Share

Bab 26

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 15:33:00

Juned sampai di rumah tepat saat azan maghrib berkumandang. Dia menengok ke arah klinik yang ternyata sudah diperbaiki oleh para pekerjanya.

Salah satu pekerja yang sekaligus tetangga menghampiri Juned yang baru saja memarkirkan motor di depan rumah.

“Jun, kaca yang pecah sudah aman. Apa perlu di cat sekalian biar tambah bagus?” Tanya pak Sodik.

“Bentar ya pak, nanti aku tanyakan ke tante Lilis dulu, dia yang pegang uangnya.” Jawab Juned sambil melihat kliniknya dari jauh.

“Ayo lah Jun, biar kita ada kerjaan lagi. Kalau Cuma sehari selesai begini, besok menganggur lagi hehe.” Kata Pak Sodik sambil tersenyum merayu Juned.

“Aku sih mau saja pak, Cuma yang pegang uangnya kan tante Lilis.” Balas Juned ikut tersenyum sambil menepuk pelan bahu pak Sodik.

Meski terlihat dari wajahnya yang penuh harap kepada Juned namun Pak Sodik tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala saja.

“Baiklah kalau begitu Jun. Aku pamit pulang dulu.” Kata Pak Sodik sambil melenggang meninggalkan rumah Juned.

Setela
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 27

    Pagi harinya, Juned berdiri di depan klinik kecilnya yang baru saja direnovasi. Bangunan yang sebelumnya hanya sebuah ruang sederhana kini tampak lebih layak. Beberapa peralatan medis sederhana, tempat tidur pijat, dan rak obat-obatan sudah tersusun rapi di dalam.Lilis datang membawa segelas teh manis untuk Juned yang tampak sibuk menata tanaman di depan klinik. “Gimana, Juned? Puas sama hasil renovasinya?” tanya Lilis sambil menyerahkan teh itu.Juned mengangguk, tersenyum puas. “Alhamdulillah, Tante. Pekerjaan Pak Sodik dan teman-temannya begitu rapi.”Juned sepertinya sudah melupakan tentang penemuan celana dalam semalam.Lilis tersenyum, menepuk bahu Juned. “Kamu benar. Pak Sodik sangat cekatan dalam hal pembangunan di desa kita.”Tak berselang lama Novi datang ke klinik Juned untuk mulai bekerja.“Pagi mas Juned, tante Lilis. Apakah aku datang terlambat?” Sapa Novi sambil tersenyum ramah.Lilis dan Juned kompak menggelengkan kepala dengan sedikit cepat.“Kliniknya buka jam 8 Nov

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Tukang Pijat Super   Bab 28

    Hari itu berlalu begitu cepat bagi Juned suasana klinik yang cukup rame membuat Juned tenggelam dalam kesibukannya.Juned tidak bisa tenang sejak pagi tadi. Saat siang hari Klinik terasa lengang, tapi pikiran Juned penuh dengan kegelisahan. “Tante, apa kamu yakin menerima pertukaran ini. Aku mohon, pikirkan ini lagi,” kata Juned menatap Lilis dengan mata memohon, berharap dia berubah pikiran.Lilis hanya tersenyum tipis. “Juned, ini keputusan yang sudah aku ambil. Kamu enggak perlu khawatir. Aku tahu apa yang aku lakukan.”“Tapi ini enggak masuk akal! Kamu enggak bisa menyerahkan dirimu ke orang seperti Anton!” Juned membalas nada meninggi.Lilis berhenti sejenak, menatap Juned dengan pandangan lembut namun tegas. "Juned, aku sudah memutuskan. Jangan tanya lagi, ya."Juned berdiri, mencoba mendekat ke arah Lilis. "Dia enggak pernah punya niat baik. Dia hanya mau memanfaatkanmu, Tante."Lilis menunduk, matanya tak mampu menatap Juned. "Kamu enggak tahu semua yang terjadi, Juned. Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Tukang Pijat Super   Bab 29

    Suasana di klinik Juned siang itu dipenuhi ketegangan. Anton membuka beberapa dokumen yang berbentuk map cokelat. Dia mengeluarkan selembar kertas putih, lengkap dengan bolpoin yang siap digunakan.“Ini adalah Surat perjanjian sebagai bentuk formalitas pertukaran yang kita sepakati” kata Anton.Lilis memandang Juned dengan tatapan tegas, sementara Anton tampak menyeringai puas. Vivi, di sisi lain, terlihat gelisah, seperti ingin berbicara tetapi memilih diam.“Juned,” ucap Lilis akhirnya, memecah kesunyian. “Kamu tahu ini Cuma sementara. Seminggu aja. Jadi, enggak usah khawatir, ya?”Juned menatap surat itu dengan ragu. “Aku mengerti, Tante. Tapi... kenapa harus ada surat segala? Aku mau melihat isinya terlebih dahulu.”Anton tertawa kecil, nadanya sinis. “Juned, kita ini orang dewasa. Aku tidak mau kalau ada orang yang tiba-tiba berubah pikiran. Surat ini buat memastikan semua berjalan lancar.”Juned menggigit bibirnya. Ia memang bukan orang yang terbiasa dengan dokumen resmi seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Tukang Pijat Super   Bab 30

