Dengan pengalaman kerja dan keahlian yang ia miliki akhirnya Rika mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor yang bergerak di bidang textile.Pekerjaan itu juga ia dapatkan karena pemilik perusahaan itu sendiri merupakan teman dekat dari ayah Rika. Awalnya masuk ke sana bukanlah pilihan yang mudah, sebab selain dari minimnya gaji, juga keadaan perusahaan yang acak-acakan dan tidak tertata dengan rapi. Keadaan itu disebabkan oleh beberapa karyawan sebelumnya yang ketahuan menilap uang perusahaan.Karena berbagai pertimbangan, Rika bersedia masuk ke sana atas saran sang ayah.Namun di luar dugaan, dengan peran Rika, lambat laun perusahaan tersebut bisa bergerak lebih baik dari sebelumnya. Hal itu membuat semua staf yang ada di sana bersyukur dengan adanya keberadaan Rika. Sebab secara tidak langsung kiat-kiat yang telah Rika lakukan menyebabkan perusahaan yang hampir bangkrut tersebut menjadi jauh lebih baik.Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, pihak perusahaan menempatkan Rika pada po
Pov ValdiDengan ketegaran hati aku merelakan mobilku ditarik oleh leasing kembali. Aku tidak tahu Dengan cara bagaimana aku harus mempertahankan mobil itu. Tidak punya uang, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya tempat tinggal."Bagaimana kalau aku mencari solusi yang lain dulu? Aku mau jangan tarik mobil ini sekarang aku masih butuh mobil ini untuk mencari kerja?" Aku masih ingat betul bagaimana aku mengemis pada mereka agar tak mengambil mobil perusahaan itu juga. Apa yang aku dengar sungguh membuatku kecewa."Maaf sekali saudara faldi kami tidak bisa mengulur-ulur waktu lagi. Bapak sudah terlalu lama menunggak dan tidak ada usaha untuk membayar. Jadi dengan sangat terpaksa, mobil ini kami tarik kembali,""Tolong sekali ini saja, kalau aku sudah mendapatkan pekerjaan tetap, sudah tentu aku akan bisa membayar angsurannya tanpa telat sama sekali," saat itu aku masih terus saja memohon-mohon.Tentu saja karena aku masih sangat membutuhkan waktu itu untuk mencari kerja."Tidak Pak me
Hari ini benar-benar sial. Mengapa aku harus bertemu Rika kembali? Dengan cara yang memalukan pula.Tapi kok bisa ya kenapa di mataku Rika benar-benar berubah. Tidak seperti dulu. Kulihat tubuhnya sedikit langsing dari biasanya. Padahal dulu tubuhnya mulai digumbuli lemak di mana-mana. Sampai-sampai tadi aku hampir tidak mengenalinya. Andai saja tadi ia tak melepaskan maskernya, mungkin aku tak akan pernah bisa tahu kalau itu adalah Rika. Tubuhnya benar-benar berbeda. Iya ramping dan tubuhnya berbentuk semakin, ia kemanakan lemak-lemak menjijikkan itu? Di wajahnya juga tak kulihat lagi adanya jerawat-jerawat kecil yang dulu bahkan membuatku bergidik, jerawat-jerawat kecil itu membuatku tak tertarik lagi.Tapi tadi kulihat wajahnya begitu bersih dan mulus. Aneh sekali wanita itu.Apa dia punya seorang laki-laki yang bisa membuatnya berubah? Ah tidak mungkin, bukannya Dira bilang Rangga sudah membatalkan pernikahannya dengan Rika?Aku yakin Rangga membatalkan pernikahan itu pasti karen
Setelah pertemuan kemarin, entah mengapa hari-hariku selalu saja dibayangi oleh sosok Rika. Ingatanku seolah-olah selalu tertuju padanya.Rasanya aku kembali jatuh cinta pada perempuan itu. Meskipun kemarin ia tak menerimaku dengan cara yang cukup sopan, tapi menurutku hal itu masih bisa dikondisikan. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menjalani hari-hari bersama, oleh karena itu kurasa bukanlah hal yang mudah bagi Rika untuk melupakanku sebagaimana sekarang aku juga kembali terus teriingat padanya.Aku harus mengakui jika Rika memang terlihat cukup cantik. Tidak seperti dulu. Perubahan yang benar-benar nyata dan aku sadar itu. Mungkin saja sekarang Wanita itu telah tersadarkan bahwa betapa pentingnya untuk menjaga penampilan. Mungkin saja dia juga telah menyesali sifatnya yang dulu malas untuk bersolek merawat diri sehingga membuatku kerap bosan padanya. Dan memang perceraianku padanya karena aku sudah terlalu bosan melihat penampilannya yang begitu-begitu saja tanpa ada
