Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 29.***Tiga hari berlalu ....Pihak kepolisian benar-benar tak mendapat informasi tentang keberadaan Nia.Aku sudah pasrah, setidaknya Nia sudah pergi jauh dari kota ini. Namun, Salman masih selalu aku awasi. Tak mau kejadian yang sama terulang kembali.Orang-orang suruhan Nona Moli dan Mas Arifin juga belum berhasil menemukan jejak Nia. Sepertinya Nia menggunakan identitas palsu saat keluar dari kota ini. Sedangkan Om Ridwan dan Tante Misna mengaku tidak tahu dengan kepergian Nia.Keduanya juga bersikap seolah-olah sedih karena mengkhawatirkan Nia. Namun, aku tak percaya.Menurutku, orang tua Nia sengaja ingin menutupi."Biarkan saja, Ummi. Orang yang bersembunyi membawa kesalahan, hidupnya tidak akan tenang," ucap Eza dengan lembut."Benar, Bi. Yang terpenting sekarang, keluarga kita tidak ada lagi yang mengusik," sahutku.Kini suamiku membantu meringankan tugasku di toko. Kami mengolahnya bersama. Sedangkan hasil dari ternak sapi milik Ez
Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 30.***POV Arifin.Sebulan sudah aku mendekati Sari, Adik ipar dari mantan istriku itu.Sari wanita cantik yang masih polos. Aku mudah saja menjerat hatinya.Saat itu pertemuan dengan Melda kembali terjadi, Sari ikut bersama kami.Namun, aku tidak tertarik lagi pada Melda. Bagiku Sari lebih menggoda. Penampilannya yang tertutup, mengingatkan aku pada Lita.Setelah berhasil mendapat simpatinya, aku membuatnya mabuk kepayang dengan pesonaku. Hubungan kami berjalan dengan begitu mesra, hingga kemarin aku mengundang Sari untuk datang ke kantor. Naasnya Moli malah memasang mata-mata. Aku ketangkap basah sedang bermesraan dengan Sari.Saat ini aku sedang mengemasi barang-barangku. Moli meminta aku angkat kaki dari rumah mewahnya ini.Perusahaan yang sudah dialihkan atas namaku, dapat diambilnya lagi. Moli memang pintar, aku tak bisa memperdayanya."Cepat keluar dari sini! Kau adalah lelaki yang tak tahu terima kasih! Bersiap-siaplah untuk kembali
Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 31.***POV Lita.Aku dan suamiku pulang ke rumah tanpa bersuara. Setelah menghadiri pernikahan Sari dan Mas Arifin, suamiku menjadi lebih pendiam.Aku tahu, Eza tak suka dengan perangai Mas Arifin. Bukan tanpa alasan, karena Eza sudah mengetahui wataknya yang buaya itu."Bi, jangan murung gitu dong," ucapku sembari menyentuh wajahnya dengan lembut."Iya, Ummi. Abi cuma masih tak menyangka kalau Sari akan menikah dengan mantan suamimu," sahutnya yang membuatku merasa tak nyaman.Tersenyum aku dengan getir, malu jika mengingat Mas Arifin adalah bekas suamiku. Namun, mau diapakan. Dia memang Bapak Salman.Duh, sekarang malah jadi Adik ipar suamiku pula.Hidup terkadang menyebalkan..Waktu berjalan, hari berganti ....Sari datang ke sini untuk mencari suamiku. Akan tetapi dirinya hanya datang sendiri."Kak Eza ada, Mbak?" tanya Sari dengan lembut."Ada. Mungkin sedang di toko. Biar Mbak panggilkan dulu, ya."Aku melangkah ke dalam toko kue-ku. E
Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 32***Kini semua ternak sapi milik Eza kembali ditangani orang kepercayaan yang lama. Sedangkan Mas Arifin, tak tahu kerja apa. Biarkan saja. Itu bukan lagi urusan kami.Siang ini aku merasa sedikit malas untuk beraktivitas. Kepalaku berat, perutku mual. Sudah tiga kali aku bolak-balik kamar mandi. Semua yang aku makan, telah aku muntahkan. Lemas sekujur tubuhku."Ibu kenapa?" tanya Salman."Sepertinya masuk angin. Tolong panggilkan Abimu ya, Nak!" "Baik, Bu."Salman bergegas keluar. Tak lama kemudian ia kembali bersama Eza."Ummi sakit? Kita ke dokter ya," ajak Eza panik."Panggilkan saja ya, Bi. Ummi tidak kuat mau bangun."Mengangguk suamiku sambil memencet ponselnya. Ia menghubungi salah satu dokter langganannya. Menjelang sang dokter datang, Eza memijat lembut kepalaku. Sekujur tubuhku pun sudah diolesinya minyak angin.Namun, lagi-lagi aku mual dan ingin muntah. "Uwek ...."Dengan tubuh lemas, aku berlari ke dalam kamar mandi. Eza m
Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 33***Emosiku masih di ubun-ubun, walau suamiku menggenggam erat tanganku penuh cinta. Pasangan suami istri di hadapanku ini sungguh serasi. Bahkan aku sangat takjub dibuat sikap adik dari suamiku itu."Lit, kamu sedang mengandung?" tanya Mas Arifin."Kalau iya, kenapa?" Suamiku langsung menyambung ucapannya."Hem, tidak apa-apa. Saya turut senang," ujar Mas Arifin pula.Aku memasang wajah cemberut, jujur saja aku sudah sangat muak melihat perangai pasangan suami istri ini."Sari, Kakak sungguh kecewa padamu. Perubahan sikapmu membuat Kakak malu," papar Eza menatap ke arah Sari."Kalau Kakak malu kenapa Kakak berada di sana dan mengaku sebagai anggota keluarga Sari?"Sari selalu melawan setiap kali dinasehati."Sebuta-butanya Nona Moli dan Nia dulu, tapi tak sebuta dirimu, Sari! Kau sungguh dibudak oleh cinta," sambungku."Bukan urusanmu, Mbak!"Sari berdiri sambil menarik tangan Mas Arifin."Kita pulang, Mas! Tidak perlu menginjakkan kaki ke
Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 34***Eza menghampiri aku dan Sari. Ia menatap heran ke arah Sari yang sedang menangis."Ada apa ini?" tanya suamiku.Sari langsung menghambur di dada Eza, melepaskan kesedihannya."Maafkan, Sari Kak. Sari sekarang sudah dikhianati Mas Arifin."Eza terdiam, dan menanggapi dengan datar."Itu adalah pilihanmu sendiri, Sari. Karena dulu kau juga merebutnya dari Nona Moli. Maka tak bisa dirimu terpuruk saat suamimu selingkuh kembali," ujar Eza."Sari harus bagaimana?" "Tentukan keputusanmu sendiri. Kakak tak bisa ikut campur. Jika dirimu masih ingin bertahan dengannya, maka bicarakan dengan baik-baik. Namun, jika sudah tak sanggup sebaiknya tinggalkan saja!""Sari mencintai Mas Arifin, Kak. Sangat mencintainya. Sari tak sanggup berpisah dengan Mas Arifin.""Kalau begitu, pertahankan saja!" sambungku."Benar. Pertahankan, dan tidak perlu menangis mengadukan kebusukkannya," ucap suamiku pula.Sari melepaskan pelukan dan menatap tajam."Baik. Sari a
Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 35.***Hari berikutnya, aku pergi ke Apartemen milik Shela itu, untuk memastikan. Tak lama Tante Misna benar datang. Menurut informasi yang aku terima, hampir setiap hari Tante Misna menemui Shela.Sebenarnya siapa Shela ini?Apa dia ada hubungannya dengan Nia?Ketika Tante Misna hendak melangkah ke dalam, aku dengan cepat menghentikannya."Tante!" teriakku.Seketika Tante Misna menoleh ke arahku."Lita," lirihnya.Aku tersenyum kemudian menghampiri semakin dekat."Tante sedang apa di sini?" tanyaku menyelidik."Em, i-ini ... Tante ada urusan. Kamu juga sedang apa?""Saya hanya lewat, dan melihat Tante, jadi sengaja mampir dan menyapa," paparku."Oh, kamu gendutan."Tante Misna memperhatikan tubuhku, dan berhenti ke arah perutku."Ya, Tante. Saya tengah mengandung.""Oya? Selamat kalau begitu."Aku mengangguk dan berpamitan berlalu..Kini aku sudah menjauh, tapi aku tak benar-benar pergi. Sengaja aku mengintai dari dalam mobil.Tiga puluh m
Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 36.***POV Eza.Setelah menjelaskan kejadian pada polisi, istriku pun diperbolehkan pulang.Aku dan yang lainnya bergegas membawa Lita dengan hati-hati.Saat tiba di rumah. "Ummi istirahat di kamar saja, dan Salman yang akan menemani," ujarku."Lho, memangnya Abi mau ke mana?" tanya Lita dengan menautkan alisnya."Abi ada urusan sebentar. Nanti pulangnya Abi akan belikan Ummi sesuatu.""Ya sudah. Hati-hati di jalan."Aku tersenyum kemudian berlalu.Kini aku kembali masuk ke dalam mobil. Pikiranku tak tenang, hati kecilku mengatakan kalau Shela adalah seseorang yang membahayakan.Perlahan kulajukan mobilku menuju Apartemen milik Shela..Sampai di depan Apartemen. Aku tak tahu Shela menghuni kamar nomor berapa. Namun, aku bisa bertanya.Saat aku hendak melangkah, tiba-tiba saja terdengar suara seseorang."Mas Reza!" teriaknya.Aku menoleh, ternyata Shela. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Aku tak perlu repot-repot bertanya."Shela, saya baru saj