Share

03-Di Serang

Author: MenujuHidupLebihBaik
last update Last Updated: 2024-11-20 17:10:16

Wajah pria itu tampak tenang, tetapi ada ketegasan dalam suaranya ketika ia berbicara.

“Siapa kamu sekarang tidak mengubah fakta tentang siapa kamu sebenarnya,” kata pria itu dengan nada bijak. “Kamu adalah putra sulung dari direktur kami, dan keluargamu telah mencarimu selama ini.”

Ghenadie mencoba memahami kata-kata itu, tapi pikirannya terasa buntu. Hidupnya yang begitu sederhana, tiba-tiba berubah dalam hitungan detik.

Setiap harinya, ia hanya seorang penjual bakso keliling yang hidup dalam rutinitas. Bagaimana mungkin ia sekarang dikaitkan dengan seorang direktur kaya raya?

"Putra sulung dari direktur"?

Rasanya tidak masuk akal.

"Aku... Aku tidak mengerti," gumam Ghenadie, suaranya terdengar lemah.

Pria itu mengangguk, seolah sudah mengantisipasi kebingungan yang terpancar dari Ghenadie.

“Kami tidak sedang menipumu. Kami tahu ini bukan hal yang mudah. Tapi direktur kami sangat ingin bertemu denganmu. Setidaknya, berikan kesempatan bagi dirimu untuk mendengar lebih banyak.”

Ghenadie memandang pria itu dengan tatapan bingung. "Apa yang diinginkan direktur dariku? Apakah hanya karena aku putra yang hilang?"

Pria itu tersenyum tipis. “Bukan hanya karena itu. Ada hal-hal besar yang menunggu di depanmu, Ghenadie. Warisan yang telah ditinggalkan untukmu, dan tanggung jawab besar, dan kesempatan untuk mengubah hidupmu, mungkin hidup banyak orang lainnya. Direktur kami ingin kau mengambil alih perusahaan, sebagai penerus yang sah.”

Ghenadie terdiam, pandangannya terpaku pada gerobak bakso yang berdiri di belakangnya. Ia memikirkan kehidupannya yang sederhana, para pelanggan setia yang selalu datang setiap malam untuk menikmati baksonya, dan Lina... Lina yang dulu ia cintai, yang kini telah berpaling pada Joko.

Hinaan dan cemoohan yang ia terima setiap kali bertemu mereka terasa masih segar di ingatannya. Mereka semua memandang rendah dirinya, menganggapnya sebagai pria tak berguna.

"Bagaimana jika itu hanya harapan kosong saja? Pengalihan dari situasi yang aku alami" tanyanya pelan.

Suaranya nyaris tenggelam di antara bisingnya kendaraan yang lewat, tetapi pria di depannya tetap mendengar dengan jelas.

Pria itu menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Ghenadie dengan pandangan penuh pengertian.

“Ayahmu memang mengharapkanmu, apa lagi dia sekarang dia dalam keadaan yang kurang sehat. Datanglah bersamaku, Ghenadie. Ini bukan tipuan atau jebakan. Semua yang kubicarakan ini benar adanya. Kamu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan.”

Ghenadie masih meragukan segala sesuatunya. Rasanya sulit dipercaya. Sejak Lina meninggalkannya untuk Joko, hidupnya seolah terpuruk tanpa jalan keluar. Dan sekarang? Tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengatakan bahwa ia adalah pewaris perusahaan besar? Tidak masuk akal.

“Aku tidak percaya,” jawab Ghenadie dingin. “Tidak masuk akal. Ini pasti tipuan. Kalian hanya ingin mempermainkanku. Kalian pasti sindikat.”

Pria itu menghela napas, tampak sedih. “Aku tidak berbohong, Ghenadie. Semua ini nyata.”

Tetapi sebelum Ghenadie sempat merespons lebih lanjut, terdengar suara gaduh dari arah lain. Sekelompok pemuda mendekat, wajah-wajah mereka terlihat garang, dan salah satu dari mereka mengacungkan sebuah foto.

"Benar, dialah orangnya," kata seorang pemuda yang tampak sebagai pemimpin kelompok itu. “Lihat fotonya, memang sesuai.”

Dalam sekejap, mereka menyerang Ghenadie tanpa peringatan. Tinju pertama menghantam perutnya, membuatnya terhuyung ke belakang. Ghenadie berusaha bertahan, tapi jumlah mereka terlalu banyak.

