Mobil Bill berhenti di sebuah rumah yang elite. Rumah itu memiliki pagar besi otomatis yang bisa membuka pagar sendiri hanya dengan men-screening wajah Bill dari jendela mobil yang transparan. Bill memasukkan mobil Porsche-nya ke garasi lalu ia hendak menggendong Silvya ala bridal style ke dalam rumah. Namun baru saja Bill melingkarkan tangan Silvya di lehernya bibir tipis milik Silvya tanpa sengaja menyentuh miliknya. Dan Silvya memagutnya dengan lembut.
Bill mematung sesaat lamanya merasakan pagutan lembut Silvya! Cara Silvya menciumnya seperti seorang anak sekolahan. Tidak liar dan penuh kelembutan. Otak Bill seketika berhenti beroperasi. Perasaan apa ini? Bill masih berusaha menikmati perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Wanita ini benar-benar membuatnya merasa seperti remaja yang baru mengenal cinta.
Silvya terus menggerakkan bibirnya menikmati bibir Bill yang tebal seolah ia sedang menikmati ice cream kesukaannya. Dan itu berlangsung cukup lama sampai Bill kembali sadar dengan apa yang baru saja terjadi. Merasakan Silvya seperti membutuhkan pelampiasan, maka jelas Bill sebagai lelaki normal tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Penampilan Silvya yang dari tadi sudah membuatnya terpesona sekarang mendapat kesempatan untuk dilampiaskan. Ia dengan lembut mengikuti gaya permainan Silvya.
Ia membalas dengan lembut pagutan Silvya dan begitu bibirnya terlepas, Bill tidak bisa berhenti. Ia seperti mobil Ferrari yang remnya blong. Bibirnya mulai turun dan menciumi leher jenjang milik Silvya membuat Silvya berkali-kali mengerang tertahan. Suara erotis Silvya membuat Bill semakin bergairah. Ciuman Bill semakin rakus dan menuntut lebih.
Ia terus menyusuri bagian tubuh Silvya sejauh mana bibirnya bisa mengaksesnya. Ia merasakan tangan Silvya meremas bahunya sambil mendesah tertahan ketika ia mulai menyentuh dada wanita itu dari luar gaunnya.
"I want you, Silvya!" Suara Bill terdengar parau dan pandangannya mulai menggelap.
"Emh!" Silvya mendesah perlahan ketika tangan Bill meremasnya.
"Let's do it inside, Baby!" Bill mencium lekat bibir tipis milik Silvya dengan intens sambil menggendong Silvya masuk ke dalam rumah.
Bill meletakkan tubuh Silvya di ranjang besarnya. Tangan Silvya yang melingkar di leher Bill seperti tidak mau lepas. Ia merangkul dengan kuat leher Bill dan menciuminya tanpa henti.
"Jim ... aku menginginkanmu ..." Silvya berkata dengan suara yang parau.
"Silvya, it's me, Bill!" Mendengar Silvya menyebut nama Jim, Bill merasa harus meluruskan. Sekalipun ia menginginkan Silvya, tapi dianggap sebagai orang lain jelas membuat ego seorang Bill tidak senang.
Tapi ucapan Bill seperti berlalu begitu saja dari telinga Silvya. Otaknya sudah menjelajah kemana-mana. Ia sangat menginginkan Jim malam ini. Dan hanya ada Jim saja yang sekarang bercokol di fantasinya.
"Silvya! Jim isn't here. It's me Bill, Baby!" Bill membelai wajah Silvya yang kemerahan.
Dalam hati sebenarnya ia merasa prihatin dengan nasib Silvya yang menikahi Jim. Tapi semuanya sudah terjadi. Seandainya saja Silvya masih berpacaran dengan Jim, sudah pasti Bill akan menyelamatkan Silvya dari tangan temannya itu.
Silvya menarik gaunnya dengan sedikit paksa. Tubuhnya merasa gerah dan panas.
"Aku haus, Jim. Aku butuh air ..." Silvya berkata dengan suara lirih sambil memegangi tenggorokannya yang terasa panas dengan mata yang masih terpejam.
