Share

UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA
UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA
Author: Destiara Kim

1. Awal Perjodohan

Author: Destiara Kim
last update Last Updated: 2021-03-08 05:38:37

"Apa? Jadi, Mama ingin menjodohkanku dengan dia?" 

Amel menunjuk ke seorang pria yang saat ini tengah menolehkan kepala agar tak bertemu pandangan dengan Amel. Wajah pria itu juga sama kusutnya seperti wajah Amel.

Namun, kedua wanita yang saat ini tengah mendudukkan tawanya berjejeran itu malah meledakkan tawanya.

"Tuh, Citra, anak-anak kita kayaknya sudah serasi banget ya? Tuh, sampai ekspresi wajahnya aja sama!" seru Mama Amel, Lani.

"Iya, Lani, bener tuh. Sepertinya keputusan kita untuk menjodohkan mereka berdua itu adalah keputusan yang sangat benar," sahut Citra, Mama pria itu.

Amel pun seketika membuka mulutnya lebar-lebar. Seperti tercengang ketika mendengar penuturan dua wanita dengan usia sepantaran itu. Sontak saja, Amel memandang wajah pria itu dengan sorot mata sinis.

"Apa hebatnya sih dia, Ma, sampai-sampai, Mama harus jodohin aku sama dia!" keluh Amel sembari menunjukkan jarinya ke arah pria itu.

"Lo juga apa hebatnya? Bisanya cuma ngeluh dan ngambek doang! Ma, ganti aja deh, Yia bisa ketawa kalau dia lihat aku nikah sama dia!" tandas pria itu sembari ikut menunjukkan jarinya ke arah Amel.

"Aduh, Lino. Amel ini cantik banget loh, masa kamu gak tertarik sih," cibir Citra. 

Mendengar pujian dari Citra, tentu membuat Amel segera mengibaskan rambutnya dengan rasa penuh percaya diri. Tentu saja, hal itu mengundang decihan dari bibir Lino. Pandangannya sekarang menatap jijik ke arah Amel.

"Sok banget sih lo pakai ngibas-ngibasin rambut! Rambut banyak ketombe aja belagu!" semprot Lino. Tentu saja, Amel langsung melotot tidak suka.

"Enak aja kalau ngomong! Gini-gini, gue rajin creambath ya ke salon!" pekik Amel.

Detik itu juga, Lani langsung menendang kaki Amel. Ia memberi isyarat kepada Amel untuk menjaga perilakunya. 

"Eh, Cit, aku mau ngajak Amel ngobrol sebentar ya!" pamit Lani kepada Citra. Citra pun segera menampilkan senyumannya.

"Oke, Lan, silakan," ucap Citra mempersilakan.

Detik itu juga, Lani langsung menarik tangan Amel untuk menjauh dari meja yang ditempati oleh Citra dan Lino. Setelah merasa bahwa obrolan Lani tak akan didengar oleh Citra, ia pun segera mencubit pinggang Amel dengan penuh rasa gemas.

"Aishh, dasar anak ini! Jaga kelakuan sedikit kek!" pekik Lani. Namun, Amel malah memperlihatkan muka manjanya.

"Ma, kenapa sih harus dijodohin sama Lino. Lino bukan tipe aku banget, Ma!" keluh Amel, yang malah mengundang tatapan tajam dari Lani. 

Lani pun seketika menghela napasnya. Pandangannya kini ia paksa sendukan. Dengan penuh kelembutan, Lani pun menyentuh bahu kanan Amel.

"Sebenarnya, perusahaan papa kamu nyaris gulung tikar, Amel. Mama lakuin ini, supaya keluarga Lino mau membantu kita untuk menstabilkan perusahaan kita. Kamu tahu sendiri kan, kalau kita gak melakukan cara seperti itu, kita bakal jadi gelandangan, Amel. Kamu mau hah tinggal di emperan toko, terus paginya disirem air terus disuruh pergi?!" semprot Lani. Mendengar hal itu, tentu saja langsung membuat Amel bergidik ngeri. 