Sepuluh, dua puluh orang? Ia bahkan tidak sempat menghitung. Serangan datang bertubi-tubi, meninju dan menendangnya dari berbagai arah. Tubuhnya seperti sansak hidup.

Pria yang sebelumnya berbicara dengannya juga tidak luput dari serangan. Dia berusaha melawan, tapi jumlah musuh terlalu banyak.

Sebuah pukulan keras mengenai kepala pria itu, membuatnya jatuh tersungkur ke tanah. Darah mengalir dari pelipisnya, dan ia terkapar di samping gerobak bakso yang hancur.

Gerobak bakso Ghenadie, satu-satunya sumber penghidupannya, dihancurkan tanpa ampun. Roda-roda gerobak itu dipukul hingga terlepas, mangkuk-mangkuk berhamburan, dan piring bakso masih kotor tumpah berserakan di tanah.

Ghenadie jatuh ke tanah, tubuhnya sakit luar biasa. Nafasnya tersengal-sengal, tapi yang paling menyakitkan bukanlah pukulan-pukulan itu. Dari sudut matanya, berada di kejauhan ia melihat sosok yang sangat ia kenal.

Joko. Pria yang merebut Lina darinya. Dan Lina, berdiri di samping Joko, tertawa kecil sambil menatapnya dengan pandangan merendahkan.

“Lina…” bisik Ghenadie, sakit di hatinya melampaui rasa sakit di tubuhnya.

Joko melangkah maju, melemparkan senyum sinis ke arah Ghenadie.

“Kau pantas mendapatkan ini, Ghenadie. Kau pikir bisa kembali berdiri setelah aku mengambil Lina darimu? Kau salah besar. Kau hanyalah pecundang, penjual bakso yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri.”

Lina tidak berkata apa-apa, hanya tertawa kecil sambil memeluk lengan Joko. Hatinya terasa hancur melihat cinta yang pernah ia miliki begitu tega menyaksikannya disiksa tanpa sedikitpun rasa belas kasihan.

"Kau sudah mengambil Lina... Mengapa kau harus menyiksaku lagi?" gumam Ghenadie lemah.

Tapi Joko tidak peduli. Ia hanya memandang Ghenadie dengan tatapan jijik, lalu membalikkan badannya, menggandeng Lina pergi dari tempat itu. Karena keadaan cukup gelap, Joko dan pak Andri, tidak saling mengenal...

Sementara para pemuda itu setelah puas menyiksa, pada meludahi Ghenadie dan pria yang tadi memberikan informasi tentang dirinya. Para pemuda berandalan itu lalu pergi sambil tertawa. Puas.

Rasa sakit itu perlahan memudar menjadi sesuatu yang lain. Ghenadie merasa marah, bukan hanya pada Joko dan Lina, tetapi pada dirinya sendiri. Selama ini ia menerima begitu saja hinaan dan penghinaan orang-orang di sekitarnya.

Selama ini ia hanya menganggap dirinya tak berharga. Namun, sekarang, di tengah rasa sakit dan pengkhianatan, sebuah nyala kecil tumbuh di dalam dirinya.

Pria yang terluka di sampingnya bergerak perlahan, mencoba bangkit meski tubuhnya penuh luka. “Ghenadie…” panggilnya dengan suara serak. “Datanglah menghadap Direktur kami, agar hidupmu tidak selalu di hina orang?”

Ghenadie menatap pria itu. Matanya masih berkaca-kaca, tapi di balik tatapan itu, ada sesuatu yang berbeda.

Ia mulai menyadari bahwa dunia yang baru saja ditawarkan kepadanya mungkin adalah kesempatan untuk melarikan diri dari keterpurukan ini. Mungkin... hanya mungkin... ini adalah jalan keluar.

"Jika kau ingin hidup yang lebih baik, Ghenadie," kata pria itu perlahan. "Ini saatnya kau mengambil kendali atas takdir hidupmu."

Ghenadie terdiam sejenak, merenung. Lalu, dengan sisa tenaga yang masih ia miliki, ia lalu mengambil keputusan besar dan berbisik, "Aku akan melakukannya."

