Wanita itu buru-buru berkata, “Pak David, saya adalah wakil presiden direktur Freya, Tari Linardi. Anda panggil saya Tari saja.”“Kemarin perusahaan mengadakan rapat pemegang saham. Tuan Julio dari Emgrand Group di hadapan semua orang mengumumkan pengalihan 75% saham perusaahan yang ada di tangannya kepada Anda. Dengan kata lain, dimulai sejak kemarin, Anda adalah pemegang saham tertinggi sekaligus presiden direktur perusahaan.”“Beliau juga menyerahkan foto Anda dan beberapa data kepada saya, agar saya membantu Anda mulai sekarang.”David tiba-tiba berkata, “Saya sudah tahu. Sekarang saya ada di perusahaan. Saya akan memberitahumu jika ada urusan.”Kantor wakil presiden direktur. Tari yang memutuskan sambungan telepon segera memanggil sekretaris dan memberi perintah, “Presdir David yang baru menjabat sudah datang ke perusahaan. Mungkin sedang dalam kunjungan samaran. Kamu segera kabari penanggungjawab masing-masing devisi, suruh mereka kendalikan karyawan dengan baik dan harus menunj
Zainal marah hingga hampir muntah darah, “Kamu yang homo. Kamu sekeluarga homo. Keluar! Segera enyah keluar!”David bertanya, “Kalau memang kamu bukan homo, atas dasar apa kamu mempekerjakan orang dengan cara mencocokkan zodiak?”“Atas dasar aku adalah menejer personalia. Aku yang mengambil keputusan. Apa yang bisa kamu lakukan kepadaku? Memukulku?” Zainal tersenyum dingin dan berkata dengan sombong.“Plak!”Omongannya baru saja diselesaikan dan wajahnya langsung menerima sebuah tamparan keras. Zainal terdiam seketika. Dia menutupi wajahnya dan dengan tidak percaya menatap David sambil berkata, “Bocah, kamu……kamu berani memukulku?”“Aku tidak hanya berani memukulmu, tapi juga bisa memecatmu. Percaya tidak?” kata David dengan tampang tak peduli. Zainal dengan wajah penuh emosi berkata, “Memecatku? Bocah, atas dasar apa? Kamu pikir kamu adalah direktur yang baru menjabat?”“Kamu berani memukulku, habislah kamu. Kamu tunggu saja!”Tanpa berbicara panjang lebar, dia langsung mengeluarkan
“5 menit 20 detik……” David melihat Tari dengan tatapan tidak peduli, “Kamu sudah terlambat.”“Maaf, Pak David.” Hati Tari bergetar. Seketika, semua orang terdiam. Rangkaian gerakan Tari membuat semua orang yang ada di tempat terkejut.Zainal lebih membelalak lagi. Perlu diketahui, Tari Linardi adalah wakil presdir perusahaan. Posisinya satu tingkat di bawah presdir.Tunggu……Dia memanggil bocah ini apa? Pak……Pak David……Pada saat itu, Zainal menggigil hebat dan dengan suara ‘bruk’ tersungkur di atas lantai. Dia melihat ke arah David dengan tatapan penuh tidak percaya. “Kamu……kamu adalah presdir baru yang menjabat?”Apa? Dialah presdir baru yang menjabat?Begitu Bobi dan yang lainnya mendengar omongan ini, semuanya tersungkur ketakutan dan gemetaran tiada henti.David menyilangkan kedua kaki. Dia menatap Zainal sambil setengah tersenyum dan berkata, “Masih ingat apa yang kukatakan padamu barusan? Aku nggak hanya berani memukulmu, tapi juga bisa memecatmu.”“Sekarang, kamu sudah per
Akhirnya, Wulan tidak tahan dan berkata, “Surya, anak itu sudah masuk untuk wawancara sepanjang pagi, kenapa masih belum keluar?”“Tenang saja, Wulan. Aku sudah mengabari pamanku sebelumnya. Anak itu nggak bakal lolos wawancara.” Meskipun Surya juga sangat ingin tahu, tapi dia tetap berkata menghibur sambil tersenyum.Citra berkata sambil tersenyum di atas penderitaan orang lain. “Benar, Wulan. Pamannya Surya adalah menejer personalia yang menguasai hidup mati nyaperekrutan karyawan. Selama dia setuju, maka tunangan kampunganmu itu jangan harap bisa masuk ke perusahaan kita.”Begitu kedua orang menghiburnya, hati Wulan yang resah akhirnya sedikit lebih tenang. Pada saat ini, Zainal terlihat berjalan keluar dengan langkah terburu-buru sambil mengapit sebuah tas kulit di ketiaknya.Mata Surya bersinar dan dia segera menghampirinya, “Paman, bagaimana? Kamu nggak membiarkan anak itu lolos wawancara, ‘kan?”“Plak!”Siapa sangka? Zainal langsung memberikan sebuah tamparan kepada Surya tanpa
