Kasman memukul Coki dengan kertas. "Udah sana jalan, jangan ngelamun terus!"***Hari ini adalah hari keberangkatan Salsa ke London. Seperti biasa, jika putri bungsunya akan pergi, Mba Sri pasti tak bisa berhenti mengeluarkan air matanya. Bahkan dari semalam ia tidak bisa memejamkan mata. Walau Salsa hanya pergi sementara, tapi tetap saja Mba Sri merasa sangat kehilangan. Ia juga lebih memilih tidak mengantar Salsa ke bandara agar kesedihannya tidak semakin larut. Kalau sudah begini, bisa dipastikan Mba Sri akan mengurung diri di kamar sampai beberapa hari ke depan. Mas Pai sang suami yang sudah sangat paham akan sikap Mba Sri istrinya, langsung merangkul erat Mba Sri tanpa bertanya apa-apa. Ia akan membiarkan istrinya itu meluapkan kesedihannya sampai selesai. Walaupun kadang waktunya tidak sebentar. Dulu, waktu pertama kali Salsa berangkat ke London bersama kedua kakaknya Edo dan Dika, Mba Sri sampai tidak mau makan selama satu minggu, teringat Salsa katanya. "Ma, itu lho, Salsa
Tiga tahun kemudian. Coki memutuskan untuk mengambil jurusan manajemen bisnis di salah satu universitas swasta di Jakarta Selatan. Ia mengambil kuliah malam, sedangkan pagi harinya, ia tetap bekerja sebagai kurir di warung sayur milik Mba Sri. Sebenarnya bisa saja ia mengambil kuliah pagi, Mba Sri pun sudah mengizinkan, hanya saja Coki merasa segan kalau ia tidak bekerja saat kuliah. Tidak enak, seperti makan gaji buta saja rasanya. Saat ini Coki sedang menyusun tugas akhir. Untuk tema tugas akhirnya, Mba Sri khusus meminta Coki untuk mengangkat tema mengenai masalah distribusi produk sayur mayur. Mengkaji sistem seperti apa yang paling efektif untuk bisa memangkas biaya operasional, dan untuk meminimalisir resiko kerusakan produk. Sehingga harga yang sampai ke konsumen pun bisa terjangkau.Pada kenyataannya, di lapangan pergerakan harga komoditas hortikultura terutama sayur mayur yang menjadi bahan pangan pokok, masih terus berfluktuasi. Rantai distribusi dari hulu ke hilir dinilai
Semenjak Coki kuliah, Bu Rani, sang tante juga ikut semangat untuk memperbaiki diri. Dengan berbekal keyakinan kalau dirinya memang akan segera menjadi anggota keluarga dari Mba Sri, ia kini mencoba untuk banyak belajar bagaimana harus bersikap selayaknya orang kaya. Meskipun pada kenyataannya, kondisi keuangan Bu Rani juga terbilang sudah sangat mapan.Bu Rani kini lebih teratur dalam berbicara, tidak asal dan mencoba untuk menahan diri untuk tidak menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya, seperti dulu. Pak Ishak sang suami, jadi merasa heran dengan perubahan istrinya belakangan ini. Walaupun perubahan sikap Bu Rani cukup membuatnya senang. Seperti sikapnya saat Pak Ishak baru saja pulang dari kantor, Bu Rani langsung menyambut Pak Ishak di depan pintu, sudah lengkap dengan penampilan rapi dan senyum termanis. Ia juga segera mencium tangan sang suami, membantu membawakan tasnya dan menyediakan air minum. Hal yang selama ini jarang dilakukan oleh istrinya.Bu Rani melakuk