***

Related chapters

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   04- Tidak Disangka Bertemu Joko-Lina

    Pagi itu, matahari baru saja naik ketika Ghenadie melangkah keluar dari rumahnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa cemas dan kebingungan. Ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi kemarin.Pertemuan tak terduga dengan seorang lelaki bernama Pak Andri ketika dirinya mau pulang dari berjualan bakso mengubah segalanya. Pak Andri, yang saat itu tampak lelah dan terluka, menyuruhnya datang ke sebuah perusahaan besar dengan janji bahwa direktur perusahaan itu mencarinya."Kalau begitu, besok kamu datanglah ke perusahaan, bertemu dengan direktur kami," kata pak Andri kemarin sambil menahan rasa sakit di rusuknya.“Baik,” jawab Ghenadie, yang saat itu juga sama-sama terluka setelah kejadian diserang orang suruhan Joko.Cuma sayangnya, karena waktu malam dan minimnya penerangan, Joko dan Lina sewaktu itu berada dari kejauhan dan cuaca mulai gelap, mereka tidak mengenal pak Andri yang terlempar jauh.Sementera meskipun masih bingung dan ragu, Ghenadie setuju. Tetapi ada satu hal yang membuat

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   05-Siapa Yang Mengundangmu Kesini?

    Langit di luar jendela mulai gelap, seiring dengan suasana yang makin tegang di dalam ruangan. Ghenadie berdiri dengan tegak, namun ada sesuatu di matanya yang menunjukkan gejolak batin.Ia mengangkat kepalanya, memandang lurus ke arah Joko, meskipun ia bisa merasakan kemarahan yang mulai menggelora di dadanya."Saya di sini bukan untuk Lina," ucap Ghenadie dengan nada terkendali.Namun, di balik ketenangan itu, ada ketegangan yang jelas. "Saya di sini karena diminta bertemu oleh Pak Andri."Tawa Joko pecah dengan keras, begitu keras hingga menggema di seluruh sudut ruangan. Tatapannya menyiratkan ejekan dan rasa meremehkan."Pak Andri? Ha! Jangan bercanda," katanya dengan nada mengejek, menatap Ghenadie seolah-olah pria itu baru saja mengatakan sesuatu yang sangat konyol. "Pak Andri adalah orang kepercayaan Direktur Utama kami. Tidak mungkin dia ingin bertemu dengan seseorang gembel seperti kamu!"Di sudut ruangan, Lina tampak bingung. Mata cokelatnya menyipit, penuh pertanyaan yang

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   06-Tes DNA

    Hujan turun deras malam itu, membasahi jalanan Jakarta yang penuh dengan hiruk-pikuk kendaraan. Di salah satu gedung megah yang menjulang tinggi, Anton Prasetyo, Direktur Utama PT Prasetyo Grup, tengah duduk di kursi ruang kantornya yang berada di tingkat teratas.Pandangannya kosong, meski layar laptop di depannya menunjukkan laporan keuangan yang menumpuk. Kesehatannya memang tak lagi seperti dulu, tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya saat ini.Sudah berhari-hari Anton merasakan kegelisahan yang luar biasa. Meskipun tubuhnya melemah karena penyakit jantung, pikirannya tetap tajam, terutama dalam hal bisnis.Ia tahu bahwa di dalam perusahaannya itu, Joko dan Budi, dua orang yang sudah lama menjadi kepercayaannya, diam-diam ingin merebut posisi kekuasaannya.Budi adalah direktur utama SDM, dan Joko adalah keponakan Budi, direktur pemasaran atas rekomendasi Budi. Tetapi gaya mereka sekarang sudah seperti pemilik perusahaan saja. Apa lagi Budi sebagai direktur SDM, dia punya kewenang

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   01-Dikhianati Kekasih

    Ghenadie mendorong gerobak baksonya dengan perlahan menyusuri jalan setapak kota yang bentuknya sudah seperti kampung, karena terletak agak ke pinggiran kota.Ghenadie berjalan dengan santainya memakai pakaian yang cukup rapi dan bersih, namun keringatnya mengalir deras di bawah terik matahari siang.Gerobaknya bergemeretak ringan, seolah mengiringi langkahnya yang mantap meskipun tubuhnya terasa lelah. Aroma bakso yang gurih bercampur dengan sambal pedas melayang di udara, menggoda siapa saja yang melewati.Ghenadie, seorang mahasiswa yang gigih, tak pernah mengeluh meski panas matahari membakar kulitnya. Setiap teriakan yang ia keluarkan saat menawarkan baksonya, membawa harapan besar untuk bisa membayar biaya kuliahnya.Sambil berjalan itu, dia ingat dengan kekasihnya, Lina, seorang gadis yang cantik, tetapi mereka belum bisa menikah karena belum cukup uang. Pikirannya juga melayang ke keluarganya di desa yang berharap besar padanya."Bakso! Bakso panas! Ayo, bakso!" serunya, suara