    Langit malam kampung dihiasi taburan bintang yang cerah, seolah menjadi saksi antusiasme warga yang memadati balai desa. Para ibu membawa anak-anak mereka, sementara para bapak duduk berkelompok sambil mengobrol hangat. Di sudut balai, meja panjang disiapkan dengan berbagai makanan ringan yang dibawa warga secara sukarela.“Jun, kamu sudah siap untuk tampil kan.” Kata Pak RT sambil menepuk pundak Juned.Juned berusaha tersenyum lebar untuk menutupi kegugupannya, “Aku usahakan pak siap hehe.”“Setelah ini giliranmu, kamu enggak boleh bikin malu saya sebagai RT kamu.” Kata Pak RT.“Baiklah sekarang kita sambut kebanggaan desa yang kini sukses dengan kliniknya. JUUUUNEEEED...” Terdengar suara sambutan dari pembawa acara. Sambutan itu membuat Juned tersenyum kecil, walau ia sedikit gugup.Ketika Juned naik ke panggung, sorak-sorai warga langsung terdengar. Ia mengenakan kemeja sederhana berwarna biru dan celana hitam, tampil rapi namun tetap bersahaja. “Assalamualaikum, Bapak-bapak, Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Tukang Pijat Super   Bab 31

    Malam itu, suasana desa sudah mulai sepi. Langkah kaki Juned terdengar pelan di jalan setapak menuju rumahnya. Sisa kehangatan acara di balai desa masih terasa di hatinya, tetapi ada sesuatu yang mengganjal. Pikirannya kembali melayang ke Lilis dan Anton yang tak terlihat sepanjang acara.“Kenapa mereka enggak datang, ya?” gumam Juned dalam hati. “Padahal biasanya, Anton itu enggak pernah absen kalau ada keramaian. Apalagi, Tante Lilis juga selalu suka ikut kumpul.”Ketika Juned tiba di depan rumahnya, ia mendapati sesuatu yang aneh. Pintu rumah yang biasanya dibiarkan sedikit terbuka kini tertutup rapat dan terkunci dari dalam. Ia berhenti di depan pintu, mengernyitkan alis.“Ini aneh. Biasanya Tante Lilis enggak pernah mengunci pintu kalau tahu aku pulang malam,” pikir Juned sambil melirik sekeliling. Kampung sudah benar-benar sepi.Juned tidak langsung mengetuk pintu. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk mencari tahu lebih dulu. Ia berjalan perlahan ke samping rumah, menuju salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Tukang Pijat Super   Bab 32

    Lilis kembali ke kamar, sementara Juned duduk di sofa ruang tamu. Walaupun tubuhnya lelah setelah seharian mengurus acara desa, pikirannya justru terus berputar-putar tanpa henti.Ia teringat saat melihat Anton keluar dari rumah, dengan pintu yang sebelumnya terkunci rapat. Ingatan itu terus menghantui. “Kenapa Tante Lilis enggak bilang apa-apa soal kedatangan Anton sebelumnya? Kenapa rumah dikunci? Apa yang mereka bicarakan? Apa ada sesuatu yang enggak aku tahu?”Juned menggeleng, mencoba mengusir pikiran-pikiran buruk yang mulai muncul. Namun, semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat bayangan itu menghantuinya. Ia membayangkan Lilis dan Anton berbicara dengan nada pelan, mungkin saling menyentuh, mungkin lebih dari itu.“Apa mungkin Tante Lilis punya hubungan lain sama Anton?” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya. Ia mengenal Lilis sebagai wanita yang selalu menjunjung tinggi moral, tapi kehadiran Anton malam itu membuat Juned dilanda rasa curiga yang tak terbendung.Ia mengh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Tukang Pijat Super   Bab 33