"Yah, gak mau dong, Ma. Nanti aku harus ngomong apa sama teman-temanku, kalau aku jadi gelandangan, Ma!" keluh Amel.

"Nah kan, makanya nikah aja. Kalau kamu nikah sama Lino, keluarganya Lino tuh pasti bakal punya tanggung jawab buat membantu perusahaan kita. Yang diuntungkan siapa? Kamu juga kan?" sahut Lani.

"Tapi, aku juga bingung harus ngomong apa ke teman-teman aku kalau aku sampai nikah pas masih kuliah, Ma," keluh Amel. Sontak saja, Lani langsung memutar bola matanya malas.

"Lebih penting omongan teman-teman kamu apa jadi gembel?" tandas Lani. 

"Gak dua-duanya!" sahut Amel kesal.

"Ya udah, jadi gembel. Yuk, kita batalin aja perjodohan kamu, nanti kita bertiga, Papa, Mama, sama kamu, tinggal di emper toko orang aja ya, yuk!" ajak Lani sembari menarik tangan Amel untuk mendekat ke arah Lino dan Citra.

"Aduh, aduh, jangan dong, Ma! Ya udah deh, iya, aku mau nikah asalkan gak jadi gembel dan gak tinggal di emper toko orang!" keluh Amel. Langsung saja, Lani menyajikan senyuman lebarnya.

"Nah, kalau gini, baru anak Mama. Amel yang sangat cantik dan penurut, yuk, kita kembali ke sana. Calon mertua kamu udah nunggu tuh di sana, jangan lupa jaga sikap ya!" sahut Lani dengan suara penuh kelembutan. Walaupun terdengar sangat lembut, tetapi sangat menyeramkan bagi Amel.

Lani segera menarik tangan Amel agar segera bergegas menghampiri meja Citra dan Lino. Perlahan, Lani segera mendudukkan diri di samping Citra, sementara Amel, kini mendudukkan dirinya di samping Lino.

"Ah, sepertinya saya sungguh tertarik dengan Lino, Tante. Lino kan ganteng dan juga cukup populer di kampus Amel. Ah, siapa juga yang tidak akan terpesona dengan Lino," cetus Amel. 

Sontak saja, Citra menampilkan senyuman puasnya. Ia pun segera memusatkan pandangannya ke arah Lino.

"Wah, Amel mendukung perjodohan ini, No. Kamu juga setuju kan?" tanya Citra. Namun, Lino segera menggelengkan kepalanya.

"Ogah. Lino, gak mau, Ma!" tolak Lino. Mendengar penolakan dari Lino, Amel pun mengeluarkan jurus manjanya.

"Ayolah, Lino, masa lo gak tertarik sih sama gue, mau ya?" bujuk Amel sembari memeluk lengan Lino. Tentu saja, tingkat ilfeel Lino langsung bertambah pesat.

"Apaan sih lo, Mel! Kenapa lo main setuju-setuju aja sih! Lo bukannya benci banget sama gue?" Lino menaikkan sebelah alisnya. Namun, Amel malah terkekeh pelan.

"Sejak kapan sih gue benci sama elo, Lino. Lo kan ganteng, kenapa juga gue gak suka sama lo? Lagian, lo juga tipe gue banget," bujuk Amel. Mendengar hal itu, Lino langsung menempelkan punggung tangannya ke dahi Amel.

"Gak panas, tapi kenapa omongan lo ngelantur?" tanya Lino curiga.

"Udah, terima aja deh!" bisik Amel sembari mencubit pinggang Lino. Langsung saja, Lino menganggukkan kepalanya.

"Iya, iya, gue mau!" sahut Lino. Detik itu juga, Amel langsung melepas cubitan pada pinggang Lino.

"Nah, bagus tuh. Ah astaga, gue mimpi apaan sih bisa dijodohin sama elo, Lino. Ah gue fans berat elo!" seru Amel sembari memeluk Lino.

