Share

Bab 304

Author: Frands
last update Huling Na-update: 2025-04-04 21:50:59

Juned perlahan memindahkan tangannya ke punggung Rizka, minyak hangat mengalir di sepanjang tulang belakangnya.

“Kita lanjut ke bagian punggungmu,” bisik Juned, suaranya berat.

Rizka mengangguk lemah, wajahnya masih tertanam di bantal. “Baik...”

Ketika tangan Juned mulai membentuk gerakan melingkar dari bahu ke tulang rusuk, jari-jarinya tanpa sengaja menyentuh tepi samping gunung Rizka dari belakang.

“Ah—!” Rizka menahan napas, tubuhnya bergetar tak terkendali.

Juned berpura-pura tidak menyadari. “Maaf, apakah aku menekan terlalu keras?”

Rizka menggigit bibirnya. “Tidak... itu hanya... aku tidak menyangka...”

Tangan Juned kembali bergerak, kali ini sengaja memperluas area pijatan hingga mendekati ketiak, membuat ujung jarinya kembali menyapu tepian gunung yang sensitif.

“Nngh... Mas...” erang Rizka, tangannya mencengkeram seprei.

“Tenang, ini akan membuka aliran darah yang membuat tubuhmu kaku,” Juned berbisik, meski detak jantungnya tak karuan.

Rizka menutup mata erat
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Novianus Vian
kapan endingnya novel ini
goodnovel comment avatar
Bombom Perikanan
lanjutin donk
goodnovel comment avatar
Novianus Vian
nulis lagi min apa translate lagi
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Tukang Pijat Super   Bab 305

    Juned mengangguk, tangannya mulai membuat gerakan melingkar di atas tulang dada tanpa benar-benar menyentuh payudaranya. “Zat aktifnya akan meresap melalui kulit. Baik untuk kesehatan jaringan payudaramu,” jelasnya dengan nada profesional, meski nafasnya sendiri semakin berat. Rizka menutup mata, menyerah pada sensasi aneh namun nikmat saat minyak itu terus merayap ke bawah, membuat pakaian dalamnya yang tipis semakin transparan. “Nngh... Mas Juned... aku tidak yakin—”“Percayalah,” Juned memotong, jarinya sekarang mengusap lembut area sekitar gunung, “aku tahu apa yang kulakukan.”Setiap sentuhan sengaja diarahkan untuk memijat otot-otot di sekitar gunung tanpa menyentuh puncaknya, namun efeknya justru membuat Rizka semakin tidak bisa menyembunyikan reaksi tubuhnya. Juned menahan napas saat tangannya melayang tepat di atas tulang selangka Rizka, minyak pijat membentuk jalur-jalur mengkilap di kulitnya yang halus. “Titik meridian di sini...” bisiknya, suara serak, “...mempeng

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 306

    Juned nyaris tersedak saat mengenali sosok itu. “Bu Ratna...?” suaranya serak. Wanita itu tersenyum manis, tapi matanya menyala dengan kenangan yang hanya mereka berdua yang tahu. “Sudah lama tidak bertemu, Pak Juned. Ternyata kamu sekarang sudah buka praktik di rumah ya?”Bu Reni terkejut, matanya membulat. “Lho? Kalian sudah kenal?!”Bu Ratna menyeringai. “Iya, Ren. Aku bertemu Mas Juned dulu saat dia jadi tukang pijat keliling di taman”“Wah, berarti kamu sudah merasakan hebatnya pijatan Mas Juned dong?” Bu Reni bersemangat, tak menyadari makna ganda dalam kata-katanya. “Dia itu jempol banget! Titik-titik saraf semuanya dia kuasai!”Juned menggaruk-garuk lehernya yang tiba-tiba terasa panas. “Reni ini sahabat SMP-ku, Mas Jun,” Bu Ratna menjelaskan dengan senyum penuh arti. “Kebetulan ketemu di acara reuni kemarin...”Bu Reni langsung menyambung dengan semangat, “Iya! Sudah gak perlu cerita tentang hal itu, gak terlalu penting. Ratna ini sebenarnya mau pijat jadi aku antar k

