Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 37.***POV Lita.Aku meneteskan air mata ketika mendapati kabar bahwa Shela meninggal dunia.Shela alias Nia. Dia pergi dalam kondisi mabuk bersama Mas Arifin."Ummi tidak apa-apa?" tanya suamiku.Aku hanya menggeleng. Kemudian terdengar suara jeritan Sari. Sontak aku dan Eza langsung berlari ke dalam ruang rawat Mas Arifin."Apa yang terjadi Sari?" tanyaku cemas."Mas Arifin ... Mas Arifin tak bisa diselamatkan," ucap Sari dengan isak tangis.Aku terdiam, kutoleh ke arah suamiku. Ia pun terpaku tak percaya."Kamu harus ikhlas," ujar Eza datar."Sari tidak siap jadi janda, Kak. Sari sangat mencintai Mas Arifin."Sari begitu histeris. Aku dan suamiku mencoba menenangkannya..Waktu berjalan, kini kami semua membawa jenazah Mas Arifin pulang ke rumahnya.Sampai di sana, Mama Mas Arifin menangis sejadi-jadinya."Kenapa kamu meninggalkan Mama sendiri, Fin! Kenapa? Mama sudah tak punya siapa-siapa lagi sekarang," jerit Mama."Sudah, Ma. Jangan dit
Season 2. ***"Mas, Layla! Apa yang sedang kalian lakukan?" teriak Naomi mendapati suami sedang bermesraan dengan sahabatnya sendiri."Naomi," lirih Layla dengan mata yang berkaca-kaca.Dev hanya terdiam. Mata Naomi sudah basah."Kalian berkhianat?" tanya Naomi bergetar."Dengarkan aku dulu, Naomi!" Layla meraih tangan Naomi."Tidak! Pengkhianat!" teriak Naomi lagi menepis tangan Layla.Naomi berlari sambil menangis, hatinya hancur mendapati suami tercinta sedang berpelukan di sebuah tempat.'Kau jahat, Lay.'Sepanjang jalan Naomi mengutuk kebodohannya karena terlalu mempercayai sahabat dan suaminya sering ditinggal berdua.Naomi sampai di rumah, seluruh keluarga Dev sangat terkejut melihat keadaan Naomi yang berantakan. Matanya sembab, rambutnya tak tentu arah."Apa yang terjadi, Nak?" tanya Lastri, Ibu mertua Naomi itu."Katakan, Naomi! Apa yang sudah terjadi? Di mana Dev dan Layla?" tanya Sulis pula, yang merupakan Oma dari Dev."Mereka ...." Naomi semakin terisak."Cepat katakan!
Persahabatan yang ternoda.#hancurnya mahligai rumah tangga, bermula dari sini, simak sampai akhir!***Pesta digelar dengan meriah untuk menyambut dua tahun umur pernikahan Dev dengan Naomi.Ucapan selamat serta doa-doa yang baik mereka terima dengan berlimpah dari kerabat serta keluarga yang datang."Sayang kenapa tampak sedih?" Dev melihat mata Naomi berembun."Aku merindukan Layla, Mas!"Tangis Naomi pecah saat menyebut nama Layla. Layla adalah sahabat Naomi di desa. Mereka berpisah semenjak Layla dipinang seorang laki-laki kota. Naomi tidak menyukai suami Layla tersebut, karena merasa laki-laki itu tidak baik untuk Layla.Semenjak pernikahan itu, Naomi tidak pernah lagi mendengar berita tentang Layla."Nanti kita cari tahu sama-sama tentang sahabatmu itu, ya, sayang!" Dev mencoba menenangkannya.Setelah pesta usai, Dev dan Naomi kembali beristirahat di kamar. Dev dan Naomi sama-sama seorang dokter. Naomi adalah dokter kandungan, sedangkan Dev dokter umum.Dev menikahi Naomi du