"Apaan, risih tau gak!" keluh Lino sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Amel.

Kedua wanita yang bernotabene sebagai ibu dari Lino dan Amel pun serempak meledakkan tawanya. Keduanya saling memandang satu sama lain dengan tatapan penuh arti.

"Nah, Cit, sepertinya kita bisa memajukan tanggal pernikahan anak-anak kita nih," cetus Lani. Citra pun seketika menganggukkan kepalanya.

"Bener tuh, Lan. Ah gak nyangka ya, impian kita waktu SMA dulu bener-bener kesampaian. Gak nyangka, kita bakal bisa besanan beneran!" sahut Citra. Lani pun seketika memeluk Citra.

"Ah bahagia ya bisa besanan sama sahabatku. Emm, gimana kalau kita majuin jadi bulan depan?" tawar Lani sembari melepas pelukannya.

"Bulan depan? Oke juga tuh, Lan. Segera kita atur jadwalnya aja ya!" sahut Citra.

Lino dan Amel pun seketika saling memandang satu sama lain. 

"Gak, Ma, masa bulan depan sih!" keluh Lino.

"Lino, kan kamu udah setuju! Udah deh, terima aja," sahut Citra. Mendengar ucapan dari mamanya, Lino tak bisa lagi membantah.

"Kamu tahu kan risikonya kalau kamu kabur atau membatalkan perjodohan ini?" Citra menampilkan senyum miringnya. Sontak saja, Lino mengerucutkan bibirnya.

"Iya, Ma. Aku nurut," sahut Lino. Padahal dalam hati, ia kesal setengah mati.

Related chapters

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   2. Taruhan

    Suasana di kampus sedang ramai-ramainya. Apalagi di kantin, sangat penuh dengan para mahasiswa yang kelaparan. Tak terkecuali Amel dan teman satu gengnya, Sela dan Lili. Mereka bertiga kini tengah menikmati bakso setan yang terkenal akan rasa pedasnya itu."Mel, Lino makin hari makin cakep yak!" seru Sela sembari menatap kagum ke layar ponselnya. Seketika itu juga, Amel langsung merebut ponsel itu dari tangan Sela."Lo follow Lino? Sejak kapan? Gue kan udah bilang, jangan pernah follow dia, Sela!" keluh Amel sembari memencet tombol unfollow pada Instagram Lino. Setelahnya, Amel pun mengembalikan ponsel Sela kepada pemiliknya."Yah, Amel, kok di unfollow sih!" kesal Sela."Ya, lagian. Apa bagusnya sih tuh anak! Sok kegantengan banget!" pekik Amel."Elo juga, malah pada klepek-klepek lagi sama dia!" imbuhnya."Heh, Amel, yang namanya cowok ganteng, ya wajarlah gue dan Lili naksir. Justru yang aneh itu elo, cowok seganteng Lino malah di hate! A

    Last Updated : 2021-03-09
  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   3. Pergi ke Butik

    Amel mengendap-endap menjauh dari area kampus. Ia berusaha mencari tempat yang setidaknya tidak banyak orang di sana. Saat tengah melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja, seseorang memelankan laju motor sport merahnya. Ia berusaha mengimbangi langkah yang diambil oleh Amel."Ssssttt, cepetan naik!" seru orang yang tengah melakukan motor sport-nya secara pelan. Detik itu juga, Amel membelalakkan matanya."Gue udah bilang, tungguin gue di tikungan sana! Cepat lo jalan ke sana deh, gue gak mau ada seorang pun yang ngeliat lo boncengin gue nanti!" keluh Amel dengan tatapan penuh kekesalan."Ashh ribet amat sih lo, Mel!" cibir orang itu, Lino.Lino pun segera melajukan motornya dan berhenti di area tikungan. Di sana, nyaris tidak ada seorang mahasiswa pun yang lewat. Melihat Lino sudah memberhentikan motornya di area tikungan, membuat Amel buru-buru mempercepat langkah kakinya.Sesampainya di sana, Lino segera meng