"Are you thirsty? I'll get you some water. Please wait, okay?" Bill seperti mengerti apa yang dibutuhkan oleh Silvya.
Ia bergegas keluar kamar lalu kembali dengan segelas air di tangan. Ia sedikit mendudukkan Silvya dengan memeluk bahunya lalu menyentuhkan gelas itu di bibir Silvya. Silvya dengan cepat menghabiskan airnya. Tenggorokannya terasa lega dan Silvya kembali berbaring.
Bill menatap Silvya yang terpejam dengan cantik. Wajah Silvya yang polos membuatnya menahan hasrat yang sudah memuncak. Bill masih berusaha menggunakan logikanya. Ia setengah mati menahan hasratnya untuk tidak menghabisi Silvya malam ini. Gaun Silvya yang memperlihatkan paha putihnya membuat jakun Bill naik turun tak beraturan. Sementara gaun bagian atas dengan belahan dadanya yang rendah mengekspose sesuatu yang membuat Bill semakin enggan berpaling.
"Oh, Silvya! I really want you!!" Bill berkata dengan nada frustrasi.
Ia memang bukan pria baik-baik tapi melihat kepolosan Silvya ia merasa iba dan tidak tega untuk memperlakukannya dengan sembarangan. Bill meraba bibirnya bekas ciuman Silvya dan itu membuatnya sangat ketagihan. Ia kembali menatap bibir Silvya yang sedikit terbuka seolah mengundangnya untuk datang dan menyatukan antara miliknya dan milik Silvya.
'No! Please! Control yourself, Bill!' Bill berusaha memperingatkan dirinya sendiri.
Tidak! Ia tidak takut dengan Jim, bahkan ia sangat yakin bahwa Jim pasti akan rela jika Silvyanya ia habisi malam ini. Bill sangat paham siapa Jim. Dan jujur saja, fakta itu membuat Bill semakin bimbang antara memuaskan hasratnya dan menjaga perasaan Silvya. Silvya terlihat seperti wanita baik-baik. Untuk bercinta tanpa persetujuannya pasti akan melukai hati wanita itu. Sekalipun tadi saat di mobil, Silvya sendiri yang memulainya.
Bill duduk di tepian ranjang dan membelai rambut Silvya yang sedikit berantakan. Wajah Silvya masih merona merah membuat Bill kembali gemas. Ia tidak bisa lagi menahan hasratnya dan kembali mencium bibir tipis Silvya. Pagutannya dibalas dengan lembut oleh Silvya.
"Oh, Silvya! You make me addicted to you!" Bill mengerang dengan frustrasi.
Dan Bill seperti tidak bisa berhenti mencium Silvya. Bibirnya seperti memiliki magnet dengan kutub yang berbeda dengan milik wanita yang sedang mabok ini. Setiap kali ia ingin lepas, detik berikutnya ia kembali melumat bibir milik Silvya. Bill tidak bermain kasar seperti biasanya bahkan baru kali inilah ia bermain dengan lembut seperti ini. Dan ini benar-benar membuat otaknya lumpuh total.
Permainan lembut Silvya membuat Bill semakin lupa diri, tangannya perlahan menyentuh paha Silvya yang terekspose karena belahan gaunnya yang semakin tinggi ketika ia berbaring.
"Emh!" Silvya menggeliat kenikmatan merasakan sentuhan tangan Bill dan kakinya sedikit terangkat seolah semakin memberi akses pada Bill agar menyentuhnya lebih dalam lagi.
"Do you like it, Baby?" Bill berkata dengan suara berat. Dan bibirnya kembali menyusuri tubuh Silvya membuat Silvya menggelinjang kenikmatan.
Deringan ponsel mengejutkan Bill. Dari mulutnya keluar makian karena aktifitas panasnya dengan Silvya jadi terganggu. Ia dengan enggan melepaskan Silvya dari wilayah kekuasaannya.
"Where is it? Where is it?" Bill berusaha mencari suara telpon yang berdering.
Dan ternyata suara itu berasal dari dalam clutch bag milik Silvya. Bill membukanya dan melihat nama Jim di sana. Namun ketika Bill hendak mengangkatnya panggilan itu sudah terputus.