***Sementara kehidupan Layla sangat bertolak belakang dengan Naomi. Ia diperlakukan bagai pembantu oleh Toni."Layla! Cepat pasangkan sepatu saya!" teriak Toni."Iya, Mas!" Layla berlari dari dapur menuju ruang tengah."Heh, setelah selesai cepat mandi! Saya muak dengan penampilan kusutmu ini!" hardik Toni.Layla wanita yang sangat cantik, tapi sejak menikah dengan Toni penampilannya di rumah sangat berantakan. Toni tidak mempekerjakan pembantu, semua urusan rumah tangga dikerjakan Layla sendiri.Setiap hari Toni membawa gadis belia masuk ke dalam rumah. Toni juga selalu menghabiskan beberapa botol minuman keras setiap harinya.Layla sering menjadi sasaran emosi Toni. Kehidupan rumah tangga Layla sangat menyedihkan, berbeda dengan rumah tangga Naomi.Sementara Dev sedang membuat rencana untuk mengadakan pertemuan kedua dengan Toni dan Layla."Sayang, bagaimana jika kita undang mereka untuk makan malam di rumah!" ujar Dev sambil menyisir rambutnya."Ide bagus tuh, Mas! Setelah pulang
***Sementara Toni sudah mengusir beberapa wanita yang ia bawa tadi. "Layla, kemari sebentar!" panggil Toni.Layla melangkah mendekati Toni dengan takut-takut."Jangan pernah pasang wajah murungmu itu di hadapanku!" bentak Toni."Maaf," lirih Layla pelan."Malam ini Dokter Dev mengundang untuk makan malam di rumahnya. Kamu berhiaslah sesempurna mungkin!""Sa-saya tinggal di rumah saja, Mas." Layla menolak dengan lembut."Kalau saya bilang bersiap berarti kamu harus ikut!" Toni menghamburkan seluruh botol minuman yang ada di atas meja."Kamu tuh bisanya buat saya naik darah saja!" bentak Toni."Ma-maf, Mas." Layla gemetar ketakutan."Kali ini kau selamat dari pukulan karena akan bertemu dengan keluarga Dokter Dev. Tapi setelah pulang nanti, awas!" ancam Toni.Layla hanya bisa pasrah. Ia kembali ke kamarnya untuk merias diri.Layla menggunakan gaun panjang berwarna merah hati, tubuh idealnya terlihat sempurna dengan balutan gaun itu."Layla! Cepatlah! Mau buat orang menunggu berapa lam
***Sementara Toni sudah murka kembali pada Layla. Ia menurunkan Layla di tengah jalan."Jangan lakukan ini, Mas! Saya takut, hari sudah sangat larut malam," lirih Layla memohon."Saya tidak peduli! Jangan harap saya akan iba padamu. Saya tidak akan mengizinkan kau bertemu Naomi lagi!" hardik Toni."Saya akan menurut, Mas! Tolong jangan tinggalkan saya di sini." Layla mulai terisak."Anggap saja ini adalah hukuman, silakan pulang berjalan kaki!"Toni melajukan mobilnya dan meninggalkan Layla.Di sisi lain, Naomi tak bisa tidur. Ia merasa gelisah memikirkan Layla.Dev sudah terbang ke alam mimpi, Naomi duduk termenung di sudut ranjang.Naomi ingin membangunkan Dev, tapi tak tega. Akhirnya ia keluar dari kamar dengan perasaan tak tentu arahnya.Sedangkan Layla menangis di tepi jalan. Para lelaki hidung belang menghampirinya."Eh, ada cewek Bang! Cantik bener, mending kita bawa ke markas saja Bang," ucap salah seorang dari tiga berandalan itu."Mau apa kalian? Jangan mendekat! Atau saya
***"Dokter Dev," lirih Layla pelan.Dev juga sangat terkejut melihat Layla sebagai pasiennya. "Layla! Apa yang terjadi? Ayo duduk dulu!" Dev panik melihat kondisi Layla yang begitu pucat.Layla merasa ketakutan, Toni pasti akan marah jika tahu, dirinya bertemu dengan Dokter Dev di rumah sakit."Sa-saya, tidak apa-apa Dok! Saya tidak jadi periksa," ujar Layla sambil mencoba berdiri.Namun, tiba-tiba pandangannya buram, tubuhnya semakin lemah, dan Layla pingsan.Dev semakin panik, ia membaringkan Layla dan segera memeriksanya. "Sepertinya harus dirawat, cepat siapkan semua!" perintah Dev pada Asistennya. Kini Layla sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dev juga memberitahu Toni tentang keadaan Layla sekarang ini."Halo, Pak Toni! Istri anda sekarang sedang dirawat. Sebaiknya anda segera ke