    Last Updated : 2021-03-11
  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   4. Tentang Perasaan

    Lino tanpa sengaja mendongakkan kepalanya. Kini, pandangannya langsung menangkap Amel yang tengah memandangi Lino. Sontak saja, terbitlah senyuman miring di wajahnya."Kenapa lo? Naksir?" tanya Lino dengan nada congkak.Tentu saja, Amel langsung menolehkan pandangannya. Pada detik itu juga, Lino juga turut melepaskan helm tersebut dari kepala Amel."Sampai kapanpun, gue gak akan naksir sama lo!" seru Amel sembari menjulurkan lidahnya.Amel pun bergegas melangkahkan kakinya menghampiri pegawai butik tersebut. Kemudian, ia mengikuti arahan dari sang pegawai butik.Di sisi lain, Lino hanya menghela napasnya. Ia kemudian mengikuti langkah pegawai butik untuk menemukan baju untuk pengantin pria. uwuu dah siap nikah.***Sesaat kemudian, Lino sudah selesai berganti pakaian. Dengan balutan jas berwarna hitam dengan celana berwarna sama, ia kini mengarahkan dirinya untuk duduk di area sofa. Menunggu Amel yang sangat lama walau ha

    Last Updated : 2021-03-13
  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   5. Buku Diary Lino

    Buku diary itu telah berada di tangan Lino. Setelah terjadi pertarungan sengit dengan mamanya itu. Dengan cepat, Lino langsung melesat pergi ke kamar, meninggalkan Citra yang saat ini tengah senyum-senyum tidak jelas."Aishh, dasar anak itu! Apa karena pas hamil, aku ngidam peluk kucing ya, sampai-sampai Lino bisa malu-malu meong gitu sikapnya," lirih Citra sembari terkikik pelan.Ia pun sontak melangkahkan kakinya ke arah pintu. Melihat keadaan di luar rumah, kemudian bergegas menutup pintu itu kembali. Dikarenakan langit masih cerah, Citra tidak jadi mengangkat jemuran pakaiannya.***Di sisi lain, Lino langsung mengunci pintu kamarnya. Jujur saja, jantungnya langsung berdegup kencang. Sesaat kemudian, diamatinya lekat benda berbentuk kotak tersebut. Buku yang menjadi saksi, kisah percintaannya yang sangat suram."Perasaan buku ini pernah gue buang ke tong sampah, kok bisa ada di Mama sih! Arghh, Mama pasti udah baca s

    Last Updated : 2021-04-06
  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   6. Saling Menyakiti Perasaan

    Seorang wanita dengan rambut panjang sepunggung itu tampak berjalan anggun memasuki sebuah kafe. Kaca matanya mulai ia turunkan, untuk memancing perhatian para penghuni yang sedang asyik menyantap makanan di area kafe."Rendi!" seru wanita itu.Yang disapa hanya satu orang, tetapi yang menoleh, bahkan lebih dari satu orang. Termasuk cowok yang duduk berhadapan dengan Rendi. Tiba-tiba saja, mata Lino membelalak lebar ketika mengetahui pelaku yang sukses mengambil semua perhatian pengunjung kafe tersebut.Rendi perlahan berdiri dari duduknya, kemudian tangannya bergerak merangkul kedua bahu wanita itu. Dengan senyuman lebarnya, Rendi bersiap untuk membuka suara."Halo, Lino, kenalin, dia Yia. Dia seorang model, cantik kan? Stylish abis lagi!" seru Rendi. Sebuah pelototan pun langsung tertuju ke Rendi."Ngapain lo kenalin ke gue, Rendi. Yia kan mantan gue, geblek!" pekik Lino kesal."Yee siapa tahu lo mendadak amnesia pas putus

    Last Updated : 2021-04-06
  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   7. Pesan Papa