"Hh!" Bill meletakkan kembali ponsel milik Silvya di atas nakas. Ia kembali menatap Silvya yang bergerak-gerak dengan erotis di atas ranjangnya. Dan tanpa pikir panjang, Bill membuka semua pakaiannya dan kembali menerjang Silvya.
Ia mencumbu Silvya membuat Silvya berkali-kali mengerang dan merintih. Dan Bill mulai menyingkapkan gaun Silvya dengan perlahan ... ia menatap wajah Silvya dengan tatapan penuh keraguan. Akankah ia benar-benar menghabisi istri dari temannya ini? Otak Bill sudah semakin berdebu, ia tidak lagi bisa berpikir sehat. Keindahan tubuh Silvya yang terekspos sebagian membuatnya semakin penasaran dan bergairah.
"I'm sorry, Baby! I'm sure your husband won't be mind if we made love!" Dengan pemikiran itu, Bill kembali menyusuri tubuh Silvya dengan liar.
Namun ketika Silvya membalas ciuman Bill, Bill seperti terhipnotis. Ia tidak mampu lagi bermain liar, ia seperti dituntun untuk bermain lembut dan itu membuat Bill berkeringat namun juga nikmat.
Bill kembali terkejut ketika mendengar ponselnya berdering!
"Oh, shit!" Ia melihat nama Jim muncul di sana.
"Hello, Jim?" Bill berusaha mengatur nafasnya yang menderu.
"Hey, Bill! Where are you?"
"In my place, what's going on?" tanya Bill pura-pura bodoh.
"And Silvya?"
"She gets drunk. And I take her with me."
"Oh, okay! Just treat her well, Bill! And send her back to me tomorrow! Don't hurt her! I trust in you, okay!" Bill tersenyum puas mendengar ucapan Jim di seberang sana. Seperti yang ia duga, Jim akan dengan rela menyerahkan Silvya kepadanya. 'Oh, poor Silvya!'
"Okay, Jim! I'll treat her well as your command, my friend!" Hati Bill seperti melonjak kegirangan.
"Good! Ok then, bye!" Tutup Jim.
Bill melompat senang setelah panggilan Jim ditutup. 'Yes!!' Ia mengepalkan tangannya seperti orang menang undian.
Ia kembali menatap Silvya yang pakaiannya sudah sedikit porak poranda akibat perbuatannya yang sedikit tidak terkendali. Silvya berbaring dengan mata terpejam. Gerakannya sudah terlihat lebih tenang dari yang tadi.
Bill menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Silvya terlihat sangat cantik ketika ia sedang pulas. Bill membungkuk dan bibirnya kembali bersatu dengan milik Silvya. Pagutan lembutnya dibalas Silvya dan Bill kembali melayang dibuatnya.
Tangannya dengan lincah menjarah semua bagian tubuh Silvya yang membuat Silvya mulai mengeluarkan suara-suara erotis yang mendayu-dayu. Bill benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. Niatnya untuk menjaga perasaan Silvya dikalahkan oleh nafsunya sendiri.
Desahan demi desahan lolos dari bibir Silvya. Nafas Silvya semakin memburu ketika Bill menyentuh bagian terlarangnya. Dan bukan hanya Silvya, Bill pun hampir putus nafasnya ketika ia menikmati semua bagian tubuh Silvya. Nafas keduanya semakin memburu dan Bill sudah membuat tubuh Silvya polos tanpa gaun emasnya lagi. Entah seperti apa besok Silvya akan marah padanya, Bill sudah tidak sanggup berpikir lagi.
Satu hal yang dia tau bahwa ia ingin dipuaskan dan memuaskan Silvya. Dan jika Silvya marah, maka ia hanya akan meminta maaf padanya.
Tubuh Silvya bergetar hebat merasakan terjangan Bill. Wajahnya merona merah dan semakin menggemaskan ketika ia mencapai klimaksnya. Tangannya perlahan terlepas dari bahu Bill yang sedari tadi dicengkeramnya. Melihat itu Bill tersenyum. Ada sedikit kebahagiaan dalam dirinya ketika melihat Silvya tergolek tak berdaya sekalipun ia sendiri belum mencapai kepuasan.
