Share

Bab 11

David menggelengkan kepala dan berkata, “Bukan aku yang membelinya.”

“Hm?”

Kedua gadis itu tertegun mendengarnya.

Citra dengan agak ragu berkata, “Tuan David sungguh rendah hati.”

Tiba-tiba, dia melihat kantong yang ditenteng David. Matanya tanpa sadar bersinar. “Tuan David, apakah di dalam sini berisi uang tunai? Aku dengar orang kaya seperti kalian paling suka menggunakan uang tunai.”

Tanpa menunggu David membuka mulut, dia maju selangkah dan mengambil kantong dari tangan David dan membukanya.

Seketika, raut wajahnya berubah.

Isi di dalamnya sama sekali bukan uang, melainkan setumpuk kaleng dan botol air mineral yang kotor dan bau.

“Ini sampah yang baru saja kupungut.” kata David dengan canggung.

“Memungut sampah?” senyum Citra langsung menjadi kaku。

“Benar.” David mengangguk.

Wajah Citra langsung berubah muram. “Setelah menghabiskan banyak waktu, ternyata kamu datang kemari untuk memungut sampah?”

Dia berkata sambil mengeluarkan tisu dan gila-gilaan mengelap tangannya. “Benar-benar menyebalkan! Dasar miskin, membuatku sia-sia bersemangat saja.”

“Wulan, bukannya aku mau ngomongin kamu. Apa-apaan dengan selera papamu. Bahkan pilihin tunangan pemungut sampah untukmu.”

Dia menatap David dengan wajah meremehkan, sikapnya bertolak belakang dengan sebelumnya.

Wajah Wulan juga dipenuhi amarah.

Dia masih mengira anak ini benaran tinggal di sini. tidak disangka datang kemari hanya untuk memungut sampah.

B*rengsek!

Apakah kamu merasa aku belum cukup malu?

Dia marah hingga wajahnya tertekuk dan melemparkan omongan, “Kita pergi saja.”

Di lantai dasar Gedung Freya Group yang tingginya mencapai puluhan lantai.

“Kamu tunggu di sini dulu, aku masuk untuk memberi kabar. “ Wulan melemparkan omongan dan langsung berbalik badan masuk ke gedung bersama Citra tanpa melihat David.

David melihat nama perusahaan di depannya dan wajahnya tiba-tiba berubah menjadi penuh keheranan.

Freya Kosmetik Internasional Co., Ltd.?Bukankah ini adalah perusahaan yang dialihkan Julio kepadanya?

Di dalam lantai satu gedung, 5 orang pemuda pemudi berkumpul dan berbisik.

“Wulan, kamu tenang saja. Aku sudah mengabari pamanku dan tidak akan membiarkan anak itu lolos tes wawancara. “

Surya yang mengenakan setelan Versace dilengkapi lencana menejer pemasaran di depan dadanya mencibir, “Nanti aku akan mencari kesempatan untuk memberinya pelajaran dan menyuruhnya menjauhimu.”

“Ayo, kita pergi lihat orang kampungan seperti apa yang berani mengambil keuntungan dari Wulan.” kata seorang gadis bernama Umi Larasati dengan penuh niat jahat.

Ketika David melihat Wulan tidak keluar setelah masuk sekian lama dan bersiap untuk menelpon Wulan, dia melihat Wulan berjalan kemari dengan membawa 3 pria dan 1 wanita.

“Ini adalah David yang aku ngomongin ke kalian.” Wulan memperkenalkan dengan asal-asalan.

“Nak, nyalimu besar juga ya, bahkan berani mengambil keuntungan dari Wulan. Benar-benar bagai pungguk merindukan bulan. “Umi menatap David dengan penuh hina.

“Benar, cepat tinggalkan Wulan kalau kamu tahu diri.” Seorang pemuda lainnya yang bernama Gerry Gianjar juga mencibir.

Surya menilai David dari atas ke bawah dan seketika wajahnya menampakkan ketidaksudian. Tampangnya masih bagus, sayangnya adalah orang kampung. Dia juga pantas berebut wanita denganku?

“Surya, coba kalian tebak. Ketika aku dan Wulan menjemput anak ini tadi, dia sedang ngapain?” kata Citra sengaja membuat keributan.

“Dia sedang ngapain?” kata beberapa orang dengan penasaran.

Citra langsung berkata, “Waktu itu anak ini sedang memungut sampah, selain itu masih memungut satu kantong besar penuh.”

“Apa? Memungut sampah?”

“Hahaha!”

Semua orang terlebih dahulu terteggun, dilanjutkan dengan tertawa bersama sambil memegang perut.

Mendengar suara tawa mereka, Wulan hanya merasa sangat malu dan ingin mencari lubang untuk bersembunyi.

Kedua tangan David dimasukkan ke dalam saku dan dengan acuh memalingkan kepala berkata kepada Wulan, “Kapan wawancaranya dimulai?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status