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 307

    Juned mengerutkan kening. “Kenapa aku harus mendekatinya lagi?”“Dia satu-satunya orang yang punya akses ke Ratna Wijaya, pemilik PT Cakra Buana,” jelas Tania. “Tapi kami tidak punya foto Ratna – dia sangat tertutup dan menghindari publikasi.”Juned mengangguk pelan, mencerna informasi ini. “Itu masuk akal, namun sepertinya akan berat mendekati Marina setelah semua yang terjadi di masa lalu.”“Kau sering dipuji Marina bahkan dia berani menjadikanmu simpanannya, kan?” Tania menatap Juned dengan tegas.Tak ada keraguan dalam diri Tania mengenai ide yang sebenarnya dapat memancing kecemburuan.Juned menggeleng keras. “Tidak. Aku tidak akan jadi mata-matamu dengan cara begitu." Tubuhnya tegang saat menatap istrinya. “Mending aku langsung hadapi Anton. Aku bisa menghancurkannya dengan tanganku.” Tania menghela napas panjang. “Kau tahu tidak mungkin semudah itu. Anton punya pengacara dan—”“Lebih baik seperti itu daripada aku harus pura-pura mesra dengan Marina!” suara Juned meninggi tan

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 308

    Tania hanya tersenyum kecil, tangannya mantap di kemudi.“Tania, ini arah ke kampungku,”* Juned bersuara lebih keras, tidak bisa menyembunyikan keheranannya. “Kenapa kau bawa aku kesini?”Tangan Tania meraih tangan Juned sebentar. “Tenang, kamu akan segera mengetahui apa yang belum pernah kamu tahu selama ini.”Mobil melewati jalan desa yang semakin Juned kenal. Setiap tikungan, setiap pohon besar di pinggir jalan, membangkitkan memori masa kecilnya. “Aku serius penasaran sekarang,” gumam Juned saat mereka melewati SD tempat dulu ia bersekolah. Tania akhirnya menjawab dengan suara lembut, “Aku ingin mengunjungi seseorang yang sangat penting... seseorang yang membantuku menjadi seperti sekarang ini.”Juned mengerutkan kening, mencoba menebak siapa yang Tania maksud di daerah ini. Mobil tiba-tiba berbelok ke kanan, meninggalkan jalan utama menuju jalur yang lebih kecil. Juned menahan napas saat mereka melewati papan nama ‘Pemakaman Umum Desa’ “Hah...” keluar dari mulutnya tanpa

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 309

    Orang yang mengawasi itu mendekat ke arah Juned dan Tania. Langkahnya terdengar jelas namun ragu-ragu.“Ju-Juned. Benarkah ini kamu?”Seketika Juned dan Tania menoleh hampir bersamaan ketika mendengar suara pria itu memanggil namanya. Raut wajah Juned berubah agak kesal saat melihat sosok Pak Samijo menghampiri mereka berdua.Tentu saja Juned masih teringat kekesalannya kepada ketua RT di kampungnya itu. Karena Pak Samijo telah mengkhianati Juned dan lebih memilih menjadi mata-mata Anton.“Jun, maafkan saya karena kesalahan saya di masa lalu.” Ujar Pak Samijo sambil mencoba meraih tangan Juned.Juned langsung menarik tangannya ke belakang. “Anda tak perlu meminta maaf, Pak! Penyesalan anda tak dapat merubah apa yang telah terjadi kepada Tante Lilis serta Lastri.”“Aku mengerti, tapi aku melakukan itu semua demi anakku.” Pak Samijo memasang wajah sedih sambil menangkupkan kedua telapak tangannya.Juned mengabaikan perkataan pria paruh baya itu, dia merangkul pundak Tania dengan maksud