sini! ujar Dev lewat panggilan suara."Apa, Dok? Ba-baik, saya akan segera ke sana." Toni terdengar syok dan dengan cepat memutuskan sambungan telepon.Dev merasa ada yang janggal. Kaki Layla terluka,
***Setelah berada di dalam taksi, Naomi terus menggenggam tangan Layla. Betapa Naomi merasa bahagia, karena kini ia bisa tinggal bersama sahabatnya."Apa keluarga Dokter Dev tidak keberatan jika saya tinggal di rumah kalian?" tanya Layla."Tentu saja tidak! Keluarga suamiku itu sangat baik dan pengertian," jawab Naomi.Layla merasa lega, ia berharap kehadirannya tidak membuat resah yang lain.Setelah kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, kini mereka telah sampai."Ayo turun!" ucap Naomi sambil menuntun Layla."Terima kasih."Layla tersenyum. Setelah sekian lama tak ada yang menyayangi dirinya, kini kasih sayang itu telah kembali dalam hidupnya. Sedari kecil hanya Naomi yang benar-benar peduli padanya.Bahkan mereka siap berkorban satu sama lain."Assalamualaikum," ucap Naomi sambil menekan bel."Walaikumussalam," sahut Oma Sulis dengan membukakan pintu."Hai, Oma sayang!" Naomi mencium punggung tangan Omanya.Oma Sulis tersenyum kemudian menatap ke arah Layla."Lho, kenapa sahaba
BonusJudul: Ayah terhebatku.Di tahun 2000 silam, Ayahku mengalami kerugian besar pada usahanya, hingga bisnis yang sedang ia kelola itu harus ditutup.Aku pada masa itu masih sangat kecil, tapi aku dapat mengingatnya. Sejak kejadian itu, Ayah kembali banting tulang demi bisa menghidupi kami anak-anaknya.Dia bekerja apa saja asal menghasilkan uang dan masih halal. Sekarang, usiaku sudah 27 tahun, aku belum menikah. Akan tetapi, aku sudah memiliki kekasih, walau kami hanya berhubungan dari jarak jauh. Namanya, Riyan. Dia tinggal di kota Aceh, dan berkerja di kota Medan sebagai salah staf Bank swasta. Sedangkan aku tinggal di kota Jambi.Riyan menelponku. "Halo, Lyanna! Tadi aku sudah bicara pada Bunda. Beliau bilang, keluarga akan siap datang ke kotamu Minggu depan. Bagaimana? Apa kamu juga siap menerima kehadiran kami?" Aku menarik lekuk bibirku tersenyum. Tentu saja aku siap dan senang mendengar kabar bahagia ini."Aku InsyaAllah, siap. Hem, tapi aku harus bicara dulu pada Ayah
***POV Syarla.Malam ini aku merasa gelisah. Mungkin karena tak ada suamiku di rumah. Mas Roy ke luar kota memenuhi undangan dari rekan bisnisnya.Akan tetapi, perasaanku kali ini semakin tak enak. Aku merasa was-was dan seperti ada yang memperhatikan setiap langkahku.Brak!Aku terperanjat saat mendengar suara pecahan sesuatu di ruangan depan.Dengan langkah yang ragu, aku memberanikan diri keluar untuk memastikan."Bik Atun," lirihku sambil berjalan.Asisten rumah tangga yang baru bekerja tadi pagi itu tak terlihat. Aku semakin gemetar ketika derap kaki dari luar terdengar begitu jelas.Kaca depan rumah ini pecah berkeping-keping. Aku ketakutan hingga melakukan panggilan suara ke nomor Mas Roy.Suamiku tak menjawab telepon dariku. Aku terus mengulang-ngulangnya. Namun, tetap saja tak ada jawaban.Kini, aku kembali berlari ke dalam kamar. Aku memeluk lututku sendiri menahan getar yang semakin mengguncang tubuhku.Sebuah pesan aku kirimkan pada Mas Roy, berharap ia membacanya dan seg
***Aku pulang dengan melaporkan tentang apa yang aku lihat tadi. Kini, pihak kepolisian langsung bergegas menuju tempat yang aku ceritakan.Aku tak mau tinggal diam. Aku memilih untuk ikut