"Please come to me everytime you need a pleasure, Baby!" bisik Bill sambil mencium kening Silvya.
Dan ia pun mengenakan kembali pakaiannya lalu duduk dan menyulut rokoknya. Ia menatap penuh kepuasan kepada wanita yang sekarang terbaring tak berdaya di ranjangnya. Bill menggelengkan kepalanya dan merasa lucu dengan dirinya sendiri. Jika biasanya ia ingin dipuaskan berkali-kali oleh wanita yang dikencaninya, kali ini ia yang malah memuaskan seorang wanita sementara ia sendiri tidak mencapai kepuasan. Dan lucunya lagi, wanita itu adalah istri dari temannya.
"Oh! What happened to you, Bill?" Bill mengetuk kepalanya sendiri merasa bodoh. Ia heran apa yang membuatnya bisa rela tidak mencapai kepuasan dan malah puas hanya dengan menonton Silvya mencapai klimaksnya. Sungguh aneh!
Ia berdiri dan menuju balkon. Asap rokok mengepul dari bibirnya. Pikirannya dikuasai oleh aktifitas sensual yang baru saja dialaminya. Ada sebuah perasaan yang tidak mampu dipahaminya. Silvya bukan wanita dengan penampilan glamour, namun entah kenapa ia seperti tergila-gila dengannya.
"Oh, how lucky Jim!" Bill tiba-tiba teringat pada Jim.
Ia harus memikirkan sebuah cara agar Jim senantiasa mengirim Silvya padanya jika diperlukan. Ia tidak ingin Silvya jatuh ke pelukan pria lain. Ya! Tidak boleh!! Bill menghisap rokoknya dalam-dalam dan mematikan sisanya.
Malam itu, ia memutuskan untuk tidur di kamar sebelah. Ia tidak ingin Silvya berpikir bahwa ia sudah memanfaatkan kondisi maboknya. Soal kondisi Silvya yang tidak berbusana, besok Bill akan memikirkan alasannya. Yang jelas, sekarang ia tidak ingin tertangkap basah dan dituduh yang bukan-bukan. Padahal ...
*****
*kita semua sudah tau apa yang terjadi, ya kan? Dan pliss, kalian jangan bilang ke Silvya, okay? Awas!!
Silvya memegang kepalanya yang terasa pening. Ia mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menembus tirai jendela dan menerpa wajahnya."Ah! Dimana aku?" Silvya menatap ruangan tempat ia berbaring.Ini bukan kamarnya, ini juga bukan kamar hotel dan apakah ini kamar di rumah Jim? Silvya belum pernah tinggal di rumah Jim. Ia hanya mampir sekali saja dan itu pun hanya duduk di ruang tamu. Silvya duduk dan terkejut ketika mendapati tubuhnya tidak berbusana."Hah!!? Apa yang sudah terjadi semalam?" Silvya bergumam dengan bingung. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia memejamkan matanya membayangkan apa hal terakhir yang bisa ia ingat."Emm .... tidak, Jim meninggalkanku dan seingatku Jim tidak kembali untuk menjemputku. Jadi?" Silvya kembali membelalakkan matanya ketika mengingat wajah Bill.Bill lah yang terakhir kali bersamanya. Jadi? Oh tidak!!!! Apakah ini rumah Bill? Dan apakah Bill telah menye
Bill berkali-kali menatap Silvya yang duduk di sampingnya. Silvya diam seribu bahasa dan pandangannya terlihat kosong dan tak terarah.Jim mengarahkan mobilnya menuju hotel tempat Silvya menginap. Silvya memutuskan untuk mengambil barangnya dan pergi dari sana. Setelah kemarin ia sendirian di hotel, sekarang Jim malah mempercayakan Bill untuk menjaganya. Silvya benar-benar merasa jadi orang yang tidak berguna! Pernikahan apa yang sebenarnya sedang ia jalani saat ini?Saat semua para pengantin baru menikmati hari-hari indahnya bersama pasangan, ia malah seperti orang jomblo yang mengenaskan. Dan tanpa bisa ditahan, airmata Silvya kembali menetes! Tapi Silvya dengan cepat menghapusnya.Mereka sudah sampai di depan lobby hotel. Silvya menyuruh Bill untuk pergi meninggalkannya namun Bill yang melihat Silvya seperti orang linglung, jelas tidak mungkin rela membiarkan Silvya sendirian. Tanpa bisa dicegah, Bill pun mengikuti langkah Silvya