    Amel mengantarkan secangkir kopi ke ruang kerja ayahnya. Di sana, tampak seorang pria dengan kaca mata yang sedang fokus menatap laptop kerjanya."Papa kalau capek, mending istirahat dulu aja. Amel gak tega kalau sampai melihat Papa sakit hanya gara-gara terlalu sibuk bekerja," ucap Amel.Pria berkaca mata itu tampak menghela napasnya. Beberapa helai rambut berwarna putih bahkan sudah terlihat mencolok di antara banyak rambut berwarna hitamnya."Papa harus bekerja keras, Amel. Perusahaan kita nyaris saja gulung tikar. Papa lebih gak rela kalau melihat hidup kamu sengsara. Bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sungguh berharga, Amel," cetus Papa. Amel pun lantas memandang lekat laki-laki yang sukses menjadi cinta pertamanya itu."Dari kecil, Papa sudah bekerja keras untuk Amel, untuk menghidupi Amel, membahagiakan Amel juga. Apapun yang Amel minta, pasti Papa akan berusaha untuk menuruti permintaan Amel. Mungkin, ini saatnya bagi Amel untuk memb

    Last Updated : 2021-04-06
  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   8. Hari Pernikahan Kita

    Hari ini, tepat di mana hari sakral itu terjadi. Hari yang ditunggu dengan sangat antusias dari dua keluarga.Amel lantas mendudukkan diri di samping Lino. Pria dengan jas hitam yang rapi, terlihat sangat mencolok di antara tamu lain yang hadir."Bagaimana, sudah siap?" tanya seorang pria yang telah sejak tadi duduk di balik meja.Dalam hitungan detik, ingin sekali rasanya Amel menghilangkan dirinya sendiri. Hal seperti ini, bahkan dalam bayangan Amel, tak pernah terlintas sedikitpun."Saya sudah siap," jawab Lino."Baiklah, mari kita mulai," ucap pria itu sembari mengulurkan tangan ke arah Lino."Saudara Lino Altezza Saputra bin Rio Saputra, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Camelia Putri Fabian binti Fabian Adijaya, dengan maskawinnya berupa logam mulia seberat sepuluh gram dengan seperangkat alat sholat, tunai!"Detik itu juga, Lino segera menarik napas panjang

    Last Updated : 2021-04-15

Latest chapter

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   8. Hari Pernikahan Kita

    Hari ini, tepat di mana hari sakral itu terjadi. Hari yang ditunggu dengan sangat antusias dari dua keluarga.Amel lantas mendudukkan diri di samping Lino. Pria dengan jas hitam yang rapi, terlihat sangat mencolok di antara tamu lain yang hadir."Bagaimana, sudah siap?" tanya seorang pria yang telah sejak tadi duduk di balik meja.Dalam hitungan detik, ingin sekali rasanya Amel menghilangkan dirinya sendiri. Hal seperti ini, bahkan dalam bayangan Amel, tak pernah terlintas sedikitpun."Saya sudah siap," jawab Lino."Baiklah, mari kita mulai," ucap pria itu sembari mengulurkan tangan ke arah Lino."Saudara Lino Altezza Saputra bin Rio Saputra, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Camelia Putri Fabian binti Fabian Adijaya, dengan maskawinnya berupa logam mulia seberat sepuluh gram dengan seperangkat alat sholat, tunai!"Detik itu juga, Lino segera menarik napas panjang