"Boss, pengemasan untuk pengiriman hari ini sudah siap, tapi ada sedikit masalah. Kita kekurangan tenaga di bagian pengiriman. Hari ini ada tiga orang kurir yang izin tidak masuk karena sakit. Khawatir nanti akan ada keterlambatan pengiriman ke para pelanggan," lapor salah satu karyawan bagian pengiriman di gudang Mba Sri dimana Coki menjadi penanggung jawab. Setelah berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu hanya tiga tahun saja, Mba Sri langsung memberi tanggung jawab kepada Coki untuk menggantikan posisi Pak Said sang penanggung jawab kurir dan bagian pengiriman, yang memang sudah pensiun. Awalnya Coki merasa tidak percaya diri, karena kini ia bukan lagi seorang karyawan, tapi seorang pimpinan yang harus memimpin orang lain. Tapi Mba Sri selalu memberinya motivasi dan dorongan. Selain itu Mba Sri juga menyuruh Coki untuk membaca buku 'Bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik.'Dalam buku tersebut tertulis hal-hal sebagai berikut, 4 Langkah Menjadi Bos yang Baik Agar Para Kary
Mata Coki membulat setelah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Kasman itu. "Kaget gimana, Om? Memangnya Mas Dika kenapa? Galak, ya, orangnya, Om?"Sambil memotong-motong gulai jengkol di piringnya, Kasman bicara lagi. "Dia itu sebenarnya baik, cuma dia ga suka banyak bicara, apalagi sama orang yang tidak terlalu dia kenal. Jadi terkesan sombong. Tapi kamu juga harus hati-hati. Kalau soal kerjaan, Mas Dika itu orangnya perfeksionis, detail, rapi dan teliti. Jika ada yang salah sedikit aja, kamu siap-siap aja kena omongan pedes yang keluar dari mulutnya," sambung Kasman seraya tertawa. "Dulu aja, Om pernah satu kali kena semprot Mas Dika. Tapi, memang Om yang salah, si. Om lupa menyalakan pendingin di gudang dingin yang khusus menyimpan aneka produk hewani. Untung aja ga lama, jadi ga ada yang rusak. Waktu itu, Mas Dika pas kebetulan lagi ngecek stock ke gudang."Mulut Coki membulat. "Kok sikapnya beda banget ya, Om, sama Tante Sri dan Om Pai? Jadi takut Coki, om."Ka
Selamat membaca, jangan lupa subs, rate, love dan komen di setiap babnya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Lo, yang namanya Coki-coki?" tanya Dika sambil menatap Coki tajam. Menurutnya penampilan Coki sangat jauh di luar standard seseorang yang layak untuk dia jadikan sebagai adik ipar. Sebelumnya Salsa, yang memang hubungannya lebih dekat kepada Dika, sudah memberi tahu kakak pertamanya itu, kalau sekarang ia sedang menjalin hubungan dengan salah satu karyawan mamanya, yang bernama Coki. "Coki, aja, Mas. bukan Coki-coki." sahut Coki sambil mengulurkan tangan. Walaupun masih memandang sinis, tapi Dika tetap mau menerima uluran tangan Coki. Dia menggenggam erat seraya tersenyum miring. Membuat rasa percaya diri Coki, yang beberapa tahun ini sudah membaik, mendadak jadi turun lagi. Kepalanya perlahan menunduk. Dika memang terkenal paling pandai untuk membuat lawan bicaranya jadi merasa rendah diri."Ok. Gue, Dika, kakaknya Salsa yang paling tua.""Eh, ternyata kalian uda
"Iyalah, Sal."[Kalau Mas Edo si, santai orangnya, ga ribet. Tema apa aja pasti dia suka. Makanan juga ga terlalu pemilih. Kalau Mas Dika, nah, kakak pertamaku itu yang agak ribet. Lebih baik, kamu fokus buat bikin Mas Dika puas aja. Dia ga suka yang terlalu ramai, dan berisik. Jadi mending, kalau mau buat acara syukuran, yang sederhana aja.][Oo, Ok. Kalau makanannya, apa aja yang harus aku sediakan, Sal?][Yang pasti harus ada buah, Cok. Mas Dika suka semua makanan olahan yang terbuat dari buah segar, terus jangan lupa juga, minumannya harus tersedis jus terong belanda dicampur susu kental manis.][Siap, Sal. Makasi, ya.][Satu lagi, jangan terlalu banyak menghabiskan biaya untuk sesuatu yang kurang penting, Mas Dika pasti nanti akan nanya, berapa dana yang terpakai untuk bikin acara itu. Semakin sedikit semakin baik. Sukses, ya, Cok.]Coki merasa bersemangat, dan bertekad untuk menjadikan acara besok malam sebagai acara yang bisa mendekatkan dirinya dengan Mas Dika. Walaupun yang m