Silvya sedang mematut di depan cermin. Ia mengenakan atasan berbahan rajut warna cream dengan lengan 3/4 dipadu dengan celana panjang kulit berwarna hitam. Rambutnya diangkat keatas berbentuk cepolan kecil dengan anak-anak rambut yang menjuntai ke bawah mulai dari dahi sampai tengkuknya. Menimbulkan kesan seksi yang menggoda.Silvya melirik jam tangannya, ini sudah pukul 6 malam. Ia masih sabar menunggu Jim datang. Setau Silvya, Jim bilang bahwa ia sudah memberitahukan bahwa ia akan off dalam urusan pekerjaannya selama 3 hari karena menikah. Tapi, selama dua hari ini, ia bahkan hanya menemani Silvya hanya beberapa menit saja. Lalu kemana waktu sisanya ia gunakan?Silvya berjalan mondar mandir di kamarnya menunggu kabar dari Jim. Hatinya mulai resah ketika penunjuk menit sudah bergerak ke angka 9, ini artinya sudah 45 menit ia menunggu. Ah ya! Mungkin makan malam kan sebagian orang dimulai pada pukul tujuh. Silvya masih berusaha berpikir positi
'Bill? Kok Bill bisa tau nomorku? Apakah Jim yang memberitahu? Ah! Tapi untuk apa?' Dalam kebingungannya, Silvya langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menghapus pesan Bill. Ia tidak ingin mendapat masalah dengan Jim jika sampai Jim tau Bill mengatakan hal yang tidak-tidak padanya."Let's go, Sayang!" Jim berdiri begitu melihat Silvya sudah turun dengan membawa kopernya."Aku panggil mama dan papa dulu," ucap Silvya.Dan setelah berpamitan, Jim membawa Silvya menuju apartemen yang memang ia beli untuk mereka tinggal. Sebuah apartemen premium kelas atas yang banyak dihuni oleh para expatriat. Memiliki private lift dan kode rahasia ketika kita ingin memasuki ruangan.Tapi ... sesuatu yang layak dikagumi, tidak direspon demikian oleh Silvya. Wajah Silvya terlihat datar dan biasa saja ketika melihat perabotan bermerk yang mahal. Sofa empuk berwarna krem pucat yang terletak di tengah ruangan dengan Smart TV beruk
WARNING ! Bab ini tidak diperuntukkan bagi usia di bawah umur ya!! Karena konten mengandung adegan dewasa 21++Dosa dan nafsu, silahkan tanggung sendiri! Jangan nyalahin siapa-siapa termasuk Silvya!****Pria itu tersenyum melihat Silvya tertidur pulas. Ia duduk dan meraba wajah Silvya yang terlihat cantik dan polos."I miss you so bad, Silvya! Why you didn't reply my message, hm?"Melihat Silvya tidak meresponnya, pria itu semakin tersenyum senang. Keliatannya Silvya benar-benar sudah lumpuh total. Dan jika semalam ia tidak mendapatkan kepuasan, kali ini ia memutuskan untuk bisa mendapatkannya."Let's have fun, Girl!" Pria itu mulai meraba tubuh Silvya.Ia melepas pakaiannya sendiri dan mulai menjarah tubuh Silvya penuh nafsu. Melakukan hubungan dengan wanita yang sedang pulas jelas tidak seasyik dengan wanita yang bisa membalas. Namun begitu, Bill tetap merasa senang. Bisa
Tubuh Bill kaku menanti reaksi Silvya selanjutnya. Mata Silvya yang berkedip-kedip membuat wajah Bill semakin tegang."Jim ..." Silvya kembali menyebut nama Jim sambil tangannya merapatkan selimut yang membalut tubuhnya.Kening Silvya tiba-tiba berkerut. Tangannya mengepal seperti merasakan sesuatu yang aneh.Melihat itu, Bill bergegas keluar dan secepatnya meninggalkan apartemen. Jim pun sudah pergi entah kemana. Entah semalam ia sudah pergi atau tidak, Bill tidak memperhatikannya.Mendengar suara pintu kamar dibuka dan ditutup membuat Silvya seketika terjaga. Silvya membuka matanya dan menatap ke arah jendela kamar yang sudah mulai terang oleh sinar matahari pagi."Ehm! Kenapa aku merasa sangat capek sekali?" Silvya bergumam tak mengerti.Ia menggerak-gerakkan lehernya dan ketika tangannya menyentuh tengkuknya sendiri, Silvya baru sadar bahwa tubuhnya sudah tanpa busan