    Huling Na-update : 2025-04-13
  • Tukang Pijat Super   Bab 310

    Juned menatap bingung antara Tania dan Pak Samijo. "Tania, apa—" "Dia adalah ayah kandungku," bisik Tania tiba-tiba, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Pak Samijo terdorong bangkit dari kursinya, wajahnya pucat pasi. "Tidak mungkin... Mirna bilang bayinya—" "Bayinya meninggal?" Tania menyelesaikan kalimatnya dengan lembut. "Ibu berbohong karena Anda mengusirnya saat hamil."Juned ternganga, tangannya tanpa sadar meraih lengan Tania. "Tapi... selama ini kau tidak pernah—"Yang mengejutkan Juned, Tania justru tersenyum kecil - senyum yang penuh pengertian, bukan kemarahan. "Aku menemukan surat-surat ibu seminggu lalu," lanjut Tania dengan suara jernih. "Dia menulis bagaimana Anda sebenarnya menyesal, tapi tidak tahu cara menemukannya lagi setelah dia pindah ke kota." Pak Samijo jatuh berlutut, air matanya mengalir deras. "Aku... aku tidak pantas—" Tania tiba-tiba meraih tangan Pak Samijo yang keriput. "Tidak," bisiknya. "Kita semua punya kesalahan. Tapi darah tetap dara

    Huling Na-update : 2025-04-13
  • Tukang Pijat Super   Bab 311

    Tania tiba-tiba berdiri. “Kita harus segera kembali. Aku perlu memeriksa ulang semua dokumen tentang kasus yang melibatkan Anton Perkasa maupun Cakra Buana.”Juned mengangguk otomatis, tapi matanya kosong.Matahari tepat di atas kepala ketika mereka bersiap berpamitan dari warung tenda itu. Jam menunjukkan pukul 2 siang.“Tania... anakku,” Pak Samijo memegang bahu Tania erat-erat, matanya berkaca-kaca. “Kau tumbuh menjadi wanita hebat. Ibumu pasti bangga.”Tania tersenyum lembut, kali ini tanpa beban. “Terima kasih, Pak... Ayah.” Kata “ayah” diucapkannya dengan suara kecil, tapi penuh makna. Samijo kemudian memandang Juned, matanya berbinar. “Dan kau, Juned... ternyata lelaki yang jauh lebih baik dari yang pantas kudapatkan untuk menantuku.” Tangannya yang kasar menepuk bahu Juned dengan hangat. “Dulu aku salah menilaimu."Juned tersenyum, rasa dendamnya telah menguap digantikan kehangatan yang tak terduga. “Sudah lama berlalu, Pak." “Kalian berdua... sangat cocok," ujar Samij

    Huling Na-update : 2025-04-14
  • Tukang Pijat Super   Bab 312

    “Tapi kita butuh backup. Aku tidak bisa mengawasi pertemuanmu besok sendirian.”Juned meraih tangan Tania dengan lembut, membuka kepalan jarinya satu per satu. “Percayalah padaku,” bisiknya, matanya memancarkan keteguhan. “Aku hanya akan bersikap normal seperti biasa. Tidak lebih.”Dia menarik napas dalam sebelum melanjutkan. “Yang lebih mengkhawatirkan aku justru keselamatanmu. Jika sampai ada yang tahu kau sedang menyelidiki mega proyek Anton Perkasa, Cakra Buana, dan Bumi Marina...”Tania menatap Juned, melihat bayangan ketakutan yang jarang terlihat di mata pasangannya itu. “Aku akan berhati-hati,” janjinya, memutar tangan sehingga kini dialami yang menggenggam Juned. “Tapi kau harus berjanji—”“Aku tahu,” Juned menyela dengan senyum kecil. “Tidak heroik. Tidak mengambil risiko. Jika ada yang mencurigakan, aku akan langsung pergi.”Tania mengangkat tangan sambil menutup mulut yang menguap lebar. “Maaf ya, sayang. Aku mau tidur duluan. Lelah sekali hari ini,” ujarnya sambil berj

