? Tap-tapi kenapa?"Ya! Aku membunuhnya, Silvya!!" Jim menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu menelungkupkan wajahnya di atas kemudi dan menangis sesenggukan."Astaga, Jim. Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi sebenarnya?" Silvya berusaha menenangkan perasaannya sendiri lalu memeluk Jim yang menangis dengan frustrasi.Jujur saja, baru kali ini ia melihat suaminya sesenggukan seperti ini. Jim yang biasanya santai dan penuh senyuman bisa terlihat rapuh seperti ini."Ak-aku sangat marah padanya, kami bertengkar dengan hebat ... dan ... dan kami sama-sama emosi. Ak-aku tidak tau ... apa yang menguasai pikiranku. Ia berteriak marah lalu mengancamku, kami ... kami terlibat pertengkaran mulut yang hebat sampai ... ia mengambil pisau ... ia tidak mengijinkan aku pergi. Ia takut aku tidak kembali
"Ini bukan kisah khayalan, kalo kamu mau, aku bisa kenalin kamu. Sebut saja namanya Zizi, dia seorang wanita dengan pergaulan bebas, hidupnya penuh dengan dunia malam, diskotik, narkoba bahkan bergonta ganti pasangan. Suaminya pun juga orang diskotik sebut saja Adam, mereka berdua menjalani kehidupan kelam, bandar narkoba dan membuka usaha diskotek. Dan dalam menjalani pernikahan, baik Adam maupun Zizi tetap menjalani kehidupan seperti itu. Mereka dugem berdua dan sesekali berganti pasangan. Mereka sangat kaya dari penghasilan haramnya itu. Dan apakah mereka butuh Tuhan? Tentu saja tidak! Mereka tidak pernah beribadah tapi kekayaan berlimpah ... sampai suatu hari, diskotek mereka terbakar. Kehidupan mereka berubah, dari kaya menjadi miskin. Usaha mereka sebagai bandar narkoba terciduk dan Adam sang suami harus mendekam di penjara. Zizi sangat stress sampai ia berniat untuk bunuh diri. Hutangnya bernilai milyaran, tanpa pekerjaan dan tanpa sang suami membuat Zizi tidak bisa berpikir
"Siapa, Sayang?" Jim yang melihat Silvya terdiam seketika menatapnya."Bukan siapa-siapa. Hanya orang salah sambung, Sayang!" Silvya lalu menutup panggilan Mark sepihak tanpa mengatakan apapun.Tangan Silvya menggenggam tangan Jim dan wajahnya menunjukkan sebuah senyuman yang cantik."Kamu yakin itu salah sambung?" tanya Jim dengan tatapan curiga."Iya, Sayang," bohong Silvya berusaha meyakinkan.Jim menatap jendela kaca, hatinya merasa tidak tenang. Entah kenapa ia sangat yakin bahwa itu adalah Mark. Silvya pasti sedang berusaha menghalanginya untuk berhubungan dengan mantannya itu.Jim kembali melirik Silvya. Tapi wajah Silvya sangat datar dan tanpa ekspresi.Ponsel Jim kembali berdering dan Silvya kembali mengangkat panggilan itu."Silvya! I need to talk with Jim. Don't hang up the phone!" Suara Mark kembali terdengar, kali ini lebih t
Keesokannya, Silvya dan Jim pergi ke rumah teman Silvya yang bernama William.Hati Jim sudah cemas saja. Sekalipun Silvya sudah meyakinkan bahwa aibnya tidak terbongkar, tapi ia masih tidak yakin. Apa yang akan dibahas jika tidak membongkar aib?Jim dan Silvya tiba di sebuah rumah yang terlihat mungil dan serba minimalis dari segi bangunan. Halamannya juga terlihat rapi dan sangat terawat. Rumput pendek seperti sebuah karpet beludru berwarna hijau terhampar di sisi kanan dan kiri jalan setapak yang terbuat dari batu alam. Terlihat sangat asri dan menenangkan."Ini rumahnya temanku, William," ujar Silvya sambil menggandeng Jim untuk memasuki halaman.Silvya mengetuk pintu rumah dan sebentar kemudian, muncullah seorang pria bertubuh jangkung dengan kacamata berbingkai hitam menyambut mereka dengan ramah."Hai Silvya, kamu benar-benar tepat waktu ya?" William berkata sambil tersenyum.
Jim menangis sambil memeluk tubuh Silvya dengan erat! Rasa penyesalan begitu menguasai dirinya! Ia menyesal telah mempertaruhkan hidup Silvya dalam sebuah pernikahan semu dengannya."Maafkan aku, Silvya! Maafkan aku!" Jim terus menceracau tidak jelas.Jim menangis untuk pertama kalinya demi Silvya. Rasa penyesalan itu seperti tidak bisa ditebus lagi."Apakah kamu mau bertobat jika aku memaafkanmu?" Suara Silvya mengagetkan Jim yang masih menangis penuh penyesalan.Jim seketika membuka matanya. Dan dari arah sebelah sana, ia melihat beberapa orang datang ke arahnya sambil menodongkan senjata dengan sikap waspada.Jim menoleh ke sebelah kanannya, di sana ia melihat tubuh Mark rebah dengan kondisi sudah tertembak.Jim lalu menatap Silvya yang masih terbaring di dadanya sambil tersenyum. Silvya keliatannya baik-baik saja. Dan bunyi yang tadi ia dengar keliatannya adalah bunyi tembak
Mark tertawa mendengar kata-kata Silvya. Ketika Jim memohon kepadanya untuk mengampuni nyawa wanita ini, si wanita malah sok-sok an jadi pahlawan."Okay, so are you really not afraid to day? How about this?" Mark mengarahkan pistolnya ke arah Jim.Dan kali ini ekspresi Silvya yang terlihat tegang."Mark, if you want me you better kill me now! Jim has nothing to do with you! You hate me, don't you?" Silvya berusaha mempengaruhi Jim agar tidak menyakiti Jim.Dan Mark semakin tertawa keras. Keliatannya ia sangat menyukai situasi ini. Jim mengkhawatirkan Silvya dan demikian juga sebaliknya."Ohh, you're so sweet, Silvya!" Mark menyentuhkan ujung pistolnya ke dagu Silvya.Pelatuk pistol sudah ditarik dan itu bisa meledak kapan saja."Mark, please let her go! Listen, actually, I want to recover our relationship. I've been looking for you
Jim seketika terkesiap mendengar suara orang yang sangat ia kenal! Suara itu, sedang ia cari saat ini!"Mark? Is that you?" tanya Jim memastikan."Yeah, honey! I'm with your wife now. Did you ever miss me?" Suara Mark terdengar serak."Mark, I'm looking for you all this time. Where have you been?" Jim tidak percaya bahwa Mark malah menghubunginya."Listen, Honey! I'll take your wife with me and please, don't call the police or I'll kill her!" Mark berkata dengan nada mengancam."No Mark! You don't have to! I won't call the police. Please! I promise!" Jim berusaha meyakinkan."I'll call you later, Jim!" Panggilan pun diputus sepihak.Jim langsung terkesiap. Silvya bersama dengan Mark!Jim tidak punya pilihan selain menelpon Tony! Niatnya untuk bertemu baik-baik dengan Mark kini malah hancur bera