Coki mendapat banyak pujian karena acara semalam berlangsung dengan baik dan lancar, tidak hanya dari Mba Sri dan Mas Pai, tapi juga dari Dika dan Edo, si bintang utama. Terlebih lagi, Dika, yang sepertinya mulai memberi nilai positif untuk Coki. Semalam, setelah acara selesai, Dika langsung bertanya berapa biaya yang dia habiskan untuk membuat acara sebagus itu. Untung saja sebelumnya Coki sudah mendapat peringatan dari Salsa, jadi dia sudah siap dengan jawaban terbaik, dan Dika pun merasa puas dengan jawaban Coki. "Cok, kata Tante Sri, acara semalam kamu yang merancang? Wah, keren banget, Cok. Tante bangga deh, sama Kamu." ucap Bu Rani seraya menepuk pelan bahu Coki. "Iya, Tante. Kemarin Tante Sri yang minta Coki, buat ngurusin acara syukuran kepulangannya Mas Dika dan Mas Edo,"jawab Coki di tengah aktivitasnya mengetik laporan, matanya masih tertuju pada layar datar di depannya. "Terus, terus, gimana pendapat Dika? Tante denger-denger, dia itu orangnya sedikit sulit, terus perf
Selamat membaca, jangan lupa subs, rate, love dan komen di setiap babnya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **Menjelang hari-hari terakhir, Coki semakin bersemangat untuk menjalani tantangan dari Dika. Apalagi saat ia mengetahui kalau tingkat penjualan sampai dengan saat ini, mengalami kenaikan sebesar tiga persen jika dibandingkan dengan penjualan bulan lalu. Tetapi sayangnya, Coki tidak boleh mengetahui berapa jumlah total pengeluaran perusahaan sayur Mba Sri, hingga ia tidak bisa memperkirakan berapa tingkat keuntungan atau kerugian yang diperoleh hingga hari ini. Dika-lah yang sengaja meminta Mba Sri untuk merahasiakannya dari Coki, agar Coki bisa lebih fokus mengurusi masalah pengiriman. Awalnya Mba Sri tidak mendukung Dika, karena telah memberi tantangan yang menurutnya terlalu berat, tapi setelah Dika menjelaskan apa tujuannya, Mba Sri malah menyemangati Dika untuk semakin menantang Coki. "Sejak awal Mama ketemu, Coki, Mama yakin kalau suatu hari nanti dia akan berhasi
[Mmm, kasi tau ga ya?][Kasih tau la, Sal. Panas dingin ini aku nunggu keputusan dia.]Salsa hanya membalas dengan emoji tertawa lebar. Coki memang sangat berharap kalau Dika bisa menerimanya, seperti Mba Sri dan Mas Pai, karena justru Dika-lah orang yang paling dekat dengan Salsa. ***Akhir bulan akhirnya tiba, Dika sudah mengantongi hasil, berapa jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan mereka. Memang belum secara detail ditulis dalam suatu laporan keuangan, baru garis besarnya saja, tapi jumlah perhitungannya bisa dipastikan tidak akan jauh berbeda. Malam ini, ia berencana untuk memanggil Coki untuk memberi tahu tentang keputusannya. Dika mengajak Coki bertemu di sebuah tenda kaki lima yang menjual makanan cepat saji dari produk olahan ayam dan ikan, yang ada di depan komplek perumahan mereka. Walaupun hanya tenda, tapi suasana tempat makan begitu nyaman, bersih, tertata rapi, harga murah tapi makanannya tetap enak. Satu hal lagi yang membuat istimewa dari tenda kaki lima i
"Lo, itu kurang tegas jadi pimpinan. Banyak anak buah, Lo, yang kurang disiplin, tapi ga lo kasih tindakan tegas. Kalo kayak gitu terus, lama-lama wibawa lo, bisa hilang, Cok! Anak buah, lo akan makin bertindak sembarangan, nanti," tegur Dika. Coki mengangguk paham. "Makasi, Mas, masukannya. Jujur, saya memang masih ga tegaan sama mereka. Biar bagaimanapun, mereka kan temen saya juga." "Nah, itu, dia, lo ga boleh nyama ratain hubungan profesional dan pribadi, dong. Ntar, lonya sendiri yang rugi." Dika menghela napas panjang. "Sekarang, masih ga masalah, tapi nanti? Banyak, Cok, contohnya, karena pimpinan kebablasan terlalu melebur dengan anak buah, maka berdampak negatif ke perusahaan," sambung Dika lagi. "Mama gue itu, biar pun orangnya lembut sama orang lain, tapi kalau udah urusan kerjaan dia akan tegas dan ga akan lembek sama karyawannya. Kalau menurutnya bawahannya salah, ya harus ditegasin, Lo sendiri udah ngerasain sendiri, kan? Makanya bisnisnya bisa berumur panjang seper