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   7. Pesan Papa

    Amel mengantarkan secangkir kopi ke ruang kerja ayahnya. Di sana, tampak seorang pria dengan kaca mata yang sedang fokus menatap laptop kerjanya."Papa kalau capek, mending istirahat dulu aja. Amel gak tega kalau sampai melihat Papa sakit hanya gara-gara terlalu sibuk bekerja," ucap Amel.Pria berkaca mata itu tampak menghela napasnya. Beberapa helai rambut berwarna putih bahkan sudah terlihat mencolok di antara banyak rambut berwarna hitamnya."Papa harus bekerja keras, Amel. Perusahaan kita nyaris saja gulung tikar. Papa lebih gak rela kalau melihat hidup kamu sengsara. Bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sungguh berharga, Amel," cetus Papa. Amel pun lantas memandang lekat laki-laki yang sukses menjadi cinta pertamanya itu."Dari kecil, Papa sudah bekerja keras untuk Amel, untuk menghidupi Amel, membahagiakan Amel juga. Apapun yang Amel minta, pasti Papa akan berusaha untuk menuruti permintaan Amel. Mungkin, ini saatnya bagi Amel untuk memb

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   6. Saling Menyakiti Perasaan

    Seorang wanita dengan rambut panjang sepunggung itu tampak berjalan anggun memasuki sebuah kafe. Kaca matanya mulai ia turunkan, untuk memancing perhatian para penghuni yang sedang asyik menyantap makanan di area kafe."Rendi!" seru wanita itu.Yang disapa hanya satu orang, tetapi yang menoleh, bahkan lebih dari satu orang. Termasuk cowok yang duduk berhadapan dengan Rendi. Tiba-tiba saja, mata Lino membelalak lebar ketika mengetahui pelaku yang sukses mengambil semua perhatian pengunjung kafe tersebut.Rendi perlahan berdiri dari duduknya, kemudian tangannya bergerak merangkul kedua bahu wanita itu. Dengan senyuman lebarnya, Rendi bersiap untuk membuka suara."Halo, Lino, kenalin, dia Yia. Dia seorang model, cantik kan? Stylish abis lagi!" seru Rendi. Sebuah pelototan pun langsung tertuju ke Rendi."Ngapain lo kenalin ke gue, Rendi. Yia kan mantan gue, geblek!" pekik Lino kesal."Yee siapa tahu lo mendadak amnesia pas putus

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   5. Buku Diary Lino

    Buku diary itu telah berada di tangan Lino. Setelah terjadi pertarungan sengit dengan mamanya itu. Dengan cepat, Lino langsung melesat pergi ke kamar, meninggalkan Citra yang saat ini tengah senyum-senyum tidak jelas."Aishh, dasar anak itu! Apa karena pas hamil, aku ngidam peluk kucing ya, sampai-sampai Lino bisa malu-malu meong gitu sikapnya," lirih Citra sembari terkikik pelan.Ia pun sontak melangkahkan kakinya ke arah pintu. Melihat keadaan di luar rumah, kemudian bergegas menutup pintu itu kembali. Dikarenakan langit masih cerah, Citra tidak jadi mengangkat jemuran pakaiannya.***Di sisi lain, Lino langsung mengunci pintu kamarnya. Jujur saja, jantungnya langsung berdegup kencang. Sesaat kemudian, diamatinya lekat benda berbentuk kotak tersebut. Buku yang menjadi saksi, kisah percintaannya yang sangat suram."Perasaan buku ini pernah gue buang ke tong sampah, kok bisa ada di Mama sih! Arghh, Mama pasti udah baca s

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   4. Tentang Perasaan

    Lino tanpa sengaja mendongakkan kepalanya. Kini, pandangannya langsung menangkap Amel yang tengah memandangi Lino. Sontak saja, terbitlah senyuman miring di wajahnya."Kenapa lo? Naksir?" tanya Lino dengan nada congkak.Tentu saja, Amel langsung menolehkan pandangannya. Pada detik itu juga, Lino juga turut melepaskan helm tersebut dari kepala Amel."Sampai kapanpun, gue gak akan naksir sama lo!" seru Amel sembari menjulurkan lidahnya.Amel pun bergegas melangkahkan kakinya menghampiri pegawai butik tersebut. Kemudian, ia mengikuti arahan dari sang pegawai butik.Di sisi lain, Lino hanya menghela napasnya. Ia kemudian mengikuti langkah pegawai butik untuk menemukan baju untuk pengantin pria. uwuu dah siap nikah.***Sesaat kemudian, Lino sudah selesai berganti pakaian. Dengan balutan jas berwarna hitam dengan celana berwarna sama, ia kini mengarahkan dirinya untuk duduk di area sofa. Menunggu Amel yang sangat lama walau ha