Bill mengajak Silvya untuk makan di sebuah restaurant Italia. Design interior restaurant itu berbau classic modern. Kursi-kursi dari kayu yang diplitur mengkilat memperkuat kesan classic yang ditimbulkan. Tirai berwarna putih yang menghiasi seluruh jendela kaca juga menimbulkan kesan hangat dan mewah, membuat hati Silvya merasa tentram. Wajahnya yang tadi terlihat kusut berubah menjadi tenang.Bill menatap wanita yang berjalan di sisinya. Dalam hati ia merasa senang bahwa ternyata kemarahan Silvya hanya sampai di bibir saja. Wanita ini akan menurut ketika mendapatkan sebuah perintah tegas dengan sedikit argument yang masuk akal.Bill mengajak Silvya untuk duduk di sisi jendela. Wajah Silvya terlihat bersinar ketika sinar matahari memantul dari kain putih yang melapisi alas meja. Membuat Bill menatap Silvya tanpa berkedip. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan Silvya ke depannya? Perasaannya semakin hari semakin kuat. Dan semakin ia sering berhubungan
Mendengar jawaban Bill, Silvya menggelengkan kepalanya sambil memutar bola matanya."No! I mean, you are a man and you spend your time for nothing! Everyone works at this hour, but you?" Silvya berkata seperti menasehati seorang anak kecil."Well, you don't have to worry, Silvya! The money will come to me even when I'm sleep," tukas Bill dengan tenang.Dan ia tetap berlambat-lambat dalam menghabiskan makan paginya membuat Silvya semakin gemas."Bill! I don't have so much time waiting for you," ucap Silvya dengan gelisah."Okay. I'm done! So tell me, where you wanna go?" Bill menghabiskan Espresso Macchiato-nya."No, I don't want to trouble you, thanks for the breakfast, Bill. I'll be going home by my self," ucap Silvya sambil bangkit berdiri."No! No! No!" Bill dengan cepat mencegah Silvya."You should go home with me
Ada sedikit adegan vulgar. Harap bijak memilih bacaan.Silvya menunduk dan menangis tersedu. Ia tidak percaya Jim melakukan ini padanya. Setelah kemarin seharian ia dibuat bahagia olehnya, kini ia harus menangis lagi."Kenapa kamu lakukan ini padaku, Jim? Kenapa? Kamu baru saja memberi kebahagiaan padaku ... dan kini, kamu kembali membuatku bersedih ..." Silvya berkata sambil menangis tersedu.Seorang pria di hadapannya menatap Silvya dengan tatapan sayang dan prihatin. Ia meraih tangan Silvya dan menggenggamnya erat."Aku harus melakukannya, Sayang. Aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah seperti ini." Jim berusaha menjelaskan.Wajahnya melihat Silvya dengan tatapan iba."Dan aku, kamu biarkan hidup sendiri? Betapa teganya kamu!" Silvya menatap Jim sambil berderai air mata."Berdoalah supaya hukumanku tidak berat, Sayang. Doa kita
Bab ini mengandung adegan 21++Silahkan di skip bagi yang tidak tahan godaan.Namun, bagi yang suka digoda silahkan baca terus. Inget! Segala dosa dan racun yang timbul akibat membaca bab ini silahkan tanggung sendiri! Jangan nyalahin Silvya, apalagi Kaesang!Satu minggu berlalu ... Jim dan Silvya lebih banyak tinggal di rumah ..."Silvya, aku merasa sangat tidak tenang ... perasaan bersalah ini, bagaimana aku harus mengatasinya?" Wajah Jim terlihat depresi."Sebaiknya kamu berusaha melupakannya, Sayang ..." Silvya yang membawa kudapan duduk di samping Jim yang sedang menonton TV di ruang tengah.Jim sedang menonton berita TV tentang kisah pembunuhan di sebuah desa di jawa timur. Seorang suami yang cemburu dengan tega membakar istrinya sendiri."Aku tidak bisa hidup dengan perasaan seperti ini, Sayang ..." Suara Jim terdengar penuh penyesalan.Silvy