    Ketika pagi menjelang, ia terbangun dengan kepala sedikit berat. Sisa-sisa mimpi buruk semalam seolah masih mengambang di pikirannya. Ia Berdiri dari sofa sambil meregangkan tubuh, mendapati rumah terasa lebih sunyi dari biasanya.“Tante Lilis mana, ya?” gumamnya sambil melangkah menuju dapur. Namun, dapur kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Lilis. Ia mengetuk pintu kamar Lilis, tetapi tidak ada jawaban. Saat membuka pintu, kamar itu terlihat rapi tanpa siapa pun di dalamnya.Kegelisahan mulai merayap. Ia masih berdiri di tengah ruang tamu, mencoba mengingat sesuatu. Lalu, seperti petir menyambar, ia teringat. “Hari ini hari pertukaran!” serunya dalam hati.Sebelum ia sempat memproses lebih jauh, suara langkah kaki dari luar terdengar. Pintu depan terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Vivi yang mengenakan daster tipis warna biru muda. Ia membawa keranjang belanjaan dari pasar, wajahnya sedikit berkeringat, tetapi tetap tampak segar.“Pagi, Juned,” sapa Vivi dengan senyum kecil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Tukang Pijat Super   Bab 34

    Novi, yang baru saja selesai menata barang-barangnya di meja dapur, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Matanya menyapu ke arah Vivi, yang berdiri di dekatnya dengan daster tipis berwarna biru.“Mbak Vivi, maaf ya, aku nanya. Tapi... Mbak Vivi enggak kedinginan cuma pakai daster kayak gitu?” tanyanya dengan senyum kecil, mencoba untuk tidak menyinggung.Vivi, yang semula tampak santai, mendadak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia melirik ke arah daster birunya dan kemudian ke arah Novi. Wajahnya sedikit memerah, tapi ia tetap mencoba menjawab dengan santai.“Aku sudah biasa pakai begini, Novi. Aku tadi juga buru-buru pulang dari pasar, jadi belum sempat ganti baju,” jawab Vivi sambil merapikan rambutnya yang terurai.Novi mengangguk, meskipun rasa aneh itu belum sepenuhnya hilang. Ia melirik sekilas ke arah Juned, yang tampak sibuk membereskan sesuatu di meja.“Mas Juned,” panggil Novi tiba-tiba, “Mbak Vivi ini habis dari pasar, ya? Mas enggak anterin?”Juned menoleh cepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 260

    Entah berapa lama Juned tidur, namun tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar kamar kosnya.Tok... tok...Ternyata itu adalah Dinda yang baru saja kembali dari menemui pelanggan mendapati kamar Juned masih tertutup. Dia berdiri di depan pintu, mengetuk pelan sambil memanggil, “Juned? Udah pulang, kan? Bangun, dong.”Tidak ada jawaban.Dinda menghela napas, merasa aneh karena biasanya Juned cukup responsif. Penasaran, dia mencoba memutar gagang pintu dan ternyata tidak dikunci.Begitu pintu terbuka, pemandangan yang tak terduga menyambutnya. Juned terlelap di atas kasur, tanpa memakai baju dengan napas teratur. Wajahnya terlihat begitu damai dalam tidur, dan tubuhnya yang atletis tampak jelas di bawah cahaya lampu kamar.Dinda terdiam sejenak, lalu mendekat dengan langkah pelan. Awalnya dia hanya ingin membangunkan Juned, tapi entah kenapa dia malah terdiam, memperhatikan tubuh Juned terutama barang milik Juned yang berukuran sangat luar biasa.Tergoda, dia membungkuk sedikit, lal

  • Tukang Pijat Super   Bab 259

    Saat Juned mulai makan, Mbak Yuni duduk di seberangnya, menyandarkan dagunya di tangan sambil tersenyum. Tatapan matanya tak lepas dari Juned, memperhatikan setiap gerakan pria itu dengan penuh minat.Juned yang awalnya fokus menikmati makanan mulai merasa risih. Dia melirik sekilas ke arah Mbak Yuni dan melihat ekspresi wanita itu yang tampak… berbeda. Ada senyum kecil di sudut bibirnya, dan matanya menatap Juned dengan penuh ketertarikan.“Makan yang banyak, Juned,” kata Mbak Yuni dengan suara lembut. “Biar makin kuat.”Juned menelan makanannya dengan sedikit gugup. “Iya, Mbak. Makanannya enak banget.”Mbak Yuni tertawa kecil. “Kalau suka, besok-besok bisa makan di sini lagi. Aku sering masak, tapi nggak ada yang nemenin makan.”Juned hanya tersenyum sopan. “Makasih, Mbak. Saya nggak enak sering-sering numpang makan.”Mbak Yuni menggeleng sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi, memperlihatkan ekspresi menggoda. “Nggak usah sungkan. Aku malah senang kalau ada yang nemenin.”Juned menc