memastikan.Perjalanan yang cukup jauh menyita banyak waktu. Saat ini terik matahari semakin tinggi, dan akhirnya aku kembali sampai di depan bangunan tua itu.Dua lelaki yang sempat menghalangi langkahku sebelumnya, kini sudah tak terlihat batang hidungnya. "Tuan Roy, apa benar ini tempatnya?" tanya penyidik."Benar, Pak. Tadi saya sempat melihat mobil Papa mertua saya berhenti di depan sini. Kemudian saya tidak tahu lagi karena ada dua preman yang menghadang saya," paparku."Baiklah. Kita akan mengecek ke dalam bersama-sama."Aku mengangguk setuju dan segera melangkah mengimbangi team penyidik..Sampai di dalam, bangunan tua itu sangat kotor dan penuh debu. Sepertinya memang sudah lama tak berpenghuni. Seluruh ruangan kami telusuri. Hasilnya sungguh mengecewakan, karena tak ada siapa-siapa yan
***Semalam aku tak tidur karena memikirkan masalah ini. Hingga pagi tiba, aku langsung bergegas ke kantor untuk menanyakan pada Melodi tentang undangan seminar kemarin."Mel, siapa yang memberikan undangan atas nama Wily Group itu?" tanyaku serius."Saya tidak kenal, Tuan. Namun, ia mengaku disuruh mengantarkan amanah undangan itu saja," ujar Melodi."Kalau begitu beri kabar pada Pak Wily, katakan padanya saya ingin bertemu!" titahku."Baik, Tuan."Melodi berlalu dari hadapanku. Detik berikutnya aku juga pergi ke kantor polisi untuk memastikan perkembangan tentang kasus hilangnya istriku..Sampai di sana."Sepertinya asisten rumah tanggamu terlibat, Tuan Roy. Semua cctv di area rumahmu mati dan tak berfungsi, bukan? Sekarang kita bisa memulai penyelidikan dari kediaman ART Tuan Roy itu," terang penyidik.Aku menelan ludah getir. Sungguh tak disangka kalau Bik Atun juga terlibat dalam masalah ini."Saya tidak tahu di mana tempat tinggalnya, Pak. Bahkan saya juga tak tahu apa-apa tent
***POV Roy.Aku pulang ke rumah setelah semua urusan kantor selesai, pun urusan dengan Broto. Syarla menyambutku dengan senyum terindah di wajahnya. Sungguh, saat ini hanya Syarla yang mampu mendamaikan hatiku yang sedang kepanasan karena dendam membara yang semakin menyala."Syarla, besok saya ada tugas ke luar kota. Apa kamu tidak masalah jika saya tinggal di rumah?" tanyaku dengan berat hati.Ya, besok aku akan menghadiri seminar penting. Sejujurnya aku tak mau meninggalkan Syarla, tapi aku juga tak ingin membuat citra perusahaanku buruk hanya karena satu kali ketidak hadiranku di sana."Hm, berapa lama, Mas? Aku takut Mas merindukanku nantinya," goda istri cantikku itu.Aku tersenyum sambil mencolek hidung mancungnya. Syarla tampak menggemaskan. Aku pastinya memang merindukan dirinya ketika berjauhan."Cuma dua hari, Syarla. Saya akan mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membantumu di rumah, sekaligus untuk menemanimu agar tak sendirian," ujarku."Baiklah, Mas. Kalau begitu
***POV Roy.Malam ini aku merasa begitu bahagia. Ternyata dicintai dan mencintai begini syahdunya.Hatiku telah bertaut sepenuhnya pada hati Syarla. Ketulusannya mampu melunakkan kerasnya egoku yang selama ini membara..Dan pagi harinya, aku melangkah menuju pintu saat kudengar suara bel berbunyi.Seperti biasa, si pengganggu datang tanpa rasa malu."Tuan, saya nggak terima dengan perbuatan Tuan terhadap saya!" hardik Bianca yang langsung menyerangku.Di sampingnya, ada Mama Mia yang ikut serta mengantarkan putri tercintanya melabrakku."Benar, Nak Roy! Harusnya Nak Roy tak