Apakah dia bisa menipu hatinya sendiri?Brenda Wright merasa dia tidak menipu dirinya sendiri sama sekali karena dia tidak menyukai Hugh Randall. Dia benar-benar tidak menyukai iblis yang telah menghancurkan hidupnya.“Tapi sayang sekali, Brenda Wright. Semua pendirian Kakak Hugh sudah tidak ada artinya, karena dia menikahiku dan aku akan menjadi wanitanya malam ini.” Wenda berkata sambil tersenyum.Tidak ada ekspresi di wajah Brenda Wright. "Selamat kalau begitu.""Brenda Wright, malam ini kau jangan pergi, berjagalah di luar pintu kami. Aku ingin kau mendengar bagaimana aku menjadi wanita Kakak Hugh." Wenda mengajukan permintaannya.Permintaan sesat macam apa ini?Brenda Wright merasa pikiran Wenda sudah tidak sehat. Dia bahkan menyuruhnya berjaga di luar pintu malam ini."Kenapa, Brenda Wright? Apakah kau ingin menolak? Kau seharusnya tahu, aku sudah menjadi nyonya rumah di sini. Kakak Hugh selalu menurutiku, jadi kau tidak berhak menolak sama sekali."Brenda Wright menarik napas
Melihat Hugh Randall sangat emosi, Brenda Wright mengulurkan tangan untuk mendorongnya, “Siapa yang aku suka dan siapa yang tidak aku suka, apa hubungannya denganmu, tolong lepaskan aku!"Hugh Randall tiba-tiba menyadari bukan hanya tipe gadis kesukaan Josh Landon adalah seperti Brenda Wright, bahkan Brenda Wright juga menyukai tipe pria seperti Josh Landon, ini membuatnya merasa terasing, dan sangat konyol."Brenda Wright, kenapa tidak menjawabku, cepat jawab!" Dia mencengkeram pundaknya dan mengguncangnya berkali-kali, Brenda Wright hampir muntah dibuatnya.Plak!Brenda Wright menampar wajahnya.Hugh Randall kewalahan dan tertegun.Dia tidak menyangka Brenda Wright akan memukulnya. Dia adalah satu-satunya wanita yang berani menamparnya."Apakah kau sudah sadar sekarang? Hugh Randall, apa hakmu menanyakan pertanyaan ini kepadaku, kau bisa mengurungku dan mendapatkan tubuhku, tetapi bukan perasaanku. Aku tidak akan menyukai iblis sepertimu, meskipun aku menyukai pria lain juga bukan u
Pada saat ini, Hugh Randall sedang makan malam bersama Wenda di ruang makan, Wenda berkata, "Kakak Hugh, kapan kau sempat menjalani operasi, aku ingin melahirkan anak untukmu."Hugh Randall tidak mengangkat kepalanya dan berkata dengan santai, "Tunggu sebentar lagi, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, tidak punya waktu."Wenda membeku. Dia jelas sedang menolaknya. Setiap kali mengungkit topik ini, Hugh Randall selalu berkata dia sibuk dengan wajah datar."Ya, kau memang sangat sibuk, sampai tidur di ruang kerja setiap malam ..."Sebelum kata-kata Wenda selesai, dia mendengar suara "klontang", Hugh Randall melempar pisau dan garpu ke piring, menimbulkan suara kencang.Wajah Wenda menjadi sangat pucat.Hugh Randall mengangkat kelopak matanya dan melirik Wenda yang duduk di hadapannya, "Jangan bicara saat makan lain kali, selera makanku jadi hilang."Wenda, "..."Pada saat ini, orang kepercayaannya datang dan berbisik di telinga Hugh Randall.Hugh Randall memberi isyarat agar orang kepercay
Namun, Hugh Randall akhirnya tidak jadi menelepon. Dia menutup matanya yang lelah.…Meskipun Wenda sangat ingin keluar, dia tidak berani melawan perintah Hugh Randall. Namun temannya terus menelepon untuk menyuruhnya keluar.Salah satu temannya bernama Lydia, dia meneleponnya setiap hari. "Putri Wenda, mengapa kau tidak keluar bersama kami, ini sudah mendekati tahun baru, ayo kita belanja pakaian, ke salon, manikur, dengan begitu Raja Hugh akan selalu terpikat denganmu."Bagaimana memikatnya? Meskipun dia sudah berdandan dengan cantik, pria itu bahkan tidak meliriknya, selain itu Hugh Randall tidak tidur bersamanya lagi.Memikirkan ini, Wenda menjadi kesal, tapi dia tidak mau kehilangan muka, dia ingin menunjukkan pernikahannya bahagia dan sempurna ke semua orang. "Aku tidak akan keluar beberapa hari ini. Kau tidak tahu, Raja Hugh sangat manja, dia sudah mengeluh, karena akan tahun baru, dia ingin aku lebih sering menemaninya di rumah.""Oh," Ini memancing kekaguman Lydia, "Putri We