    Huling Na-update : 2025-04-14

Pinakabagong kabanata

  • Tukang Pijat Super   Bab 318

    “Aaaarrgggh...”Suara lenguhan panjang Bu Ningsih mengakhiri riuh pertemuan tubuh mereka—suara yang keluar dari kedalaman jiwa yang terluka, bukan sekadar kepuasan fisik. Dadanya naik turun tak beraturan, kulitnya yang berkeringat memantulkan cahaya lampu kamar yang redup.BrukJuned ambruk di sampingnya, nafasnya tersengal-sengal. Tubuhnya yang masih perkasa itu kini lemas, dipenuhi rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap begitu nafsu itu reda. Matanya menatap langit-langit kamar hotel yang bernoda kuning, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. “Kita... kita seharusnya tidak melakukan ini, Bu.”Di sebelahnya, Bu Ningsih sudah tertidur dengan posisi yang tak lagi anggun—rambutnya yang biasanya rapi kini berantakan di atas bantal, bibirnya yang merah masih sedikit terbuka.Dengan gerakan pelan, Juned menyelimuti tubuh Bu Ningsih yang sudah tak berdaya itu. “Sekali lagi maafkan aku, Bu Ningsih.” Bisiknya pelan.Juned menutup mata, mencoba tidur hingga akhirnya tidur menyerga

  • Tukang Pijat Super   Bab 317

    Juned menopang tubuh Bu Ningsih yang limbung di pelataran klub, angin malam menerbangkan ujung gaun anggurnya.“Aku tak bisa pulang seperti ini,” ucap Bu Ningsih dengan bibir yang sudah tak jelas pengucapannya.“Di sebelah... ada hotel. Aku akan menginap saja.”Juned mengamati bangunan hotel sederhana yang berdiri tepat di samping klub. Lampu neon di depannya berkedip-kedip menampilkan tulisan “Hotel Mawar”. “Baik, Bu. Saya antar ke sana,” jawab Juned perlahan. Di lobi hotel yang sempit, resepsionis setengah baya mengangkat alis melihat mereka masuk. “Kamar untuk satu malam,” pinta Juned sambil menopang Bu Ningsih yang mulai mengantuk. Resepsionis itu mengeluarkan kunci kamar. “Nomor 204. Lantai dua. Lift di sebelah kanan.”Di dalam lift yang reyot, Bu Ningsih bersandar di dinding, matanya setengah terpejam. “Terima kasih... sudah menemaniku malam ini,” ucapnya dengan suara serak. Kamar hotel itu sederhana namun bersih. Juned menuntun Bu Ningsih yang limbung ke arah tempat t

  • Tukang Pijat Super   Bab 316

    Taksi berhenti di depan klub dengan lampu neon berwarna ungu yang berkedip-kedip. Suara musik yang menggelegar sudah terdengar dari luar. “Kita benar-benar akan masuk ke sini, Bu?” tanya Juned ragu, menatap kerumunan orang berpakaian modis di depan pintu. Bu Ningsih tersenyum girang seperti gadis muda. “Ayo, Juned! Aku ingin merasakan lagi bagaimana jadi orang bebas. Malam ini, lupakan semua masalah!”Dengan langkah mantap, Bu Ningsih menarik Juned yang masih ragu menuju pintu masuk. Penjaga pintu menyambut mereka dengan ramah sesuai prosedur yang diterapkan di tempat itu.“Selamat malam Tuan dan Nyonya, apakah anda sudah ada reservasi sebelumnya?” tanya penjaga. “Tidak, kami hanya ingin bersenang-senang sebentar,” jawab Bu Ningsih polos. Setelah membayar tiket masuk, mereka disambut gelombang musik yang mengguncang dada. Lampu laser berwarna-warni menyapu ruangan penulis orang menari. “Wah, sudah lama aku tidak ke tempat seperti ini!” teriak Bu Ningsih di telinga Juned agar