Mulut Silvya seketika menganga dengan kedua tangan menutupi bibirnya. Apa yang barusan Jim katakan? Ia membunuhnya?? Tap-tapi kenapa?"Ya! Aku membunuhnya, Silvya!!" Jim menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu menelungkupkan wajahnya di atas kemudi dan menangis sesenggukan."Astaga, Jim. Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi sebenarnya?" Silvya berusaha menenangkan perasaannya sendiri lalu memeluk Jim yang menangis dengan frustrasi.Jujur saja, baru kali ini ia melihat suaminya sesenggukan seperti ini. Jim yang biasanya santai dan penuh senyuman bisa terlihat rapuh seperti ini."Ak-aku sangat marah padanya, kami bertengkar dengan hebat ... dan ... dan kami sama-sama emosi. Ak-aku tidak tau ... apa yang menguasai pikiranku. Ia berteriak marah lalu mengancamku, kami ... kami terlibat pertengkaran mulut yang hebat sampai ... ia mengambil pisau ... ia tidak mengijinkan aku pergi. Ia takut aku tidak kembali
"Ini bukan kisah khayalan, kalo kamu mau, aku bisa kenalin kamu. Sebut saja namanya Zizi, dia seorang wanita dengan pergaulan bebas, hidupnya penuh dengan dunia malam, diskotik, narkoba bahkan bergonta ganti pasangan. Suaminya pun juga orang diskotik sebut saja Adam, mereka berdua menjalani kehidupan kelam, bandar narkoba dan membuka usaha diskotek. Dan dalam menjalani pernikahan, baik Adam maupun Zizi tetap menjalani kehidupan seperti itu. Mereka dugem berdua dan sesekali berganti pasangan. Mereka sangat kaya dari penghasilan haramnya itu. Dan apakah mereka butuh Tuhan? Tentu saja tidak! Mereka tidak pernah beribadah tapi kekayaan berlimpah ... sampai suatu hari, diskotek mereka terbakar. Kehidupan mereka berubah, dari kaya menjadi miskin. Usaha mereka sebagai bandar narkoba terciduk dan Adam sang suami harus mendekam di penjara. Zizi sangat stress sampai ia berniat untuk bunuh diri. Hutangnya bernilai milyaran, tanpa pekerjaan dan tanpa sang suami membuat Zizi tidak bisa berpikir
"Siapa, Sayang?" Jim yang melihat Silvya terdiam seketika menatapnya."Bukan siapa-siapa. Hanya orang salah sambung, Sayang!" Silvya lalu menutup panggilan Mark sepihak tanpa mengatakan apapun.Tangan Silvya menggenggam tangan Jim dan wajahnya menunjukkan sebuah senyuman yang cantik."Kamu yakin itu salah sambung?" tanya Jim dengan tatapan curiga."Iya, Sayang," bohong Silvya berusaha meyakinkan.Jim menatap jendela kaca, hatinya merasa tidak tenang. Entah kenapa ia sangat yakin bahwa itu adalah Mark. Silvya pasti sedang berusaha menghalanginya untuk berhubungan dengan mantannya itu.Jim kembali melirik Silvya. Tapi wajah Silvya sangat datar dan tanpa ekspresi.Ponsel Jim kembali berdering dan Silvya kembali mengangkat panggilan itu."Silvya! I need to talk with Jim. Don't hang up the phone!" Suara Mark kembali terdengar, kali ini lebih t
Keesokannya, Silvya dan Jim pergi ke rumah teman Silvya yang bernama William.Hati Jim sudah cemas saja. Sekalipun Silvya sudah meyakinkan bahwa aibnya tidak terbongkar, tapi ia masih tidak yakin. Apa yang akan dibahas jika tidak membongkar aib?Jim dan Silvya tiba di sebuah rumah yang terlihat mungil dan serba minimalis dari segi bangunan. Halamannya juga terlihat rapi dan sangat terawat. Rumput pendek seperti sebuah karpet beludru berwarna hijau terhampar di sisi kanan dan kiri jalan setapak yang terbuat dari batu alam. Terlihat sangat asri dan menenangkan."Ini rumahnya temanku, William," ujar Silvya sambil menggandeng Jim untuk memasuki halaman.Silvya mengetuk pintu rumah dan sebentar kemudian, muncullah seorang pria bertubuh jangkung dengan kacamata berbingkai hitam menyambut mereka dengan ramah."Hai Silvya, kamu benar-benar tepat waktu ya?" William berkata sambil tersenyum.