Coki mendapat banyak pujian karena acara semalam berlangsung dengan baik dan lancar, tidak hanya dari Mba Sri dan Mas Pai, tapi juga dari Dika dan Edo, si bintang utama. Terlebih lagi, Dika, yang sepertinya mulai memberi nilai positif untuk Coki. Semalam, setelah acara selesai, Dika langsung bertanya berapa biaya yang dia habiskan untuk membuat acara sebagus itu. Untung saja sebelumnya Coki sudah mendapat peringatan dari Salsa, jadi dia sudah siap dengan jawaban terbaik, dan Dika pun merasa puas dengan jawaban Coki. "Cok, kata Tante Sri, acara semalam kamu yang merancang? Wah, keren banget, Cok. Tante bangga deh, sama Kamu." ucap Bu Rani seraya menepuk pelan bahu Coki. "Iya, Tante. Kemarin Tante Sri yang minta Coki, buat ngurusin acara syukuran kepulangannya Mas Dika dan Mas Edo,"jawab Coki di tengah aktivitasnya mengetik laporan, matanya masih tertuju pada layar datar di depannya. "Terus, terus, gimana pendapat Dika? Tante denger-denger, dia itu orangnya sedikit sulit, terus perf
Selamat membaca, jangan lupa subs, rate, love dan komen di setiap babnya ya kak. Makasi udah mampir. Semoga suka. Alhamdulillah end ...! **Dua orang pemuda yang kini berada di taman belakang rumah Mba Sri hanya saling terdiam memandang pemandangan kolam renang di depan mereka. Sudah sejak lima belas menit berlalu, tapi tidak satupun yang memulai pembicaraan. Sang pria sedang berpikir apa yang sebaiknya ia katakan. Sedangkan sang wanita sedang menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut sang pria. "Sebenarnya Pak Dika mau bicara apa?" tanya Askia memberanikan diri. Ia mencoba bertanya, agar degup jantungnya yang sedari tadi mulai berdentum tidak sampai terdengar oleh pria di sampingnya. "Gak, gak mau ngomong apa-apa," jawab Dika, yang akhirnya merutuki dirinya sendiri. "B*g*, kenapa gue malah ngomong gitu," batinnya.Alis Askia bertaut, lalu perlahan ia mulai bangkit dari duduknya. "Eh, kamu mau ke mana?" tanya Dika yang tiba-tiba juga ikut berdiri. "Mau ke dalem lagi, Pak.
Malam itu, Mba Sri sengaja mengundang Askia dan keluarganya untuk makan malam bersama keluarga mereka. Tak lupa pula Mba Sri juga mengundang keluarga Coki dan Bu Rani. Tapi karena Bu Rani dan Pak Ishak sedang ada acara lain, mereka tidak bisa hadir. "Mari Bu, mari kita langsung ke ruang makan saja," ajak Mba Sri pada Ibu Askia. "Askia kamu ajak adik-adikmu makan, ya.""I-i, ya, Bu," jawab Askia sambil terbata. Ia masih merasa malu dan canggung berada di tengah-tengah keluarga Dika. Pagi itu, saat Dika memberitahu kalau Mba Sri mengundang ibu dan ketiga adiknya untuk makan malam di rumah mereka, Askia sempat bingung. Ia tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan untuk menolaknya Askia juga tidak berani, karena yang mengundangnya langsung adalah Dika. ***"Makasi banyak, ya, Pak, udah mau mengundang Ibu dan adik-adik saya untuk makan malam di sini," ungkap Askia. "Hmm. Mama yang nyuruh saya untuk ngundang kamu! Saya juga ga tau maksudnya apa!" Dika menjawab ketus. Raut wajah Askia
"Gimana, Dik, hasil kunjungan kamu kemarin ke rumah Askia? Benar kondisi keluarganya seperti yang kemarin kamun ceritakan?" tanya Mba Sri di tengah aktivitasnya membaca laporan hasil penjualan perusahaan sayur milik mereka per hari ini. Ia sibuk menaik turunkan mouse yang ada di tangan. Matanya menatap lekat ke layar datar di hadapan, sambil sesekali menautkan alis.Saat ini, Mba Sri dan Dika sedang berada di ruang kerja Mba Sri. Mba Sri duduk di kursi kulit berwarna hitam yang terletak tepat di sisi jendela, sedangkan Dika duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan, yang jaraknya sekitar satu meter dari meja kerja Mba Sri. "Bener, kok, Ma. Kemarin waktu Dika kasih beasiswa itu untuk Askia dan ketiga adiknya, Ibu mereka menangis, ia sampai memeluk Dika kenceng banget,"jawab Dika yang juga sedang asik membaca surat kabar di tangan. Mba Sri tidak merespon jawaban Dika tadi, ia masih serius memperhatikan layar laptop di depannya. Dika yang sudah selesai membaca koran, lalu men
"Eh, Pak. Bukan, bukan siapa-siapa, kok? Saya tadi cuma lagi ngomongin aktor Korea aja." Alis Kasman bertaut. "Lee Min Ho. Iya, Lee Min Ho. Dia itu kan ganteng, tapi sayang, galak."Askia berusaha untuk meyakinkan Kasman. Kasman menggeleng pelan. "Kamu itu ada-ada aja, ngapain pake jauh-jauh mikirin aktor Korea yang ga kamu kenal sama sekali. Sudah sana cepat kerja, kamu udah hampir telat!"Askia menghela napas lega, senang kalau Kasman tidak mencurigai sikapnya tadi. Tapi di wajahnya masih menampakkan senyum bahagia karena masih terus teringat akan ulah Dika tadi. ***Sementara itu, Dika di dalam kantornya berusaha untuk mencari tahu informasi lebih lanjut mengenai gadis bernama Askia yang sejak semalam suka menabraknya itu. Ia ingin tahu se-menyedihkan apa kehidupan sehari-hari karyawati yang belum lama ini bergabung di perusahaan sayuran milik kedua orangtuanya. Akhirnya lembaran yang ia cari sudah berada di tangan, "Jadi dia sudah tidak punya ayah. Anak pertama dari empat ber
Sebelum membaca mohon bantuannya untuk vote ya Kak. Makasi***Acara pertunangan Salsa dan Coki semalam, menyisakan sedikit gerimis di hati Dika, sang kakak tertua. Ia merasa kalau adik yang selama ini dimanjakan akan segera mempunyai orang lain yang bisa lebih diandalkan dibanding dengan dirinya. Berbeda dengan saat Salsa dulu bertunangan dengan Ardan, pertunangan Salsa dengan Coki kali ini justru membuat Dika yakin, kalau Coki memang adalah jodoh Salsa dan secara pribadi ia sudah memberikan restunya kepada Coki."Pas ntar Salsa nikah, yah, jadi kesepian deh, Gue. Siapa lagi cewek yang mau gue pamerin ke temen-temen kalau ada undangan acara ngumpul-ngumpul? Masa iya ngajak Mama," batin Dika. "Maaf, maaf, Mas. Saya ga sengaja."Seorang gadis tiba-tiba menabrak tubuh Dika, saat itu Dika memang sedang merenung sendirian di taman samping rumah, memikirkan nasibnya jika nanti Salsa menikah. Dika sempat terhuyung sebentar. Untung saja saat itu ia tidak sedang membawa minuman seperti sema
"Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Askia lagi seraya menangkup kedua tangan di depan dada. "Maaf, maaf! Kamu pikir dengan minta maaf baju saya bisa bersih lagi? Mana bentar lagi tamu udah pada dateng." Dika menjeda kalimatnya. "Siapa nama Kamu? Karyawan di bagian apa? Mulai besok, kamu ga usah datang lagi untuk bekerja! Kamu di pecat!"Tangis Askia seketika pecah, tubuhnya sampai melorot ke bawah."Dika, ada apa, Nak? Kenapa kamu teriak-teriak begitu?"Mba Sri dan Kasman yang mendengar suara keras Dika seketika datang menghampiri. Kasman bahkan segera menyuruh Askia untuk segera berdiri. "Ini lihat, Ma. Baju Dika sampai kotor begini gara-gara dia!" Tunjuk Dika pada Askia yang masih menangis."Maaf, Bu. Tadi saya ga sengaja menabrak Pak Dika. Saya sedang terburu-buru."Mba Sri menghela napas. "Ya sudah, Dika. Dia, kan, sudah minta maaf. Ga enak didengar banyak orang kalau kamu marah-marah begitu. Sekarang, cepat ganti bajumu sebelum para tamu da
Sebelum membaca, mohon bantuannya untuk vote ya, Kak. Makasi sudah mampir. ***Kediaman Mba Sri sudah dihias sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan keluarga Bu Rani.Tidak mewah, tetapi cukup meriah untuk menandakan kalau di sana akan berlangsung acara istimewa. Mba Sri dan Mas Pai beserta dengan ketiga anaknya sudah tampil rapi. Mas Pai, Dika dan Edo terlihat semakin tampan dengan mengenakan seragam keluarga bermotif batik. Seragam yang terbuat dari bahan satin silk berwarna hijau lumut. Sedangkan Mba Sri dan Salsa tampil cantik dengan mengenakan kebaya modern berbahan brokat kombinasi ceruty berwarna hijau daun pisang. Menurut kesepakatan kalau keluarga Coki akan datang pada pukul tujuh malam. Acara akan dimulai dengan acara lamaran dilanjut dengan acara makan malam intim kedua keluarga. Kasman ditunjuk oleh Mba Sri sebagai penanggung jawab acara. Kasman meminta bantuan dari para staff karyawan yang lain untuk mengurus dekorasi dan konsumsi. Ada salah seorang staff bagian p
Prodika Adduha RifaiMeski lahir dari keluarga pengusaha kaya, ia tetap mau belajar dan kerja keras sehingga mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Ia memiliki tanggung jawab besar membesarkan perusahaan sayur mayur organik milik kedua orang tuanya.Pria kelahiran Jakarta, 01 Januari 1985 ini biasa dipanggil Dika. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Asri Sekali dan Ahmad Rifai. Sejak kecil, kakak dari Edo dan Salsa ini sudah dikenalkan nilai-nilai kewirausahan dan kesederhanaan. Ia dibesarkan dalam nilai-nilai bisnis oleh ayah dan ibunya.Ia lulus Sekolah Menengah Atas pada usia 17 tahun. Setelahnya, ia mengambil gelar sarjana di Cambridge Judge Business School, University of Cambridge, London. Dilanjutkan dengan menempuh gelar master dan doktor di universitas yang sama. Ia berhasil meraih gelar Doktor pada usia 27 tahun.Karena sifatnya yang tegas, detail dan penuh ketelitian, Dika diberi kepercayaan oleh kedua orangtuanya untuk memimpin perusahaan, terutama d
Dika merasa sedikit terkejut dengan rencana usaha yang akan Coki dirikan, menurutnya itu luar biasa, karena seorang seperti Coki bisa terpikir sampai ke arah sana. ***"Tante, bisa minta waktunya sebentar, ga? Ada yang mau Coki sampaikan," ujar Coki kepada Mba Sri. Siang itu, setelah jam istirahat makan siang, Coki sengaja menemui bossnya di ruang kerjanya. Ruang kerja yang terkadang dipergunakan oleh Dika. "Oh, kamu, Cok. Bisa, bisa. Sini masuk aja dulu, tapi mohon tunggu sebentar ya, Cok. Masih ada yang harus tante kerjakan. Tanggung bentar lagi selesai. Ga lama, kok. Paling cuma lima belas menitan.""Ok, Tante, Siap. Kalau gitu Coki tunggu di gudang aja dulu. Lima belas menit lagi, Coki ke sini.""Ok."***"Umm, Tante si senang dengan niat kamu, Cok, malah tante bangga banget sama Kamu. Tante ga nyangka kalau Kamu punya pemikiran sejauh itu. Tapi yang tante sedihkan, nanti siapa yang akan menjadi pengganti kamu, ya. Maaf, Cok, kayaknya Tante ga bisa mengabulkan surat pengusiran