  • Tukang Pijat Super   Bab 315

    Bu Ningsih mengatupkan mata sejenak. “Tekanan dari mana-mana. Perusahaan tambang, warga yang terpecah... Aku khawatir dia tidak kuat.” Tangannya gemetar memegang lengan Juned. “Aku mengerti apa yang telah terjadi antara kamu dan suamiku.”Juned melempar pandangannya sesekali. Ingatannya kembali ke masa saat dia masih di kampung—Pak Kepala desa yang bersekongkol dengan Anton untuk menindas warga yang lemah.“Tapi Bu, saya sekarang sudah tak...”Bu Ningsih memandangnya tajam. “Kamu satu-satunya orang yang berani melawan Anton.” Juned menyeruput kopi hitam untuk menenangkan diri sebelum akhirnya kembali bicara. “Hal yang di alami oleh Pak Kepala desa sudah menjadi konsekuensinya sebagai seorang pemimpin. Apa ibu mengerti kalau aku kehilangan banyak hal karena menentang mereka?”Bu Ningsih mengangkat wajahnya. Ada garis-garis air mata yang mengering di pipinya. “Ya, aku mengerti.”Juned sedikit merasa iba kepada Bu Ningsih. Namun untuk saat ini strategi melawan Anton tak bisa diseba

  • Tukang Pijat Super   Bab 314

    Juned berhenti sejenak, tangannya masih menempel di pundak Rizka. “Kenapa bertanya seperti itu, Mbak?” Rizka menggeleng, wajahnya memerah. Desakan hasrat dan rasa penasaran yang mulai menggerogoti moralitasnya. Sudah terlalu lama suaminya tak menyentuhnya, terlalu lama ia merasa diabaikan. Dan sekarang, di rumah sunyi ini, dengan Juned yang begitu dekat, rasanya sulit untuk tetap kuat. “Tidak... aku hanya...” Rizka tak bisa menyelesaikan kalimatnya. Juned memandangnya, matanya membaca kegelisahan di wajah Rizka. Ia tahu apa yang terjadi, dan meski hatinya juga bergejolak, ia mencoba menahan diri. Tapi godaan itu terlalu besar. “Mbak Rizka...” ucapnya pelan, tangannya tanpa sadar bergerak ke pinggangnya. Rizka menahan napas. Detak jantungnya begitu kencang, seakan ingin keluar dari dadanya. Ia tahu ini salah, tapi tubuhnya seolah tak mau menurut. “Mas, aku...” Juned mendekat, wajahnya hanya berjarak sejengkal dari Rizka. Nafasnya hangat, membelai kulit Rizka yang sudah

  • Tukang Pijat Super   Bab 313

    Rizka langsung menunduk, tangannya bergetar. “Aku... aku masih belum tahu...”“Bagaimana kalau aku berikan sedikit terapi di tanganmu sekarang?” Juned langsung meraih tangan Rizka.Jantung dan aliran darah Rizka berdenyut lebih kencang saat tangan kasar Juned meraba telapak tangannya.Rizka mencoba menarik kembali tangannya. “Mas, jangan begini. Aku takut suamiku–”“Tidak akan, suami kamu pulang jam sembilan. Ini hanya pijatan tangan saja.” Juned tak melepaskan tangan Rizka yang halus.Rizka mengisap bibir bawahnya, merasakan sentuhan Juned yang terampil di bawah bahan kemejanya. “Pijatan... memang enak,” bisiknya, tanpa sadar membiarkan pergelangan tangannya lebih rileks. Juned menggeser posisi, memastikan tangannya tidak menyentuh bagian yang tidak pantas. “Teknik khusus untuk relaksasi. Coba fokus pada tarikan napas.”Jari-jarinya berpindah dengan presisi dari telapak tangan ke pergelangan, menekan titik-titik akupresur. Rizka menutup mata, tapi tiba-tiba membukanya lebar ke