Tuan sedang memanggil siapa?Orang kepercayaannya berusaha mendengarkan dengan hati-hati, hanya mendengar Hugh Randall bergumam, "Wenda ... Brenda ..."Dia memanggil nama seseorang, Wenda atau Brenda?Orang kepercayaan itu juga bingung. Dia tidak tahu siapa yang dipanggil tuannya. Lagi pula, Wenda dan Brenda terdengar sangat mirip.Pada saat ini, Wenda masuk. Dia menatap Hugh Randall, yang tak sadarkan diri di tempat tidur, dengan sedih dan penuh penyesalan, dan berkata dengan lembut, "Aku akan menjaga Kakak Hugh."Orang kepercayaan itu agak takut dengan nyonya rumah yang emosinya kurang stabil ini, jadi dia menolak dengan sopan, "Nyonya, ada aku dan staf medis di sini, jadi tidak perlu merepotkan Anda, ini sudah larut, Anda sebaiknya kembali dan beristirahat lebih awal, jangan sampai kelelahan."“Aku tidak lelah, aku tidak lelah sama sekali. Jangan khawatir, aku tidak akan mencari masalah lagi, aku hanya ingin menjaga Kakak Hugh dengan baik sekarang,” Wenda bersikeras.Pada saat ini,
Hugh Randall menatap Brenda Wright dari kejauhan. Hari ini, dia mengenakan kardigan merah dengan lengan lentera retro. Dia jarang memakai pakaian warna merah cerah. Sekarang dia terlihat cantik dan segar. Rambut hitamnya tergerai di pundaknya. Dia menempelkan hiasan jendela dengan senang, semuanya terlihat sangat indah dan sempurna.Setelah meninggalkannya, dia sepertinya menjadi lebih baik.Hugh Randall baru menyadari pada saat ini. Betapa indahnya kehidupan wanita itu tanpa dia, dia bisa menjalani kehidupan dengan sangat baik.Atau, biarkan dia pergi saja?Ini adalah pertama kalinya Hugh Randall berpikir seperti ini karena dia sudah mencoba untuk hidup tanpa Brenda Wright. Sebenarnya tidak apa-apa, dia hanya akan merindukannya dan sangat menderita.Hugh Randall bersandar di kursi dan tetap menatapnya sangat lama.…Josh Landon makan malam bersama Brenda Wright, lalu dia pergi. Brenda Wright merasa agak lelah setelah sibuk seharian, jadi dia kembali ke kamarnya.Di dalam kamar, Brenda
Wenda tidak menyadari semua yang terjadi. Dia hanya ingin bertemu dengan biksu itu di kuil. Dia ingin Hugh Randall jatuh cinta kepadanya lagi dan ingin melahirkan seorang anak untuk Hugh Randall, tidak, dia ingin melahirkan banyak anak untuknya.Lydia juga masuk ke mobil. Dia menyuruh sopir mengemudi.Mobil mewah itu segera melaju di jalan, tak lama kemudian mobil mewah itu berhenti, Lydia berkata, "Putri Wenda, mobil ini kehabisan bensin dan tidak ada pom bensin di dekat sini. Biksu itu akan pergi hari ini, aku khawatir kita tidak akan sempat mengejarnya. Jangan menundanya lagi, cepat keluar, kita ganti mobil."Mengapa mengganti mobil di tengah jalan?Meskipun Wenda kurang senang, dia tetap turun dari mobil demi bertemu dengan biksu itu.Sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan, Lydia berjalan menuju mobil itu bersama Wenda.Pada saat ini, langkah Wenda tiba-tiba berhenti karena dia melihat sosok yang akrab di depannya, ternyata Brenda Wright.Brenda Wright juga keluar. Pa
Dipermalukan dan diremehkan oleh Lydia seperti ini, Wenda sangat marah.Sebenarnya, setelah terpisah bertahun-tahun, dunia dia dan Hugh Randall makin berbeda. Hugh Randall berstatus tinggi dan dipuja-puja banyak orang, sedangkan dia selalu hidup dalam penderitaan. Dia tahu dirinya tidak layak untuk Hugh Randall, dia selalu merasa rendah diri.Karena rendah diri, dia suka pamer, berusaha keras untuk membuktikan sesuatu.Sekarang kata-kata Lydia menusuk lukanya, dan memancing amarah Wenda. Selain itu, Hugh Randall selalu memanjakannya selama ini, jadi dia tidak takut dengan apa pun, dia mengangkat tangannya dan langsung menampar wajah Lydia."Tutup mulutmu!" Dia berteriak.Lydia sudah bukan teman baiknya yang selalu tunduk dan menjilatnya. Dia menunjukkan sisi galaknya dan meraih tangan Wenda. "Putri Wenda, apakah kau belum memahami situasinya? Nyawamu ada di tanganku sekarang."Lydia menodongkan pisau ke leher Wenda.Ketika bilah tajam dan dingin muncul, Wenda menyipitkan matanya. Dia
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan