Share

Bab 291

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-03-26 20:28:58

Setelah beberapa saat makan dalam suasana penuh godaan, Tania tiba-tiba menghentikan suapannya dan menatap Juned dengan serius.

“Juned…” panggilnya pelan.

Juned yang sedang mengunyah mengangkat wajahnya, menatap Tania dengan sedikit bingung. “Hmm? Kenapa?” tanyanya sambil menelan makanannya.

Tania menggigit bibirnya sejenak, lalu menghela napas ringan sebelum akhirnya berkata, “Boleh nggak… aku manggil kamu ‘sayang’?”

Juned terdiam sejenak, terkejut dengan pertanyaan itu. Namun, melihat ekspresi Tania yang tampak serius dan sedikit gugup, senyum lembut terukir di wajahnya. Ia meletakkan sendoknya, lalu menatap Tania dalam-dalam.

“Kenapa nanya gitu?” godanya pelan.

Tania menunduk sedikit, memainkan ujung bajunya. “Ya… aku Cuma mau tahu aja. Kalau kamu nggak nyaman, aku nggak akan maksa,” jawabnya dengan suara lirih.

Juned terkekeh kecil, lalu mengulurkan tangannya, mengusap lembut punggung tangan Tania di atas meja. “Tentu boleh,” katanya sambil mengangguk. “Aku malah suka kalau kamu m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
John Pali
asik!!!!!!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tukang Pijat Super   Bab 292

    Tania yang sedang duduk di hadapan Juned menoleh dengan ekspresi sedikit terkejut. “Oh, iya. Kamu juga menyadarinya ya? Memang di perumahan ini hampir nggak ada anak kecil.”Juned mengernyit. “Serius? Nggak mungkin, kan? Masa dari sekian banyak rumah di sini nggak ada yang punya anak?”Tania menghela napas pelan. “Ada sih, tapi sangat jarang. Rata-rata pasangan di sini sudah lama menikah, tapi belum punya anak. Bahkan Bu Reni, yang udah menikah lebih dari sepuluh tahun, juga belum dikaruniai anak.”Juned semakin bingung. “Aneh banget. Itu Cuma kebetulan atau ada alasan lain?”Tania mengangkat bahu. “Nggak tahu juga. Bisa jadi Cuma kebetulan, bisa juga karena faktor lain. Aku juga nggak pernah nanya lebih jauh.”Juned termenung sejenak, lalu berucap pelan, “Mungkin aku bisa bantu mereka...”Tania menatap Juned dengan penuh rasa ingin tahu. “Maksud kamu?”Juned tersenyum tipis, “Aku kan bisa pijat. Ada yang namanya pijat kesuburan. Siapa tahu bisa membantu ibu-ibu di sini yang kesulita

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tukang Pijat Super   Bab 293

    Pagi itu, sinar matahari sudah menembus tirai kamar saat Juned dan Tania terbangun. Tania yang biasanya bangun lebih awal justru baru membuka mata ketika jam hampir menunjukkan waktu berangkat kerja.“Astaga, udah jam segini!” seru Tania panik, langsung bangkit dari tempat tidur.Juned yang masih setengah sadar hanya bisa mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan kesadarannya. “Santai, masih sempat kalau buru-buru,” ujarnya dengan suara serak pagi hari.Tania segera berlari ke kamar mandi, mencuci muka dengan cepat, lalu mencari pakaian kerja tanpa banyak berpikir. Sementara itu, Juned hanya duduk di tepi tempat tidur, memperhatikan kesibukan Tania yang panik.“Kamu nggak sarapan dulu?” tanya Juned ketika melihat Tania mulai mengenakan sepatu.“Aku beli aja di jalan,” jawabnya terburu-buru.Juned menghela napas, lalu berjalan ke arah Tania yang sudah siap berangkat. “Hati-hati di jalan, ya,” katanya sambil mengecup kening Tania sebelum dia melangkah keluar rumah.Tania tersenyum meski t

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tukang Pijat Super   Bab 294

    Saat sudah di dalam rumah, Juned duduk di seberang Bu Reni yang terlihat sedikit lebih santai.“Sebelum mulai pijat, saya mau tanya sesuatu, Bu,” ujar Juned, mencoba membuka percakapan dengan nada tenang.Bu Reni mengangguk, tersenyum ramah. “Silakan, Mas Juned. Ada apa?”Juned menghela napas sejenak sebelum bertanya, “Saya penasaran, Bu. Waktu ngobrol sama Tania kemarin, dia bilang di perumahan ini jarang sekali ada anak kecil. Termasuk Bu Reni sendiri, katanya belum punya anak, ya?”Mendengar itu, ekspresi Bu Reni sedikit berubah. Senyum di wajahnya tetap ada, tapi matanya terlihat sedikit redup. “Iya, Mas Juned. Saya dan suami sudah menikah lebih dari sepuluh tahun, tapi belum dikaruniai anak,” ujarnya pelan.Juned mengangguk pelan, lalu bertanya dengan hati-hati, “Kalau boleh tahu, Bu, pernah periksa ke dokter?”Bu Reni tersenyum tipis, tapi ada sedikit kegelisahan dalam ekspresinya. “Belum, Mas. Kami berdua... jujur saja, takut kalau periksa. Takut kalau ternyata salah satu dari

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tukang Pijat Super   Bab 295

    Bu Reni menatap langit-langit klinik yang sudah kusam, tubuhnya lemas di atas meja pijat. Minyak pijat membakar kulitnya di tempat-tempat yang seharusnya tidak terbakar. “Di sini titik pentingnya, Bu,” bisik Juned, nafasnya membelai telinga Bu Reni. Tangannya—Oh Tuhan, tangannya—sudah merayap jauh melewati batas. Bu Reni seharusnya menghentikan ini. Tapi alih-alih menolak, kakinya malah terbuka lebih lebar. Suara gemerisik di luar jendela membuatnya menegang. “Ada... ada orang ya, Jun?” suaranya gemetar. Juned hanya tertawa pendek, tak menghentikan gerakannya. “Cuma daun, Bu. Santai saja.” Tapi Bu Reni bisa merasakannya—ada yang mengamati. Mungkin Rizka, tetangga depan yang sebelumnya datang ke tempat Juned.Ah—! Tekanan jari Juned tiba-tiba berubah, kembali menyentuh tempat yang bukan seharusnya. Bukan untuk kesuburan. Bukan untuk pengobatan. “Juned... ini...” protesnya lemah, tapi tubuhnya malah melengkung mendekat. Kimono tipis itu kini terbuka sepenuhnya. Dinginn

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tukang Pijat Super   Bab 296

    Matahari sudah tinggi ketika Juned mengunci pintu rumahnya. Bau minyak pijat masih menempel di tangannya, bekas pijatan tadi dengan Bu Reni. Perutnya keroncongan, mengingatkannya bahwa dia dan Tania belum sempat sarapan karena bangun kesiangan. Udara siang yang panas menyengat kulitnya saat ia berjalan menuju warung makan dekat pos ronda. **Warung Makan “Sari Rasa”** “Bungkus nasi ayam satu, Bu,” pinta Juned pada ibu setengah baya di balik meja kasir. Ibu pemilik warung mengernyit. “Bumbu pedas atau biasa?” “Pedas saja.” Saat menunggu pesanannya, Juned mengamati sekeliling. Warung ini asing baginya, meskipun kemarin dia baru saja kemari. Ibu pemilik warung mengangkat alis. “Mas baru di sini ya? Kok saya belum pernah lihat.” Juned mengusap keringat di pelipis. “Saya suami Tania.” Mata ibu pemilik warung langsung berbinar. “Mbak Tania yang polisi itu ya?” Juned mengangguk sambil tersenyum kecut. “Astaga! Kenapa tidak bilang dari tadi!” Ibu itu segera menambahkan po

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tukang Pijat Super   Bab 297

    Tania baru saja melepas kemeja seragam polisinya, memperlihatkan tank top hitam yang menempel ketat di tubuhnya, ketika— Ding-dong! Bel rumah berbunyi nyaring. Juned langsung tegang, batangnya yang masih keras berkedut. “Siapa itu?” Tania mengerutkan kening, berjalan ke jendela sambil merapikan pakaiannya. “Rizka,” bisiknya, matanya menyipit. Juned buru-buru menarik celananya. “Aku tidak mengundangnya.” Tania tersenyum licik. “Tidak apa-apa, Sayang.” Tangannya meraih dasi polisi yang tadi terlepas. “Mungkin ini kesempatan bagus.” Rizka berdiri di depan pintu rumah Juned dengan membawa nampan berisi kue lapis yang masih hangat.Suara langkah kaki tergesa terdengar dari dalam. Pintu terbuka, memperlihatkan Tania yang masih mengenakan seragam polisi lengkap, rambutnya sedikit acak-acakan. “Mbak Tania!” Rizka tersenyum lebar. “Aku baru saja membuat kue lapis, kebetulan banyak jadi kubawa untuk kalian.” Tania menerima nampan dengan kedua tangan. “Wah, terima kasih banya

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tukang Pijat Super   Bab 298

    “Sebenarnya...” Rizka memainkan ujung gamis longgarnya. “Aku sering bertanya-tanya, apakah pernikahan kami akan bertahan seperti ini.” Juned mengangkat alis. “Kenapa kamu berkata begitu?” “Kadang aku merasa seperti perempuan lajang,” ujar Rizka tiba-tiba, matanya menatap jauh ke jalanan. Juned mengerutkan kening. “Karena suamimu sering tidak di rumah?” Rizka menghela napas panjang. “Kerja shift 12 jam, pulang jam 9 malam sudah lemas. Langsung tidur, besok pagi berangkat lagi.” Tangannya memutar-mutar gelas kosong. “Aku... aku bahkan lupa kapan terakhir kali kami makan bersama.” Juned menatapnya dengan pandangan penuh pertimbangan sebelum akhirnya bertanya, “Maaf kalau ini terlalu pribadi... tapi bagaimana dengan kehidupan intim kalian?” Rizka tersedak, wajahnya langsung memerah seperti bunga kana. “M-Mas Jun!” “Maaf, aku hanya khawatir,” Juned cepat menjelaskan sambil mengangkat tangan. “Hubungan fisik itu penting dalam pernikahan.” Rizka memainkan ujung kebayanya,

    Last Updated : 2025-03-29
  • Tukang Pijat Super   Bab 299

    Bu Ningsih menghela napas. “Aku harus pergi dulu. Mungkin anakku sudah menunggu.” Sebelum pergi, dia menepuk bahu Juned. “Kalau ada waktu, mainlah ke kampung. Kuburan Lilis di belakang pohon mangga besar itu.” Langkah Juned terasa berat. Setiap kali matahari sore menyorot dari balik pepohonan, bayangan pohon mangga besar seolah muncul di depan matanya. Selama ini, Juned tak pernah tahu di mana tepatnya wanita yang pernah mengasuhnya sedari kecil itu dimakamkan. Saat kematian Tante Lilis beberapa minggu lalu, Juned sedang terpuruk dalam jurang depresi – tak bisa membedakan siang dan malam, makan dan tidak makan, hidup dan mati. Juned membuka pintu rumah dengan langkah berat. Tania sudah duduk di sofa, seragam polisinya masih rapi terpasang. “Kamu dari mana?” tanya Tania sambil meletakkan dokumen di atas meja. Juned duduk di sebelah istrinya, menatap lantai. “Aku dari rumah Mbak Rizka, saat perjalanan pulang tanpa sengaja ketemu Bu Ningsih.” Tania mengangkat alis. “Bu N

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 308

    Tania hanya tersenyum kecil, tangannya mantap di kemudi.“Tania, ini arah ke kampungku,”* Juned bersuara lebih keras, tidak bisa menyembunyikan keheranannya. “Kenapa kau bawa aku kesini?”Tangan Tania meraih tangan Juned sebentar. “Tenang, kamu akan segera mengetahui apa yang belum pernah kamu tahu selama ini.”Mobil melewati jalan desa yang semakin Juned kenal. Setiap tikungan, setiap pohon besar di pinggir jalan, membangkitkan memori masa kecilnya. “Aku serius penasaran sekarang,” gumam Juned saat mereka melewati SD tempat dulu ia bersekolah. Tania akhirnya menjawab dengan suara lembut, “Aku ingin mengunjungi seseorang yang sangat penting... seseorang yang membantuku menjadi seperti sekarang ini.”Juned mengerutkan kening, mencoba menebak siapa yang Tania maksud di daerah ini. Mobil tiba-tiba berbelok ke kanan, meninggalkan jalan utama menuju jalur yang lebih kecil. Juned menahan napas saat mereka melewati papan nama ‘Pemakaman Umum Desa’ “Hah...” keluar dari mulutnya tanpa

  • Tukang Pijat Super   Bab 307

    Juned mengerutkan kening. “Kenapa aku harus mendekatinya lagi?”“Dia satu-satunya orang yang punya akses ke Ratna Wijaya, pemilik PT Cakra Buana,” jelas Tania. “Tapi kami tidak punya foto Ratna – dia sangat tertutup dan menghindari publikasi.”Juned mengangguk pelan, mencerna informasi ini. “Itu masuk akal, namun sepertinya akan berat mendekati Marina setelah semua yang terjadi di masa lalu.”“Kau sering dipuji Marina bahkan dia berani menjadikanmu simpanannya, kan?” Tania menatap Juned dengan tegas.Tak ada keraguan dalam diri Tania mengenai ide yang sebenarnya dapat memancing kecemburuan.Juned menggeleng keras. “Tidak. Aku tidak akan jadi mata-matamu dengan cara begitu." Tubuhnya tegang saat menatap istrinya. “Mending aku langsung hadapi Anton. Aku bisa menghancurkannya dengan tanganku.” Tania menghela napas panjang. “Kau tahu tidak mungkin semudah itu. Anton punya pengacara dan—”“Lebih baik seperti itu daripada aku harus pura-pura mesra dengan Marina!” suara Juned meninggi tan

  • Tukang Pijat Super   Bab 306

    Juned nyaris tersedak saat mengenali sosok itu. “Bu Ratna...?” suaranya serak. Wanita itu tersenyum manis, tapi matanya menyala dengan kenangan yang hanya mereka berdua yang tahu. “Sudah lama tidak bertemu, Pak Juned. Ternyata kamu sekarang sudah buka praktik di rumah ya?”Bu Reni terkejut, matanya membulat. “Lho? Kalian sudah kenal?!”Bu Ratna menyeringai. “Iya, Ren. Aku bertemu Mas Juned dulu saat dia jadi tukang pijat keliling di taman”“Wah, berarti kamu sudah merasakan hebatnya pijatan Mas Juned dong?” Bu Reni bersemangat, tak menyadari makna ganda dalam kata-katanya. “Dia itu jempol banget! Titik-titik saraf semuanya dia kuasai!”Juned menggaruk-garuk lehernya yang tiba-tiba terasa panas. “Reni ini sahabat SMP-ku, Mas Jun,” Bu Ratna menjelaskan dengan senyum penuh arti. “Kebetulan ketemu di acara reuni kemarin...”Bu Reni langsung menyambung dengan semangat, “Iya! Sudah gak perlu cerita tentang hal itu, gak terlalu penting. Ratna ini sebenarnya mau pijat jadi aku antar k

  • Tukang Pijat Super   Bab 305

    Juned mengangguk, tangannya mulai membuat gerakan melingkar di atas tulang dada tanpa benar-benar menyentuh payudaranya. “Zat aktifnya akan meresap melalui kulit. Baik untuk kesehatan jaringan payudaramu,” jelasnya dengan nada profesional, meski nafasnya sendiri semakin berat. Rizka menutup mata, menyerah pada sensasi aneh namun nikmat saat minyak itu terus merayap ke bawah, membuat pakaian dalamnya yang tipis semakin transparan. “Nngh... Mas Juned... aku tidak yakin—”“Percayalah,” Juned memotong, jarinya sekarang mengusap lembut area sekitar gunung, “aku tahu apa yang kulakukan.”Setiap sentuhan sengaja diarahkan untuk memijat otot-otot di sekitar gunung tanpa menyentuh puncaknya, namun efeknya justru membuat Rizka semakin tidak bisa menyembunyikan reaksi tubuhnya. Juned menahan napas saat tangannya melayang tepat di atas tulang selangka Rizka, minyak pijat membentuk jalur-jalur mengkilap di kulitnya yang halus. “Titik meridian di sini...” bisiknya, suara serak, “...mempeng

  • Tukang Pijat Super   Bab 304

    Juned perlahan memindahkan tangannya ke punggung Rizka, minyak hangat mengalir di sepanjang tulang belakangnya. “Kita lanjut ke bagian punggungmu,” bisik Juned, suaranya berat. Rizka mengangguk lemah, wajahnya masih tertanam di bantal. “Baik...”Ketika tangan Juned mulai membentuk gerakan melingkar dari bahu ke tulang rusuk, jari-jarinya tanpa sengaja menyentuh tepi samping gunung Rizka dari belakang. “Ah—!” Rizka menahan napas, tubuhnya bergetar tak terkendali. Juned berpura-pura tidak menyadari. “Maaf, apakah aku menekan terlalu keras?” Rizka menggigit bibirnya. “Tidak... itu hanya... aku tidak menyangka...”Tangan Juned kembali bergerak, kali ini sengaja memperluas area pijatan hingga mendekati ketiak, membuat ujung jarinya kembali menyapu tepian gunung yang sensitif. “Nngh... Mas...” erang Rizka, tangannya mencengkeram seprei. “Tenang, ini akan membuka aliran darah yang membuat tubuhmu kaku,” Juned berbisik, meski detak jantungnya tak karuan. Rizka menutup mata erat

  • Tukang Pijat Super   Bab 303

    “Sebelum mulai, aku perlu beberapa informasi dulu,” ujarnya dengan suara profesional. Rizka duduk di tepi ranjang, jari-jarinya memilin ujung jilbab. Juned memperhatikan tubuh Rizka yang canggung."Kamu umur berapa, Mbak?" "Dua puluh tujuh," jawab Rizka sambil menunduk. "Sudah berapa lama kamu menikah?" "Baru... enam bulan," balas Rizka, menghitung di jarinya.Juned mengangguk, lalu bertanya lebih dalam. “Kapan terakhir kali kamu berhubungan dengan suamimu?” Rizka tersedak. “A-apa harus dijawab?” Juned tersenyum. “Ini untuk menyesuaikan teknik pijatnya.” Rizka memerah sampai ke leher. “Kalau tidak salah... sebulan yang lalu. Akhir-akhir ini dia terlalu capek kerja.” Juned mengangguk pelan seolah paham dengan yang terjadi.“Bagian tubuh mana yang paling sensitif?” Rizka menggeliat gelisah. “Aku... aku tidak pernah memperhatikan...” “Leher?” Juned menebak. “Paha? Atau...”“D–dada,” bisik Rizka hampir tak terdengar. “Kalau dipegang... rasanya aneh.” Wajah