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   3. Pergi ke Butik

    Amel mengendap-endap menjauh dari area kampus. Ia berusaha mencari tempat yang setidaknya tidak banyak orang di sana. Saat tengah melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja, seseorang memelankan laju motor sport merahnya. Ia berusaha mengimbangi langkah yang diambil oleh Amel."Ssssttt, cepetan naik!" seru orang yang tengah melakukan motor sport-nya secara pelan. Detik itu juga, Amel membelalakkan matanya."Gue udah bilang, tungguin gue di tikungan sana! Cepat lo jalan ke sana deh, gue gak mau ada seorang pun yang ngeliat lo boncengin gue nanti!" keluh Amel dengan tatapan penuh kekesalan."Ashh ribet amat sih lo, Mel!" cibir orang itu, Lino.Lino pun segera melajukan motornya dan berhenti di area tikungan. Di sana, nyaris tidak ada seorang mahasiswa pun yang lewat. Melihat Lino sudah memberhentikan motornya di area tikungan, membuat Amel buru-buru mempercepat langkah kakinya.Sesampainya di sana, Lino segera meng

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   2. Taruhan

    Suasana di kampus sedang ramai-ramainya. Apalagi di kantin, sangat penuh dengan para mahasiswa yang kelaparan. Tak terkecuali Amel dan teman satu gengnya, Sela dan Lili. Mereka bertiga kini tengah menikmati bakso setan yang terkenal akan rasa pedasnya itu."Mel, Lino makin hari makin cakep yak!" seru Sela sembari menatap kagum ke layar ponselnya. Seketika itu juga, Amel langsung merebut ponsel itu dari tangan Sela."Lo follow Lino? Sejak kapan? Gue kan udah bilang, jangan pernah follow dia, Sela!" keluh Amel sembari memencet tombol unfollow pada Instagram Lino. Setelahnya, Amel pun mengembalikan ponsel Sela kepada pemiliknya."Yah, Amel, kok di unfollow sih!" kesal Sela."Ya, lagian. Apa bagusnya sih tuh anak! Sok kegantengan banget!" pekik Amel."Elo juga, malah pada klepek-klepek lagi sama dia!" imbuhnya."Heh, Amel, yang namanya cowok ganteng, ya wajarlah gue dan Lili naksir. Justru yang aneh itu elo, cowok seganteng Lino malah di hate! A

  • UNSTOPPABLE: KETIKA BENCI MENJADI CINTA   1. Awal Perjodohan

    "Apa? Jadi, Mama ingin menjodohkanku dengan dia?"Amel menunjuk ke seorang pria yang saat ini tengah menolehkan kepala agar tak bertemu pandangan dengan Amel. Wajah pria itu juga sama kusutnya seperti wajah Amel.Namun, kedua wanita yang saat ini tengah mendudukkan tawanya berjejeran itu malah meledakkan tawanya."Tuh, Citra, anak-anak kita kayaknya sudah serasi banget ya? Tuh, sampai ekspresi wajahnya aja sama!" seru Mama Amel, Lani."Iya, Lani, bener tuh. Sepertinya keputusan kita untuk menjodohkan mereka berdua itu adalah keputusan yang sangat benar," sahut Citra, Mama pria itu.Amel pun seketika membuka mulutnya lebar-lebar. Seperti tercengang ketika mendengar penuturan dua wanita dengan usia sepantaran itu. Sontak saja, Amel memandang wajah pria itu dengan sorot mata sinis."Apa hebatnya sih dia, Ma, sampai-sampai, Mama harus jodohin aku sama dia!" keluh Amel sembari menunjukkan jarinya ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status