Semenjak Coki kuliah, Bu Rani, sang tante juga ikut semangat untuk memperbaiki diri. Dengan berbekal keyakinan kalau dirinya memang akan segera menjadi anggota keluarga dari Mba Sri, ia kini mencoba untuk banyak belajar bagaimana harus bersikap selayaknya orang kaya. Meskipun pada kenyataannya, kondisi keuangan Bu Rani juga terbilang sudah sangat mapan.Bu Rani kini lebih teratur dalam berbicara, tidak asal dan mencoba untuk menahan diri untuk tidak menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya, seperti dulu. Pak Ishak sang suami, jadi merasa heran dengan perubahan istrinya belakangan ini. Walaupun perubahan sikap Bu Rani cukup membuatnya senang. Seperti sikapnya saat Pak Ishak baru saja pulang dari kantor, Bu Rani langsung menyambut Pak Ishak di depan pintu, sudah lengkap dengan penampilan rapi dan senyum termanis. Ia juga segera mencium tangan sang suami, membantu membawakan tasnya dan menyediakan air minum. Hal yang selama ini jarang dilakukan oleh istrinya.Bu Rani melakuk
"Boss, pengemasan untuk pengiriman hari ini sudah siap, tapi ada sedikit masalah. Kita kekurangan tenaga di bagian pengiriman. Hari ini ada tiga orang kurir yang izin tidak masuk karena sakit. Khawatir nanti akan ada keterlambatan pengiriman ke para pelanggan," lapor salah satu karyawan bagian pengiriman di gudang Mba Sri dimana Coki menjadi penanggung jawab. Setelah berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu hanya tiga tahun saja, Mba Sri langsung memberi tanggung jawab kepada Coki untuk menggantikan posisi Pak Said sang penanggung jawab kurir dan bagian pengiriman, yang memang sudah pensiun. Awalnya Coki merasa tidak percaya diri, karena kini ia bukan lagi seorang karyawan, tapi seorang pimpinan yang harus memimpin orang lain. Tapi Mba Sri selalu memberinya motivasi dan dorongan. Selain itu Mba Sri juga menyuruh Coki untuk membaca buku 'Bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik.'Dalam buku tersebut tertulis hal-hal sebagai berikut, 4 Langkah Menjadi Bos yang Baik Agar Para Kary
Mata Coki membulat setelah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Kasman itu. "Kaget gimana, Om? Memangnya Mas Dika kenapa? Galak, ya, orangnya, Om?"Sambil memotong-motong gulai jengkol di piringnya, Kasman bicara lagi. "Dia itu sebenarnya baik, cuma dia ga suka banyak bicara, apalagi sama orang yang tidak terlalu dia kenal. Jadi terkesan sombong. Tapi kamu juga harus hati-hati. Kalau soal kerjaan, Mas Dika itu orangnya perfeksionis, detail, rapi dan teliti. Jika ada yang salah sedikit aja, kamu siap-siap aja kena omongan pedes yang keluar dari mulutnya," sambung Kasman seraya tertawa. "Dulu aja, Om pernah satu kali kena semprot Mas Dika. Tapi, memang Om yang salah, si. Om lupa menyalakan pendingin di gudang dingin yang khusus menyimpan aneka produk hewani. Untung aja ga lama, jadi ga ada yang rusak. Waktu itu, Mas Dika pas kebetulan lagi ngecek stock ke gudang."Mulut Coki membulat. "Kok sikapnya beda banget ya, Om, sama Tante Sri dan Om Pai? Jadi takut Coki, om."Ka
Selamat membaca, jangan lupa subs, rate, love dan komen di setiap babnya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Lo, yang namanya Coki-coki?" tanya Dika sambil menatap Coki tajam. Menurutnya penampilan Coki sangat jauh di luar standard seseorang yang layak untuk dia jadikan sebagai adik ipar. Sebelumnya Salsa, yang memang hubungannya lebih dekat kepada Dika, sudah memberi tahu kakak pertamanya itu, kalau sekarang ia sedang menjalin hubungan dengan salah satu karyawan mamanya, yang bernama Coki. "Coki, aja, Mas. bukan Coki-coki." sahut Coki sambil mengulurkan tangan. Walaupun masih memandang sinis, tapi Dika tetap mau menerima uluran tangan Coki. Dia menggenggam erat seraya tersenyum miring. Membuat rasa percaya diri Coki, yang beberapa tahun ini sudah membaik, mendadak jadi turun lagi. Kepalanya perlahan menunduk. Dika memang terkenal paling pandai untuk membuat lawan bicaranya jadi merasa rendah diri."Ok. Gue, Dika, kakaknya Salsa yang paling tua.""Eh, ternyata kalian uda