  • Tukang Pijat Super   Bab 302

    Selepas kepergian Tania, Juned menoleh ke jam dinding di sudut kamar menunjukkan masih pukul lima pagi. Pria itu berniat untuk melanjutkan tidur yang masih belum tuntas.Ding.. Dong...Baru saja hendak memejamkan mata kembali, suara bel rumah berbunyi membuat Juned sedikit kesal.Juned mengusap wajah yang masih berbekas kantuk saat membuka pintu. Rizka berdiri di teras dengan keranjang belanja setengah kosong, jari-jarinya memilin ujung kaosnya.“Maaf mengganggu pagi-pagi, Mas Jun,” ujarnya cepat. “Aku... aku baru pulang dari pasar pagi, kebetulan lewat.” Matanya melirik ke dalam rumah. “Apa Mbak Tania sudah berangkat?” Juned menguap lebar. “Iya, dapat panggilan darurat. Ada perlu sama Tania?” Rizka menunduk. “Sebenarnya aku mau minta pendapat Mbak Tania... tapi...” Napasnya tersendat. “Aku tidak tahu harus bicara pada siapa lagi.” Mata Juned terbuka lebih lebar. “Ada masalah?” “Ibu mertuaku...” Rizka mengangkat wajah yang memerah. “Aku... aku tidak sanggup menghadapinya

  • Tukang Pijat Super   Bab 301

    “Kita harus mencari tahu informasi tentang komandan itu.” Ujar Juned sambil mengusap dagunya beberapa kali.Tania mencoba mengatur nafasnya yang sempat memburu tak karuan. “Aku akan menanyakan hal itu kepada Rangga, teman polisiku.”Tania sudah mengangkat ponselnya, jarinya siap menekan nomor Rangga—rekan kerjanya yang paling dipercaya. "Tunggu." Juned menutup tangan di atas ponsel Tania, matanya tajam. "Kita tidak bisa percaya siapa pun sekarang. Jika Komandan Heru bisa berkhianat..." Tania mengerutkan kening. "Rangga sudah seperti saudara bagiku. Dia—" "Dan Komandan Heru?" Juned memotong. "Bukankah dia juga orang kepercayaanmu?" Alisa tiba-tiba menggeliat kesakitan di sofa. "Dia... dia benar. Ada lebih banyak... seperti benang hitam menjalar di kepolisian..." Tania meletakkan ponselnya perlahan, wajahnya berkerut dalam konflik batin. "Lalu bagaimana kita bisa tahu siapa yang masih bisa dipercaya?" Juned mengambil napas dalam. "Kita mulai dari nol. Asumsikan semua

  • Tukang Pijat Super   Bab 300

    “Alisa?!”Adik perempuannya yang berusia 18 tahun itu berdiri dengan wajah pucat, baju kusut, dan mata yang penuh ketakutan. Juned yang tadi santai seketika berdiri tegak, semua pakaiannya sudah kembali rapi."Masuk, cepat!" Tania menarik lengan Alisa dengan kasar, matanya langsung memindai jalanan di belakang adiknya. Alisa gemetar seperti daun. "Mereka... mereka menemukan persembunyian kami." Tania mengunci pintu berganda, wajahnya berubah dingin seperti saat bertugas. "Ayah?" "Masih aman," bisik Alisa. "Aku lari lewat jalur berbeda." Juned sudah berdiri di depan jendela, mengintip keluar melalui celah tirai. "Tidak ada yang mengejar." Tania menarik Alisa ke sofa. "Kau seharusnya tetap di tempat persembunyian!" Alisa menggeleng liar. "Tidak bisa! Orang-orang itu sudah tahu lokasinya. Aku... aku bisa merasakan pikiran saat tanpa sengaja menyentuh salah satu dari mereka."Tania menghela napas, tangannya mengepal. “Aku akan panggil tim darurat dari kantor.” “Ti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status