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   02-Anak Direktur Yang Hilang

    Hidup tidak selalu berpihak padanya, terutama setelah apa yang terjadi dengan Lina. Dulu, ia dan Lina pernah saling mencintai.Lina adalah gadis yang membuatnya bermimpi, namun impian itu hancur ketika Lina jatuh ke dalam pelukan seorang pemuda kaya raya. Pemuda itu datang dengan mobil mewah, jam tangan mahal, dan segala hal yang tak pernah bisa Ghenadie tawarkan. Cinta mereka kalah oleh harta.Momen paling menyakitkan bagi Ghenadie bukan hanya ketika Lina pergi, tapi juga saat ia mendengar hinaan yang tak terlupakan. Lina, yang pernah menjadi kekasihnya, kini telah berubah, ikut merendahkan dirinya."Sudahlah, Ghenadie. Kau hanya tukang bakso. Apa yang bisa kau tawarkan?" kata-kata Lina masih terngiang di telinganya.Tak hanya Lina, tapi juga kekasih barunya dan teman-temannya seringkali mengejek Ghenadie. "Penjaja bakso yang tidak akan pernah maju. Kau tak cocok untuk Lina, dia layak mendapatkan yang lebih baik."Penghinaan itu melukai hati Ghenadie lebih dalam dari yang ia kira. Na

Latest chapter

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   06-Tes DNA

    Hujan turun deras malam itu, membasahi jalanan Jakarta yang penuh dengan hiruk-pikuk kendaraan. Di salah satu gedung megah yang menjulang tinggi, Anton Prasetyo, Direktur Utama PT Prasetyo Grup, tengah duduk di kursi ruang kantornya yang berada di tingkat teratas.Pandangannya kosong, meski layar laptop di depannya menunjukkan laporan keuangan yang menumpuk. Kesehatannya memang tak lagi seperti dulu, tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya saat ini.Sudah berhari-hari Anton merasakan kegelisahan yang luar biasa. Meskipun tubuhnya melemah karena penyakit jantung, pikirannya tetap tajam, terutama dalam hal bisnis.Ia tahu bahwa di dalam perusahaannya itu, Joko dan Budi, dua orang yang sudah lama menjadi kepercayaannya, diam-diam ingin merebut posisi kekuasaannya.Budi adalah direktur utama SDM, dan Joko adalah keponakan Budi, direktur pemasaran atas rekomendasi Budi. Tetapi gaya mereka sekarang sudah seperti pemilik perusahaan saja. Apa lagi Budi sebagai direktur SDM, dia punya kewenang

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   05-Siapa Yang Mengundangmu Kesini?

    Langit di luar jendela mulai gelap, seiring dengan suasana yang makin tegang di dalam ruangan. Ghenadie berdiri dengan tegak, namun ada sesuatu di matanya yang menunjukkan gejolak batin.Ia mengangkat kepalanya, memandang lurus ke arah Joko, meskipun ia bisa merasakan kemarahan yang mulai menggelora di dadanya."Saya di sini bukan untuk Lina," ucap Ghenadie dengan nada terkendali.Namun, di balik ketenangan itu, ada ketegangan yang jelas. "Saya di sini karena diminta bertemu oleh Pak Andri."Tawa Joko pecah dengan keras, begitu keras hingga menggema di seluruh sudut ruangan. Tatapannya menyiratkan ejekan dan rasa meremehkan."Pak Andri? Ha! Jangan bercanda," katanya dengan nada mengejek, menatap Ghenadie seolah-olah pria itu baru saja mengatakan sesuatu yang sangat konyol. "Pak Andri adalah orang kepercayaan Direktur Utama kami. Tidak mungkin dia ingin bertemu dengan seseorang gembel seperti kamu!"Di sudut ruangan, Lina tampak bingung. Mata cokelatnya menyipit, penuh pertanyaan yang

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   04- Tidak Disangka Bertemu Joko-Lina