  • Tukang Pijat Super   Bab 258

    Dinda berjalan di samping Juned, menuntunnya menuju rumah pemilik kos. “Kamu bakal suka tempat ini,” ucapnya dengan nada santai. “Yang punya juga orangnya baik kok.”Mereka tiba di sebuah rumah sederhana tapi terlihat terawat, lokasinya tepat di samping kos-kosan. Dinda mengetuk pintu, dan tak lama kemudian, seorang wanita muncul dari balik pintu. Dia terlihat berusia sekitar pertengahan 30-an, dengan wajah yang cantik dan penampilan yang santai.“Oh, Dinda,” sapanya dengan senyum ramah. “Ada perlu apa?”Dinda tersenyum balik. “Mbak Yuni, ini temanku, Juned. Dia lagi cari kamar kos. Katanya ada yang kosong di sebelah kamarku?”Mbak Yuni mengalihkan pandangannya ke Juned, menatapnya dengan penuh minat. “Oh, Jadi kamu yang mau kos di sini?” tanyanya lembut.Juned mengangguk sopan. “Iya, Mbak, kalau masih ada kamar kosong.”Mbak Yuni tersenyum manis. “Ada, kebetulan masih kosong. Sebentar aku ambil kunci kamar dulu, biar aku tunjukan kamarnya.”Setelah Mbak Yuni mengambil kunci, dia ber

  • Tukang Pijat Super   Bab 257

    Setelah membujuk Juned untuk berhenti jadi tukang pijat keliling, Dinda menatapnya dengan penuh pertimbangan.“Juned, ikut aku ke kos, yuk,” ajaknya tiba-tiba.Juned mengangkat alis. “Ngapain ke kos kamu?”Dinda tersenyum kecil. “Ada yang mau aku omongin, penting. Lagian, di sana lebih enak ngobrolnya daripada di taman begini.”Juned awalnya ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Ya udah, ayo.”Mereka berjalan keluar taman, lalu naik angkutan ke kos Dinda. Setelah sampai, Dinda membuka pintu dan mengajak Juned masuk. Kosnya cukup rapi, dengan perabot sederhana tapi nyaman.Dinda duduk di kursi dekat meja kecilnya, sementara Juned memilih duduk di lantai bersandar ke dinding. “Jadi, apa yang mau kamu omongin?” tanya Juned.Dinda menghela napas, lalu berkata, “Di sebelah kamar aku ada kamar kosong. Aku kepikiran, kenapa kamu nggak tinggal di situ aja agar operasional bisa lebih lancar?”Juned terdiam sejenak, terkejut dengan tawaran itu. “Serius? Tapi aku takut kalau sewaktu-waktu nggak ada u

  • Tukang Pijat Super   Bab 256

    Setelah keluar dari hotel, Juned berdiri sejenak di trotoar, menghirup udara pagi yang masih segar. Dia merogoh saku celananya, memeriksa uang yang diberikan Bu Ratna tersimpan dengan aman. Saat dia hendak berjalan kaki, matanya menangkap seorang pengemudi ojek online yang sedang berhenti di depan hotel, mungkin sedang menunggu penumpang. Tanpa ragu, Juned segera menghampirinya.“Mas, bisa antar saya ke taman yang ada di dekat sini?” tanyanya sopan.Pengemudi itu menoleh, mengamati Juned sebentar sebelum mengangguk. “Bisa, Mas. Naik aja.”Juned segera naik ke motor, dan tanpa banyak bicara, pengemudi itu langsung melajukan kendaraannya.Sepanjang perjalanan, Juned hanya diam, memperhatikan jalanan yang mulai sibuk dengan kendaraan. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian pagi ini di hotel. Rasanya sedikit, tapi dia juga tahu bahwa uang yang dia dapatkan bisa membantunya bertahan hidup lebih lama.Tak lama kemudian, motor yang dia tumpangi berhenti di depan taman. Juned turun dan meng

  • Tukang Pijat Super   Bab 255

    Juned mengangguk kecil, tetap profesional. “Beberapa teknik pijat memang dipercaya bisa membantu melancarkan sirkulasi darah ke organ reproduksi, Bu. Biasanya dipijat di sekitar pinggang, perut, dan paha.”Bu Ratna tersenyum tipis. “Kalau begitu, tolong lakukan yang terbaik untukku, Juned. Aku benar-benar ingin mencoba segala cara agar bisa memiliki anak.”Juned sedikit ragu, tapi tetap melanjutkan pijatan dengan penuh kehati-hatian. Ia mulai dari bagian punggung bawah, menekan titik-titik akupresur yang diyakini bisa membantu meningkatkan aliran darah ke organ reproduksi. Setelah beberapa menit, ia beralih ke area pinggul, menggunakan gerakan melingkar untuk merilekskan otot-otot di sana.Bu Ratna merasakan tubuhnya semakin rileks. “Ah... ini cukup enak. Apakah ini bisa benar-benar membantu, Juned?” tanyanya dengan suara pelan.Juned tetap fokus. “Pijat bisa membantu mengurangi stres dan meningkatkan sirkulasi darah, Bu. Tapi untuk masalah kesuburan, sebaiknya Ibu tetap berkonsultasi