Bab 94Eh kenapa aku harus sewot? Bukankah kalau Rika benar-benar berprofesi sebagai manajer uangnya justru akan semakin besar? Wah kalau ini benar dan tidak salah orang, maka secara tidak langsung ini adalah sebuah keuntungan besar bagiku kalau bisa kembali untuk mendapatkannya. Mungkin adalah salah satu cara Tuhan untuk kembali menaikkan derajat kehidupanku. Berdoa untuk hal-hal yang baik memang tidak ada salahnya.Baik Rika, mari kita bertemu dulu. Kalau nanti kamu menolakku secara kasar, maka aku bisa menyebarkan aibmu di sini! "Boleh aku bertemu dengannya sekarang, Pak?" Kembali aku mengulang kata-kata yang sama pada satpam tersebut."Sekali lagi maaf Pak sekarang ini masih dalam jam kerja. Jadi tidak bisa untuk menemuinya sekarang. Atau apakah bapak punya jadwal resmi untuk bertemu dengan beliau?"Aduh mana ada jadwal, dia pun tidak tahu kalau aku kemari. Dasar perusahaan susah, mau ketemu aja sulit begini. Apa susahnya sih cuma untuk ketemu saja?Ingin rasanya aku mengumpat ke
Bab 95"Maksud kamu apa, Valdi?"Kulihat Rika melihatku dengan disertai tatapan matanya yang kurang mengenakkan. Sengaja aku menghampirinya kemari setelah tadi di usir dari kantor. Tentu aku tak hilang akal untuk bisa menemuinya.Diusir dari sana, maka kutunggu jam pulangnya dia."Aku masih cinta sama kamu, Rik!" Aku berkata jujur."Sebaiknya kamu istighfar, Val. Aku bukan istri kamu lagi. Jadi nggak baik kamu nemuin aku kayak gini. Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, lupain ajah lah semuanya," ucap Rika.Kenapa dia nampak kayak males banget ngomongnya? Apa dia sedang capek? "Ya aku tahu kita udah gak punya hubungan apa-apa lagi. Tapi setidaknya kita pernah hidup bareng-bareng kan? Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar, Rik. Kamu yakin aku bisa ngelupain kamu secepat ini? Nggak bisa. Aku masih cinta sana kamu,""Sekarang aku hargain banget perubahan yang ada di diri kamu, Rik. Aku maklum dan ngerti banget kalo kamu udah sadar betapa penting banget buat ngejaga penampilan?
"Kenapa kamu nampak ngelamun terus, Val? Dari tadi Ibu lihat merenung aja kayak gitu kayak nggak punya semangat hidup lagi! Tuh kamu lihat di dapur kita nggak punya apa-apa lagi. Terus ntar malem emangnya kamu mau makan apa? Makan angin?"Datang-datang Ibu menatapku dengan sinis sambil berucap seperti itu. Terkadang hatiku bergemuruh kesal dengan sikap ibu yang sudah tidak bisa menghargaiku lagi. Ya mungkin saja karena aku tidak punya apa-apa lagi sekarang. Tapi seharusnya sebagai orang tua Dia memberi semangat pada anaknya ini. Bukan malah semakin membuat down saja."Maaf Bu, ntar malam aku ikut Kang Firman aja." Jawabku."Ikut ke mana?""Ikut dia buat kerja di gudang pertanian!" Jawabku lagi."Kerja apa kamu di gudang?""Ya bantu-bantu Apa aja lah Bu! Nurunin barang-barang yang baru nyampe juga bisa," ulasku lagi."Ooh, maksud kamu mau jadi kuli gitu?" Ibu kembali menatapku tajam. Adu sial kenapa tadi aku katakan itu sama ibu. Huuuh, ini kayaknya akan mengundang amarah ibu nih."N
Bab 97Atas permintaan ibu yang ngotot, aku mengajak ibu menuju ke gedung perkantoran di mana tempat Rika bekerja."Di sini kantornya, Val? Apa kamu nggak salah?" Ibu menatapku heran."Iya Bu. Emang beneran ini," Aku menjawab apa adanya."Wuaaaah....! Keren banget ini mah!" Ibu seperti terkagum-kagum dengan lokasi yang ada di sekitar kami."Ibu kayak kaget ya?"Aku menyindir."Kaget aja ngelihat kayak gini, Val. Ini bahkan lebih gede dari kantormu dulu!" Senyum Ibu mengembang. Senang aja melihat ibu kesenangan seperti ini. Ah ibu sebentar lagi Ibu tidak hanya akan kesenangan, Tapi semua kebutuhan ibu akan tercukupi. Doakan saja secepatnya Rika akan kembali sama aku, bu."Ayo kita masuk aja, Val. Kita langsung nemuin Rika!"Dengan tergesa-gesa ibu mengajakku untuk menemui Rika secara langsung di kantornya. Tentu aku menolak, sebab sudah tentu tidak dibolehkan seperti kemarin-kemarin."Nggak bisa langsung masuk begitu aja, Bu!" Ucapku cepat menolak tangan Ibu yang menarikku dengan cara