  • Tukang Pijat Super   Bab 312

    “Tapi kita butuh backup. Aku tidak bisa mengawasi pertemuanmu besok sendirian.”Juned meraih tangan Tania dengan lembut, membuka kepalan jarinya satu per satu. “Percayalah padaku,” bisiknya, matanya memancarkan keteguhan. “Aku hanya akan bersikap normal seperti biasa. Tidak lebih.”Dia menarik napas dalam sebelum melanjutkan. “Yang lebih mengkhawatirkan aku justru keselamatanmu. Jika sampai ada yang tahu kau sedang menyelidiki mega proyek Anton Perkasa, Cakra Buana, dan Bumi Marina...”Tania menatap Juned, melihat bayangan ketakutan yang jarang terlihat di mata pasangannya itu. “Aku akan berhati-hati,” janjinya, memutar tangan sehingga kini dialami yang menggenggam Juned. “Tapi kau harus berjanji—”“Aku tahu,” Juned menyela dengan senyum kecil. “Tidak heroik. Tidak mengambil risiko. Jika ada yang mencurigakan, aku akan langsung pergi.”Tania mengangkat tangan sambil menutup mulut yang menguap lebar. “Maaf ya, sayang. Aku mau tidur duluan. Lelah sekali hari ini,” ujarnya sambil berj

  • Tukang Pijat Super   Bab 311

    Tania tiba-tiba berdiri. “Kita harus segera kembali. Aku perlu memeriksa ulang semua dokumen tentang kasus yang melibatkan Anton Perkasa maupun Cakra Buana.”Juned mengangguk otomatis, tapi matanya kosong.Matahari tepat di atas kepala ketika mereka bersiap berpamitan dari warung tenda itu. Jam menunjukkan pukul 2 siang.“Tania... anakku,” Pak Samijo memegang bahu Tania erat-erat, matanya berkaca-kaca. “Kau tumbuh menjadi wanita hebat. Ibumu pasti bangga.”Tania tersenyum lembut, kali ini tanpa beban. “Terima kasih, Pak... Ayah.” Kata “ayah” diucapkannya dengan suara kecil, tapi penuh makna. Samijo kemudian memandang Juned, matanya berbinar. “Dan kau, Juned... ternyata lelaki yang jauh lebih baik dari yang pantas kudapatkan untuk menantuku.” Tangannya yang kasar menepuk bahu Juned dengan hangat. “Dulu aku salah menilaimu."Juned tersenyum, rasa dendamnya telah menguap digantikan kehangatan yang tak terduga. “Sudah lama berlalu, Pak." “Kalian berdua... sangat cocok," ujar Samij

  • Tukang Pijat Super   Bab 310

    Juned menatap bingung antara Tania dan Pak Samijo. "Tania, apa—" "Dia adalah ayah kandungku," bisik Tania tiba-tiba, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Pak Samijo terdorong bangkit dari kursinya, wajahnya pucat pasi. "Tidak mungkin... Mirna bilang bayinya—" "Bayinya meninggal?" Tania menyelesaikan kalimatnya dengan lembut. "Ibu berbohong karena Anda mengusirnya saat hamil."Juned ternganga, tangannya tanpa sadar meraih lengan Tania. "Tapi... selama ini kau tidak pernah—"Yang mengejutkan Juned, Tania justru tersenyum kecil - senyum yang penuh pengertian, bukan kemarahan. "Aku menemukan surat-surat ibu seminggu lalu," lanjut Tania dengan suara jernih. "Dia menulis bagaimana Anda sebenarnya menyesal, tapi tidak tahu cara menemukannya lagi setelah dia pindah ke kota." Pak Samijo jatuh berlutut, air matanya mengalir deras. "Aku... aku tidak pantas—" Tania tiba-tiba meraih tangan Pak Samijo yang keriput. "Tidak," bisiknya. "Kita semua punya kesalahan. Tapi darah tetap dara

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status