  • Tukang Pijat Super   Bab 254

    Setelah tiba di kamar hotel, Bu Ratna membuka blazer yang dikenakannya dan duduk di sofa dengan santai. Juned, yang masih berdiri di dekat pintu, memperhatikan sekeliling ruangan yang luas dengan fasilitas lengkap.“Kamu mau sarapan dulu?” tawar Bu Ratna sambil menunjuk ke meja di sudut ruangan yang sudah tertata rapi dengan aneka makanan.Juned menggeleng pelan. “Terima kasih, Bu. Saya lebih baik langsung mulai saja, biar nanti bisa cari pelanggan lagi di taman.”Bu Ratna tersenyum tipis. “Santai saja, Juned. Kamu seperti sedang dikejar waktu. Aku nggak suka dipijat dalam suasana terburu-buru.”Juned sedikit terdiam. Memang benar, pekerjaannya bergantung pada pelanggan yang datang. Namun, ada sesuatu dari Bu Ratna yang membuatnya enggan berlama-lama di ruangan ini.Tiba-tiba, Bu Ratna menyebutkan sesuatu yang membuat Juned terkejut.“Satu juta untuk satu jam, tapi kamu harus penuhi semua permintaanku selama pijatan.”Juned menatap Bu Ratna dengan ragu. Jumlah itu jauh lebih besar dar

  • Tukang Pijat Super   Bab 253

    Saat Juned dan Bu Ratna berjalan keluar dari taman, Bu Ratna melirik Juned dengan tatapan penasaran. Ia melangkah santai di sampingnya, tangan kirinya menggenggam tas kecil yang mahal.“Juned, perempuan tadi… kenapa dia sampai segitunya menghalangi kamu jadi tukang pijat?” tanyanya dengan nada ringan, tapi ada rasa ingin tahu yang jelas dalam suaranya. “Apa ada yang salah dengan pekerjaan ini?”Juned menghela napas, lalu mengangkat bahu. “Gak tahu, Bu. Mungkin dia cuma khawatir berlebihan.”Bu Ratna tersenyum miring. “Ah, aku rasa lebih dari sekadar khawatir.”Juned meliriknya sekilas. “Maksudnya?”Bu Ratna terkekeh pelan. “Khawatir sih wajar, tapi tadi ekspresinya… lebih seperti seseorang yang cemburu.”Juned hampir tersedak udara saat mendengar kata itu. Ia buru-buru menoleh ke arah lain, mencoba menyembunyikan ekspresinya. “Ah, nggak mungkin, Bu.”“Benarkah?” Bu Ratna menaikkan alis, seolah menantang Juned untuk mengaku. “Aku ini wanita, Juned. Aku tahu kalau seorang perempuan bers

  • Tukang Pijat Super   Bab 252

    Tanpa membuang waktu, ia mulai mengguyur tubuhnya dengan air dari gayung. Sensasi dingin langsung menyentuh kulitnya, membuatnya menghela napas panjang.“Ah, segarnya… kayak orang hidup lagi,” katanya pelan.Ia menggosok tubuhnya dengan sabun, memastikan semua keringat dan debu yang menempel sejak kemarin terbilas bersih. Beberapa kali ia mengucek wajahnya, berharap bisa menghilangkan rasa kantuk yang masih tersisa.Setelah selesai, Juned mengeringkan tubuhnya dengan handuk kecil yang selalu ia bawa di dalam tas. Ia berganti dengan kaos bersih dan celana yang lebih nyaman. Sebelum keluar, ia kembali bercermin, merapikan rambutnya yang masih sedikit basah.“Lumayan lah, gak keliatan kumuh banget,” ujarnya sambil tersenyum tipis.Saat ia keluar dari bilik mandi, petugas tadi menatapnya sekilas. “Segeer, Mas?” tanyanya dengan nada bercanda.Juned tertawa kecil. “Banget, Pak. Makasih ya!”Saat berjalan keluar dari toilet umum di taman, Juned merasa tubuhnya jauh lebih segar. Udara pagi m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status