Jim menangis sambil memeluk tubuh Silvya dengan erat! Rasa penyesalan begitu menguasai dirinya! Ia menyesal telah mempertaruhkan hidup Silvya dalam sebuah pernikahan semu dengannya."Maafkan aku, Silvya! Maafkan aku!" Jim terus menceracau tidak jelas.Jim menangis untuk pertama kalinya demi Silvya. Rasa penyesalan itu seperti tidak bisa ditebus lagi."Apakah kamu mau bertobat jika aku memaafkanmu?" Suara Silvya mengagetkan Jim yang masih menangis penuh penyesalan.Jim seketika membuka matanya. Dan dari arah sebelah sana, ia melihat beberapa orang datang ke arahnya sambil menodongkan senjata dengan sikap waspada.Jim menoleh ke sebelah kanannya, di sana ia melihat tubuh Mark rebah dengan kondisi sudah tertembak.Jim lalu menatap Silvya yang masih terbaring di dadanya sambil tersenyum. Silvya keliatannya baik-baik saja. Dan bunyi yang tadi ia dengar keliatannya adalah bunyi tembak
Mark tertawa mendengar kata-kata Silvya. Ketika Jim memohon kepadanya untuk mengampuni nyawa wanita ini, si wanita malah sok-sok an jadi pahlawan."Okay, so are you really not afraid to day? How about this?" Mark mengarahkan pistolnya ke arah Jim.Dan kali ini ekspresi Silvya yang terlihat tegang."Mark, if you want me you better kill me now! Jim has nothing to do with you! You hate me, don't you?" Silvya berusaha mempengaruhi Jim agar tidak menyakiti Jim.Dan Mark semakin tertawa keras. Keliatannya ia sangat menyukai situasi ini. Jim mengkhawatirkan Silvya dan demikian juga sebaliknya."Ohh, you're so sweet, Silvya!" Mark menyentuhkan ujung pistolnya ke dagu Silvya.Pelatuk pistol sudah ditarik dan itu bisa meledak kapan saja."Mark, please let her go! Listen, actually, I want to recover our relationship. I've been looking for you
Jim seketika terkesiap mendengar suara orang yang sangat ia kenal! Suara itu, sedang ia cari saat ini!"Mark? Is that you?" tanya Jim memastikan."Yeah, honey! I'm with your wife now. Did you ever miss me?" Suara Mark terdengar serak."Mark, I'm looking for you all this time. Where have you been?" Jim tidak percaya bahwa Mark malah menghubunginya."Listen, Honey! I'll take your wife with me and please, don't call the police or I'll kill her!" Mark berkata dengan nada mengancam."No Mark! You don't have to! I won't call the police. Please! I promise!" Jim berusaha meyakinkan."I'll call you later, Jim!" Panggilan pun diputus sepihak.Jim langsung terkesiap. Silvya bersama dengan Mark!Jim tidak punya pilihan selain menelpon Tony! Niatnya untuk bertemu baik-baik dengan Mark kini malah hancur bera