Dika merasa sedikit terkejut dengan rencana usaha yang akan Coki dirikan, menurutnya itu luar biasa, karena seorang seperti Coki bisa terpikir sampai ke arah sana. ***"Tante, bisa minta waktunya sebentar, ga? Ada yang mau Coki sampaikan," ujar Coki kepada Mba Sri. Siang itu, setelah jam istirahat makan siang, Coki sengaja menemui bossnya di ruang kerjanya. Ruang kerja yang terkadang dipergunakan oleh Dika. "Oh, kamu, Cok. Bisa, bisa. Sini masuk aja dulu, tapi mohon tunggu sebentar ya, Cok. Masih ada yang harus tante kerjakan. Tanggung bentar lagi selesai. Ga lama, kok. Paling cuma lima belas menitan.""Ok, Tante, Siap. Kalau gitu Coki tunggu di gudang aja dulu. Lima belas menit lagi, Coki ke sini.""Ok."***"Umm, Tante si senang dengan niat kamu, Cok, malah tante bangga banget sama Kamu. Tante ga nyangka kalau Kamu punya pemikiran sejauh itu. Tapi yang tante sedihkan, nanti siapa yang akan menjadi pengganti kamu, ya. Maaf, Cok, kayaknya Tante ga bisa mengabulkan surat pengusiran
Prodika Adduha RifaiMeski lahir dari keluarga pengusaha kaya, ia tetap mau belajar dan kerja keras sehingga mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Ia memiliki tanggung jawab besar membesarkan perusahaan sayur mayur organik milik kedua orang tuanya.Pria kelahiran Jakarta, 01 Januari 1985 ini biasa dipanggil Dika. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Asri Sekali dan Ahmad Rifai. Sejak kecil, kakak dari Edo dan Salsa ini sudah dikenalkan nilai-nilai kewirausahan dan kesederhanaan. Ia dibesarkan dalam nilai-nilai bisnis oleh ayah dan ibunya.Ia lulus Sekolah Menengah Atas pada usia 17 tahun. Setelahnya, ia mengambil gelar sarjana di Cambridge Judge Business School, University of Cambridge, London. Dilanjutkan dengan menempuh gelar master dan doktor di universitas yang sama. Ia berhasil meraih gelar Doktor pada usia 27 tahun.Karena sifatnya yang tegas, detail dan penuh ketelitian, Dika diberi kepercayaan oleh kedua orangtuanya untuk memimpin perusahaan, terutama d
Sebelum membaca, mohon bantuannya untuk vote ya, Kak. Makasi sudah mampir. ***Kediaman Mba Sri sudah dihias sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan keluarga Bu Rani.Tidak mewah, tetapi cukup meriah untuk menandakan kalau di sana akan berlangsung acara istimewa. Mba Sri dan Mas Pai beserta dengan ketiga anaknya sudah tampil rapi. Mas Pai, Dika dan Edo terlihat semakin tampan dengan mengenakan seragam keluarga bermotif batik. Seragam yang terbuat dari bahan satin silk berwarna hijau lumut. Sedangkan Mba Sri dan Salsa tampil cantik dengan mengenakan kebaya modern berbahan brokat kombinasi ceruty berwarna hijau daun pisang. Menurut kesepakatan kalau keluarga Coki akan datang pada pukul tujuh malam. Acara akan dimulai dengan acara lamaran dilanjut dengan acara makan malam intim kedua keluarga. Kasman ditunjuk oleh Mba Sri sebagai penanggung jawab acara. Kasman meminta bantuan dari para staff karyawan yang lain untuk mengurus dekorasi dan konsumsi. Ada salah seorang staff bagian p
"Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Askia lagi seraya menangkup kedua tangan di depan dada. "Maaf, maaf! Kamu pikir dengan minta maaf baju saya bisa bersih lagi? Mana bentar lagi tamu udah pada dateng." Dika menjeda kalimatnya. "Siapa nama Kamu? Karyawan di bagian apa? Mulai besok, kamu ga usah datang lagi untuk bekerja! Kamu di pecat!"Tangis Askia seketika pecah, tubuhnya sampai melorot ke bawah."Dika, ada apa, Nak? Kenapa kamu teriak-teriak begitu?"Mba Sri dan Kasman yang mendengar suara keras Dika seketika datang menghampiri. Kasman bahkan segera menyuruh Askia untuk segera berdiri. "Ini lihat, Ma. Baju Dika sampai kotor begini gara-gara dia!" Tunjuk Dika pada Askia yang masih menangis."Maaf, Bu. Tadi saya ga sengaja menabrak Pak Dika. Saya sedang terburu-buru."Mba Sri menghela napas. "Ya sudah, Dika. Dia, kan, sudah minta maaf. Ga enak didengar banyak orang kalau kamu marah-marah begitu. Sekarang, cepat ganti bajumu sebelum para tamu da