    Pagi itu, matahari baru saja naik ketika Ghenadie melangkah keluar dari rumahnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa cemas dan kebingungan. Ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi kemarin.Pertemuan tak terduga dengan seorang lelaki bernama Pak Andri ketika dirinya mau pulang dari berjualan bakso mengubah segalanya. Pak Andri, yang saat itu tampak lelah dan terluka, menyuruhnya datang ke sebuah perusahaan besar dengan janji bahwa direktur perusahaan itu mencarinya."Kalau begitu, besok kamu datanglah ke perusahaan, bertemu dengan direktur kami," kata pak Andri kemarin sambil menahan rasa sakit di rusuknya.“Baik,” jawab Ghenadie, yang saat itu juga sama-sama terluka setelah kejadian diserang orang suruhan Joko.Cuma sayangnya, karena waktu malam dan minimnya penerangan, Joko dan Lina sewaktu itu berada dari kejauhan dan cuaca mulai gelap, mereka tidak mengenal pak Andri yang terlempar jauh.Sementera meskipun masih bingung dan ragu, Ghenadie setuju. Tetapi ada satu hal yang membuat

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   03-Di Serang

    Wajah pria itu tampak tenang, tetapi ada ketegasan dalam suaranya ketika ia berbicara.“Siapa kamu sekarang tidak mengubah fakta tentang siapa kamu sebenarnya,” kata pria itu dengan nada bijak. “Kamu adalah putra sulung dari direktur kami, dan keluargamu telah mencarimu selama ini.”Ghenadie mencoba memahami kata-kata itu, tapi pikirannya terasa buntu. Hidupnya yang begitu sederhana, tiba-tiba berubah dalam hitungan detik.Setiap harinya, ia hanya seorang penjual bakso keliling yang hidup dalam rutinitas. Bagaimana mungkin ia sekarang dikaitkan dengan seorang direktur kaya raya?"Putra sulung dari direktur"?Rasanya tidak masuk akal."Aku... Aku tidak mengerti," gumam Ghenadie, suaranya terdengar lemah.Pria itu mengangguk, seolah sudah mengantisipasi kebingungan yang terpancar dari Ghenadie.“Kami tidak sedang menipumu. Kami tahu ini bukan hal yang mudah. Tapi direktur kami sangat ingin bertemu denganmu. Setidaknya, berikan kesempatan bagi dirimu untuk mendengar lebih banyak.”Ghenad

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   02-Anak Direktur Yang Hilang

    Hidup tidak selalu berpihak padanya, terutama setelah apa yang terjadi dengan Lina. Dulu, ia dan Lina pernah saling mencintai.Lina adalah gadis yang membuatnya bermimpi, namun impian itu hancur ketika Lina jatuh ke dalam pelukan seorang pemuda kaya raya. Pemuda itu datang dengan mobil mewah, jam tangan mahal, dan segala hal yang tak pernah bisa Ghenadie tawarkan. Cinta mereka kalah oleh harta.Momen paling menyakitkan bagi Ghenadie bukan hanya ketika Lina pergi, tapi juga saat ia mendengar hinaan yang tak terlupakan. Lina, yang pernah menjadi kekasihnya, kini telah berubah, ikut merendahkan dirinya."Sudahlah, Ghenadie. Kau hanya tukang bakso. Apa yang bisa kau tawarkan?" kata-kata Lina masih terngiang di telinganya.Tak hanya Lina, tapi juga kekasih barunya dan teman-temannya seringkali mengejek Ghenadie. "Penjaja bakso yang tidak akan pernah maju. Kau tak cocok untuk Lina, dia layak mendapatkan yang lebih baik."Penghinaan itu melukai hati Ghenadie lebih dalam dari yang ia kira. Na

  • Tukang Bakso Jadi Miliarder   01-Dikhianati Kekasih

    Ghenadie mendorong gerobak baksonya dengan perlahan menyusuri jalan setapak kota yang bentuknya sudah seperti kampung, karena terletak agak ke pinggiran kota.Ghenadie berjalan dengan santainya memakai pakaian yang cukup rapi dan bersih, namun keringatnya mengalir deras di bawah terik matahari siang.Gerobaknya bergemeretak ringan, seolah mengiringi langkahnya yang mantap meskipun tubuhnya terasa lelah. Aroma bakso yang gurih bercampur dengan sambal pedas melayang di udara, menggoda siapa saja yang melewati.Ghenadie, seorang mahasiswa yang gigih, tak pernah mengeluh meski panas matahari membakar kulitnya. Setiap teriakan yang ia keluarkan saat menawarkan baksonya, membawa harapan besar untuk bisa membayar biaya kuliahnya.Sambil berjalan itu, dia ingat dengan kekasihnya, Lina, seorang gadis yang cantik, tetapi mereka belum bisa menikah karena belum cukup uang. Pikirannya juga melayang ke keluarganya di desa yang berharap besar padanya."Bakso! Bakso panas! Ayo, bakso!" serunya, suara

DMCA.com Protection Status