melakukan itu pada Bianca. Kesalahan apa pun yang dibuat Papanya di masa lalu, tak sama sekali berhubungan dengan Bianca," sambung Mama Mia.Aku mengukir senyum miris melihat Ibu dan Anak yang tak tahu diri ini."Lalu? Apa peduli saya?" ujarku tenang."Tuan Roy jahat! Saya nggak mau menanggung malu. Pokoknya Tuan Roy harus tanggung jawab!" Bianca meninggikan intonasi suaranya.Sepagi ini suasana rumahku sudah dib
***POV Syarla.Hari ini aku mengikuti semua kemauan suamiku. Termasuk menemaninya ke rumah orang tuaku.Acara sudah digelar meriah di sana. Pernikahan Mas Roy dengan Kak Bianca akan segera terlaksana. Namun, aku sudah tahu, bukan pernikahan yang dilandasi rasa cinta.Melainkan hanya untuk membalas dendam. Sama seperti ia menikahiku. Begitu pula niatnya menikahi Kak Bianca.Sampai di rumah Papa, aku kembali terpaku melihat sikapnya yang meminta penghulu untuk pergi. Entah apa yang sedang direncanakannya. Aku sendiri sudah lelah untuk berpikir bahkan untuk berontak."Tuan, jawab! Kenapa Tuan diam saja!" Kak Bianca mulai berteriak dengan panik. Aku yang berada di samping Mas Roy hanya bisa menyaksikan tanpa berani membuka suara."Baiklah, Bianca. Saya akan menjawab semua pertanyaanmu, juga pertanyaan kedua orang tuamu," papar Mas Roy.Semua tamu yang hadir ikut menyimak dan menatap serius ke arah kami. Mereka juga tentunya sudah tahu kalau aku adalah istri Mas Roy. Namun, dengan terb
***POV Roy.Pagi ini aku singgah ke rumah Broto. Sengaja aku memenuhi permintaan Bianca yang mengajak aku untuk membicarakan perihal pernikahan.Tak disangka di tengah pembahasan kami, tiba-tiba Syarla datang. Ia histeris mengatakan bahwa aku hanyalah ingin membalas dendam.Aku terdiam. Dari mana dia tahu akan rencanaku?Beruntungnya Bianca tak percaya dan hal itu membuat Syarla bertambah histeris.Istriku yang malang tersungkur ke lantai dengan kondisi yang tampak melemah."Syarla!" teriakku berlari ke arahnya.Namun, Syarla memberi isyarat agar aku tak mendekat."Cukup, Tuan Roy yang terhormat! Jangan berpura-pura lagi! Aku sudah muak!" hardiknya.Aku menelan ludah getir. Syarla tidak memanggilku dengan sebutan 'Mas' kali ini."Baguslah kalau kau sadar diri," sambung Bianca.Sekilas aku menoleh ke arah Broto yang tampak menunduk. Ia terlihat serba salah. Dasar lelaki tak berguna. Padahal jelas-jelas Syarla juga putri kandungnya. Kebencianku bertambah menjadi berlipat ganda pada l
***POV Syarla.Hatiku sakit sekali ketika pedas kalimat suamiku mengatakan bahwa aku terlalu percaya diri.Ya, aku memang beranggapan kalau Mas Roy sudah mulai mencintaiku. Namun ternyata aku salah.Aku masih tak mengerti kenapa ia mempertahankan pernikahan ini sedangkan di hatinya ada Kak Bianca.Rasanya aku ingin menyerah. Takdir selalu saja mempermainkan hidupku.Sebagai seorang anak, Papa membedakan aku dengan Kak Bianca. Sedangkan Mama, beliau selalu berkata aku adalah duri dalam hidupnya. Kehadiranku dianggap menambah luka hati Mama, sebab Ibuku adalah istri kedua Papa.Begitu cerita yang aku dengar dari mereka. Untuk kejelasannya aku tak tahu pasti. Karena Ibu pergi sewaktu aku masih bayi. Cantik parasnya hanya dapat aku kenali lewat gambar saja..Waktu berjalan, bel rumah berbunyi. Aku berlari membukakan pintu dengan cepat."Kenapa matamu sembab?" tanya Mas Roy menatapku dengan sedikit heran.Aku menggeleng dan berlalu ke dalam."Syarla, tunggu!" Langkahku terhenti. Sesak