tadi, hati milik Coki, yang sedang memperhatikan pasangan itu dari jauh. Ia sebenarnya ingin agar hubungan Ardan dan Salsa kembali harmonis seperti sebelumnya, tapi melihat mereka berselisih seperti kemarin, tak dipungkiri kalau ia juga sedikit merasa senang. ***"Apa tidak bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, Mba? Gusti kan juga sudah minta maaf. Saya tau, Gusti sangat keterlaluan kali ini, tapi biar bagaimanapun, dia tetap anak saya. Tidak ada satu ibu pun yang tega jika anaknya harus mendekam dalam jeruji besi," pinta Bu Dian lebih kepada memohon. Kali ini, ia memposisikan diri lebih rendah dibandingkan Mba Sri."Maaf, Bu Dian. Bukannya saya tidak memaafkan Gusti, tapi ini sudah fitnah namanya. Bahkan bisa mempengaruhi hubungan baik antara keluarga saya dan keluarga calon besan.""Gusti memang harus dibuat jera agar dia tidak lagi sembarangan bertindak, Bu. Sudah biarkan saja dia masuk penjara. Toh, tidak lama, paling hanya beberapa bulan." Pak Bagyo ikut berbicara. "Gak,
"Salsa putus sama Ardan? Yuhuuuu, Coki jadi punya kesempatan lagi, ni. asyik asyik asyik!" pekik Bu Rani senang sambil menari. Ia mendengar kabar dari salah seorang pegawai Mba Sri yang mendengar pembicaraan Ardan dan Salsa kemarin di taman belakang. Padahal Salsa belum memberikan keputusan akan kelanjutan hubungannya dengan Ardan. Tapi, Bu Rani sudah mengambil kesimpulan, kalau mereka berdua sudah putus."Emang, kalau udah rezeki, nggak akan ke mana?" hayal Bu Rani. Pak Ishak yang baru saja akan berangkat bekerja merasa heran dengan kelakuan istrinya. "Bu, keliatannya lagi seneng banget. Memangnya ada kabar apa di dunia persilatan?" canda Pak Ishak. Tapi bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Bu Rani malah mengajak Pak Ishak menari. "La, la, la, la," senandungnya lagi. "Bu, Bu, eling Bu. Ibu ini sebenarnya kenapa?""Pokoknya Ibu lagi bahagia, Pak. Nanti Bapak juga tahu sendiri.""Eh, Bu. Bapak kasih tahu, jangan suka berkhayal terlalu tinggi, kalau jatuh, nanti sakit rasanya. Uda
"Gimana, Sal? Mau, kan, temani tante jalan-jalan? Abis tante bingung mau mengajak siapa. Tante, kan nggak punya anak, keponakan juga cuma Coki. Cowok, pula. Mana asik diajak shopping," ucap Bu Rani sambil tertawa. Ia sengaja mengunjungi Salsa di kediamannya untuk melakukan pendekatan kedua pada Salsa. "Semoga aja kali ini berhasil," doanya dalam hati. "Mm, Boleh, deh, Tante. Kebetulan Salsa juga lagi suntuk, ni, di rumah. Sebentar Salsa pamit ke Mama, ya."Setelah mendapat izin dari Mba Sri, Salsa dan Bu Rani segera menuju tempat di mana Bu Rani memarkir mobil VW bettle pinknya. Bu Rani sengaja ingin memberi kejutan pada Salsa. Setibanya di halaman depan, Mata Salsa membulat sempurna. Mobilnya masih ada, Tante? Belom jadi dijual?"Bu Rani menggeleng pelan, "Tante sengaja nyimpen mobil ini buat kamu, siapa tau suatu hari nanti kamu berubah pikiran, Sal. Nih, kamu yang bawa.""Ha? Yang bener, Tan?" tanya Salsa. Matanya berbinar terang, ia merasa sangat bahagia karena akhirnya ia puny
Namun, saat itu Kasman yang melihat kalau Salsa kesakitan tiba-tiba mendekati mereka berdua, sehingga Ardan segera melepaskan tangan Salsa. Ardan lalu pergi meninggalkan Salsa begitu saja. "Non Salsa nggak pa-pa?""Nggak pa-pa, Om. Makasi, ya."***Minggu depan Salsa harus segera pulang kembali ke London. Liburannya sudah selesai, dan harus segera mulai mengerjakan thesisnya. Meski hubungan cintanya dengan putra bungsu Bu Anti sudah selesai, namun Salsa masih tetap berusaha untuk tetap menjaga hubungan baiknya dengan Ardan dan keluarganya. Ia tidak keberatan untuk berangkat ke London bersama mantan tunangannya itu. Namun, amat disayangkan, karena Ardan yang semula ingin berangkat ke London bersama Salsa, harus mengurungkan niatnya. Karena Bu Anti mendadak sakit. Sakit lamanya, yaitu hipertensi, kembali kambuh, ia juga mengalami stress karena keputusan Salsa kemarin, yang telah memutuskan hubungannya dengan Ardan begitu saja.Mba Sri sebagai ibu dari Salsa, sudah berkali-kali menany
