Share

Bab 16

Akhirnya, Wulan tidak tahan dan berkata, “Surya, anak itu sudah masuk untuk wawancara sepanjang pagi, kenapa masih belum keluar?”

“Tenang saja, Wulan. Aku sudah mengabari pamanku sebelumnya. Anak itu nggak bakal lolos wawancara.” Meskipun Surya juga sangat ingin tahu, tapi dia tetap berkata menghibur sambil tersenyum.

Citra berkata sambil tersenyum di atas penderitaan orang lain. “Benar, Wulan. Pamannya Surya adalah menejer personalia yang menguasai hidup mati nyaperekrutan karyawan. Selama dia setuju, maka tunangan kampunganmu itu jangan harap bisa masuk ke perusahaan kita.”

Begitu kedua orang menghiburnya, hati Wulan yang resah akhirnya sedikit lebih tenang.

Pada saat ini, Zainal terlihat berjalan keluar dengan langkah terburu-buru sambil mengapit sebuah tas kulit di ketiaknya.

Mata Surya bersinar dan dia segera menghampirinya, “Paman, bagaimana? Kamu nggak membiarkan anak itu lolos wawancara, ‘kan?”

“Plak!”

Siapa sangka? Zainal langsung memberikan sebuah tamparan kepada Surya tanpa mengatakan apapun, dan dengan wajah marah berkata, “B*doh! Aku hampir saja dicelakai kamu!”

Tamparan ini tidah hanya membuat Surya kebingungan, bahkan Wulan dan yang lainnya juga bingung.

Ada apa?

Kenapa Zainal langsung memberi Surya sebuah tamparan tanpa omongan yang menyenangkan?

Surya tertegun sambil menutupi pipinya, “Paman, kenapa Paman menamparku?”

“Enyah! Aku tidak punya keponakan sepertimu!” Zainal meraung dan beranjak pergi dengan memalingkan wajah muramnya.

“Sebenarnya ada apa dengan ini?”

Beberapa orang kebingungan.

David berjalan keluar sambil tersenyum manis. “Semuanya ada di sini, ya?”

“Bagaimana? Sudah lolos wawancara?” Surya segera bertanya.

“Berkat doamu, aku berhasil lolos wawancara.” David meliriknya seolah sedang tersenyum.

Senyuman di wajah Surya langsung menjadi kaku.

Sudah lolos?

Bagimana mungkin?

Tidak hanya dia, bahkan semua orang juga tampak tidak percaya.

Wajah Wulan menjadi muram dan langsung melototi Surya dengan keras, seperti sedang berkata, “bukankah kamu jamin dia nggak bakal lolos?”

Surya tentu mengetahui kemarahannya. Tapi nasi sudah menjadi bubur dan dia hanya bisa memaksakan senyuman sambil menatap David dan berkata, “Kamu diatur ke departemen mana?”

“Departemen pemasaran 2.” Kata David dengan datar.

Surya tertegun lagi. Setelah itu semua kemuraman di wajahnya menghilang dan digantikan dengan kegembiraan dan semangat yang tidak dapat disembunyikan.

Departemen pemasaran 2!

Baiklah!

Orang udik, kelak kamu bekerja di bawah kekuasaanku, ada yang bisa dipermainkan di antara kita.

Efektifitas kerja Tari sangat cepat. Tak lama kemudian dia sudah menyelesaikan semua prosedur masuk kerja David. Seragam kerja dan tanda pengenal bahkan sudah selesai dibuat.

“Kelak ini adalah tempat kerjamu.” Surya menunjuk ke sudut kantor yang berdekatan dengan dispenser dan dengan sombong berkata. “Hal yang harus kamu kerjakan pada tahap awaal adalah membantu kami bersih-bersih, menerima paket, berikut memesankan makanan dari luar. Aku akan mengaturkan pekerjaan untukmu di akhir.”

David menyetujui semua ini dengan tidak peduli. Yang jelas, dia juga tidak berencana untuk bekerja dengan serius.

Melihat David menyetujuinya, semua orang tersenyum merendahkan. Dalam hati mereka mengatakan ‘memang orang kampungan, pantas saja begitu patuh.’

“Baiklah kalau begitu. Kamu pergi ambilkan paketku di pos satpam dulu. Nomor terakhir ponsel adalah 5438……” Surya segera berkata memberi perintah.

Setelah David pergi, Citra masuk dengan penuh semangat. Dia berjalan sambil berkata, “Surya, aku sudah berhasil mencari tahu bagaimana anak itu bisa lolos wawancara.”

“Apa?”

Semua orang langsung tampak gembira dan buru-buru berkata, “Cepat ceritakan, cepat ceritakan.”

Citra melihat sekeliling dan dengan suara pelan berkata, “Yang kuceritakan ini adalah rahasia perusahaan, kalian jangan membeberkannya ya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status