Share

Bulan Madu Kedua

Bang Damian berdiri di ambang pintu seraya mengepalkan tangan di samping tubuh.

Aku sungguh benci kali ini melihat pria arogan itu. Aku sadar ini rumahnya marena aku dan suami belum bisa melunasi. Tetapi seharusnya tidak begitu cara dia memperlakukan kami.

Kamar adalah ruang pribadi. Harusnya dia terlebih dahulu mengetuk, jangan asal main selonong seperti itu.

"Apa Abang tidak bisa berlaku sopan sedikit? Kalau masuk kamar orang itu ketuk pintu. Jangan asal maen selonong aja seperti itu!" protesku kesal.

"Maaf, Rivani. Abang terlalu khawatir saat asisten rumah tangga kamu mengabari kalau kamu sakit dan dirawat. Tolong jangan marah sama Abang!" Di berjalan mendekat, akan tetapi dengan cepat bersembunyi di belakang tubuh Mas Erlangga, sebab tahu pasti setelah ini dia akan memeluk tubuhku.

"Silakan keluar dari sini, Bang. Jangan ganggu aku!" usirku.

"Van?" Mata pria bertato ular naga itu terlihat berkaca-kaca, memindaiku penuh dengan luka.

"Tolong mengertilah, Bang. Pergi dari sini, ata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status