"Hah lega akhirnya bisa juga keluar kalimat ini." Coki membatin lagi. "Boleh, jam berapa?""Hah, beneran Sal?" Coki sampai membelalak saking ia tidak percaya diri. Salsa mengangguk yakin. "Beneran. Ntar Lo langsung jemput ke sini aja, ya. Gue tunggu.""Siap, siap, Sal!" jawab Coki yang langsung membuat Salsa tertawa. ***"Du du du du," senandung Coki sambil mematut diri di depan cermin di dalam kamar. Pintu kamar yang tidak ditutup membuat tantenya menghampiri. "Kelihatannya keponakan tante yang ganteng ini lagi seneng, ni. Tumben sampe nyanyi segala," goda Bu Rani. "Udah cakep gitu, mau ke mana, si?""Ada aja. Tante tersayangku ini masih aja suka kepoin urusan orang," jawab Coki sambil mengedipkan sebelah mata ke Bu Rani. Bu Rani mengerucutkan mulut, hingga membuat Coki tertawa. "Pokoknya Tante do'ain aja, semoga urusan Coki malam ini lancar. Coki mau jalan sama Salsa.""Hah, yang bener, kamu, Cok?" Mata Bu Rani membeliak. "Iya, Tan. Masa Coki bohong.""Wuaaaaa, akhirnya, Ak
Makasi udah mampir. Semoga suka. **Coki sangat terkejut mendengar kalimat Salsa barusan. Apalagi Salsa mengatakannya sambil menatapnya. Apakah dirinya yang Salsa maksud dengan laki-laki yang lebih baik dari Ardan? Mungkinkah Salsa menyadari perasaan Coki terhadapnya selama ini? Tapi, Lagi-lagi, Coki tidak berani berharap terlalu tinggi. Ia tidak ingin jika suatu hari nanti, harapannya tidak terjadi dan ia akan jatuh dari ketinggian, sehingga membuat hatinya sakit. Alunan lagu 'Mengagumimu dari jauh' milik penyanyi Tulus memenuhi kepala Coki. Lagu yang sangat sesuai dengan apa yang saat ini ia rasakan ke Salsa. Kisahmu harimu ku tau semua.Tanpa kau berujar aku selamiGerakmu guraumu kemasan ragaTanpa kau sadari aku pahamiCinta memang mungkin inilah cintaApapun lagumu aku jiwaiCinta memang mungkin inilah cintaTanpa kumiliki rindu terasa***Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, Perusahaan sayur milik Mba Sri dan Mas Pai mengadakan program beasiswa yang ditujukan bagi para
Kasman memukul Coki dengan kertas. "Udah sana jalan, jangan ngelamun terus!"***Hari ini adalah hari keberangkatan Salsa ke London. Seperti biasa, jika putri bungsunya akan pergi, Mba Sri pasti tak bisa berhenti mengeluarkan air matanya. Bahkan dari semalam ia tidak bisa memejamkan mata. Walau Salsa hanya pergi sementara, tapi tetap saja Mba Sri merasa sangat kehilangan. Ia juga lebih memilih tidak mengantar Salsa ke bandara agar kesedihannya tidak semakin larut. Kalau sudah begini, bisa dipastikan Mba Sri akan mengurung diri di kamar sampai beberapa hari ke depan. Mas Pai sang suami yang sudah sangat paham akan sikap Mba Sri istrinya, langsung merangkul erat Mba Sri tanpa bertanya apa-apa. Ia akan membiarkan istrinya itu meluapkan kesedihannya sampai selesai. Walaupun kadang waktunya tidak sebentar. Dulu, waktu pertama kali Salsa berangkat ke London bersama kedua kakaknya Edo dan Dika, Mba Sri sampai tidak mau makan selama satu minggu, teringat Salsa katanya. "Ma, itu lho, Salsa
Tiga tahun kemudian. Coki memutuskan untuk mengambil jurusan manajemen bisnis di salah satu universitas swasta di Jakarta Selatan. Ia mengambil kuliah malam, sedangkan pagi harinya, ia tetap bekerja sebagai kurir di warung sayur milik Mba Sri. Sebenarnya bisa saja ia mengambil kuliah pagi, Mba Sri pun sudah mengizinkan, hanya saja Coki merasa segan kalau ia tidak bekerja saat kuliah. Tidak enak, seperti makan gaji buta saja rasanya. Saat ini Coki sedang menyusun tugas akhir. Untuk tema tugas akhirnya, Mba Sri khusus meminta Coki untuk mengangkat tema mengenai masalah distribusi produk sayur mayur. Mengkaji sistem seperti apa yang paling efektif untuk bisa memangkas biaya operasional, dan untuk meminimalisir resiko kerusakan produk. Sehingga harga yang sampai ke konsumen pun bisa terjangkau.Pada kenyataannya, di lapangan pergerakan harga komoditas hortikultura terutama sayur mayur yang menjadi bahan pangan pokok, masih terus berfluktuasi. Rantai distribusi dari hulu ke hilir dinilai