"Iyalah, Sal."[Kalau Mas Edo si, santai orangnya, ga ribet. Tema apa aja pasti dia suka. Makanan juga ga terlalu pemilih. Kalau Mas Dika, nah, kakak pertamaku itu yang agak ribet. Lebih baik, kamu fokus buat bikin Mas Dika puas aja. Dia ga suka yang terlalu ramai, dan berisik. Jadi mending, kalau mau buat acara syukuran, yang sederhana aja.][Oo, Ok. Kalau makanannya, apa aja yang harus aku sediakan, Sal?][Yang pasti harus ada buah, Cok. Mas Dika suka semua makanan olahan yang terbuat dari buah segar, terus jangan lupa juga, minumannya harus tersedis jus terong belanda dicampur susu kental manis.][Siap, Sal. Makasi, ya.][Satu lagi, jangan terlalu banyak menghabiskan biaya untuk sesuatu yang kurang penting, Mas Dika pasti nanti akan nanya, berapa dana yang terpakai untuk bikin acara itu. Semakin sedikit semakin baik. Sukses, ya, Cok.]Coki merasa bersemangat, dan bertekad untuk menjadikan acara besok malam sebagai acara yang bisa mendekatkan dirinya dengan Mas Dika. Walaupun yang m
Coki mendapat banyak pujian karena acara semalam berlangsung dengan baik dan lancar, tidak hanya dari Mba Sri dan Mas Pai, tapi juga dari Dika dan Edo, si bintang utama. Terlebih lagi, Dika, yang sepertinya mulai memberi nilai positif untuk Coki. Semalam, setelah acara selesai, Dika langsung bertanya berapa biaya yang dia habiskan untuk membuat acara sebagus itu. Untung saja sebelumnya Coki sudah mendapat peringatan dari Salsa, jadi dia sudah siap dengan jawaban terbaik, dan Dika pun merasa puas dengan jawaban Coki. "Cok, kata Tante Sri, acara semalam kamu yang merancang? Wah, keren banget, Cok. Tante bangga deh, sama Kamu." ucap Bu Rani seraya menepuk pelan bahu Coki. "Iya, Tante. Kemarin Tante Sri yang minta Coki, buat ngurusin acara syukuran kepulangannya Mas Dika dan Mas Edo,"jawab Coki di tengah aktivitasnya mengetik laporan, matanya masih tertuju pada layar datar di depannya. "Terus, terus, gimana pendapat Dika? Tante denger-denger, dia itu orangnya sedikit sulit, terus perf
Selamat membaca, jangan lupa subs, rate, love dan komen di setiap babnya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **Menjelang hari-hari terakhir, Coki semakin bersemangat untuk menjalani tantangan dari Dika. Apalagi saat ia mengetahui kalau tingkat penjualan sampai dengan saat ini, mengalami kenaikan sebesar tiga persen jika dibandingkan dengan penjualan bulan lalu. Tetapi sayangnya, Coki tidak boleh mengetahui berapa jumlah total pengeluaran perusahaan sayur Mba Sri, hingga ia tidak bisa memperkirakan berapa tingkat keuntungan atau kerugian yang diperoleh hingga hari ini. Dika-lah yang sengaja meminta Mba Sri untuk merahasiakannya dari Coki, agar Coki bisa lebih fokus mengurusi masalah pengiriman. Awalnya Mba Sri tidak mendukung Dika, karena telah memberi tantangan yang menurutnya terlalu berat, tapi setelah Dika menjelaskan apa tujuannya, Mba Sri malah menyemangati Dika untuk semakin menantang Coki. "Sejak awal Mama ketemu, Coki, Mama yakin kalau suatu hari nanti dia akan berhasi
[Mmm, kasi tau ga ya?][Kasih tau la, Sal. Panas dingin ini aku nunggu keputusan dia.]Salsa hanya membalas dengan emoji tertawa lebar. Coki memang sangat berharap kalau Dika bisa menerimanya, seperti Mba Sri dan Mas Pai, karena justru Dika-lah orang yang paling dekat dengan Salsa. ***Akhir bulan akhirnya tiba, Dika sudah mengantongi hasil, berapa jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan mereka. Memang belum secara detail ditulis dalam suatu laporan keuangan, baru garis besarnya saja, tapi jumlah perhitungannya bisa dipastikan tidak akan jauh berbeda. Malam ini, ia berencana untuk memanggil Coki untuk memberi tahu tentang keputusannya. Dika mengajak Coki bertemu di sebuah tenda kaki lima yang menjual makanan cepat saji dari produk olahan ayam dan ikan, yang ada di depan komplek perumahan mereka. Walaupun hanya tenda, tapi suasana tempat makan begitu nyaman, bersih, tertata rapi, harga murah tapi makanannya tetap enak. Satu hal lagi yang membuat istimewa dari tenda kaki lima i