“Tenang saja, kami pasti nggak akanan membeberkannya. Kamu cepat ceritakan saja.”Semua orang terus-menerus mendesak. Citra tersenyum dingin sambil berkata, “Katanya Pak Zainal memberi berbagai kesulitan ketika sedang mewawancarai anak itu. Akhirnya terlihat oleh presdir yang sedang melakukan kunjungan samaran. Presdir Cokro sangat marah dan sengaja memanggil Bu Tari, wakil presdir. Setelah itu, Pak Zainal ditegur.”Surya tiba-tiba mengerti. “Sudah kubilang, mengapa paman seperti melihat musuh bebuyutan begitu mellihatku, dan masih mengatakan aku hampir saja mencelakainya. Ternyata terlihat oleh presdir yang baru menjabat.”“Wulan, kamu sudah dengar, ‘kan? Masalah ini bukan salahku, hanya bisa menyalahkan nasib anak itu yang beruntung.”“Anak itu termasuk bernasib mujur. “Wajah Wulan terlihat sangat masam.Surya berkata menenangkan, “Kamu tenang saja, nanti aku akan cari alasan untuk memecat anak itu.”Dengan cepat, jam pulang kerja telah tiba. Surya akan pergi bernegosiasi kontrak da
“Kamu dimana sebenarnya?”Brena menggertakkan gigi dan berkata sambil berlinang air mata. “Asalkan kamu bisa menyelamatkan kakekku, aku, Brena Chairil rela menjadi budakmu.”Tepat pada saat ini, ponselnya berbunyi. Dia mengangkatnya dengan tak sabaran dan berkata, “Eko, ba……bagaimana? Sudah temukan orang itu?”“Nona Brena, aku sudah menemukannya. Orang itu bilang kalian harus pegi ke Hotel Royal Palm private room nomor 802 secara pribadi dan meminta maaf kepadanya.” kata orang di sebelah sana dengan cepat.Mendengar hal ini, Brena bukannya marah, malah menangis bahagia dan berkata, “Baik, baik, baik.”“Ayo, siapkan mobil, segera pergi ke Hotel Royal Pam!”Hotel Royal Palm private room 802.Meja kaca bulat yang besar, penuh dengan berbagai makanan mewah. Diantaranya masih terdapat beberapa anggur ternama.Surya yang mengenakan jas dan sepatu kulit mengangkat segelas anggur merah. Dia bangkit berdiri dan berkata menghadap seorang pria paruh baya di kejauhan “Pak Bagas, saya bersulang unt
Semua orang menoleh ke sana. Seorang pemuda terlihat berjalan masuk dengan langkah besar dan sepasang tangannya dimasukkan ke dalam saku. “David?”Surya dan yang lainnya terkejut. Wulan sangat terrkejut. Sejenis rasa haru yang aneh meluap di hatinya. “Bocah s*alan, siapa kamu? Urusanku juga berani kau urus?” Bagas menatap David dengan dingin.David tidak berbicara, melainkan berjalan ke samping Wulan dan menariknya ke balik tubuh. Setelah itu, dia mengambil sebuah botol anggur dan langsung memukulkannya ke atas kepala Bagas. “Wanita milikku, David Cokro juga berani kau sentuh?”“Aaahhh!!!”Bagas berteriak kesakitan. Dia buru-buru menutupi kepalanya dengan tangan dan darah segar mengalir di sela-sela jari.Wulan dan yang lainnya terdiam melihat keadaan itu dan kemudian wajah mereka dipenuhi ketakutan.Perlu diketahui, Bagas adalah menejer utama Emgrand Group. Sekarang kepalanya justru dibuat bocor oleh David. Masalah ini sangatlah besar!Bagas menutupi kepala dan mengeluarkan raung
Membicarakannya membuatnya semakin marah. Akhirnya dia mengucurkan air mata teraniaya. David seakan kecewa menatapnya dan tetap tersenyum. “Bagaimana kalau aku nggak minta maaf padanya?”Wulan hampir mati karena marah. Dia menarik nafas dalam-dalam dan dengan dinginnya berkata, “Kalau begitu enyahlah. Mulai hari ini aku nggak mau melihatmu lagi.”Selesai berbicara, dia awalnya mengira David akan tampak sedikit menyesal, kemudian meminta maaf kepada Bagas.Siapa sangka, David malah menegakkan punggung dan dengan acuh berkata, “Baik, aku akan pergi.”David berbalik dan pergi dengan tegas setelah meninggalkan omongan ini.Wulan tertegun dengan sendirinya. Dalam hatinya samar-samar terdapat sedikit penyesalan. . Bagaimanapun juga sebenarnya David melakukannya demi melindunginya.Namun, begitu mengingat masalah yang ditimbulkannya, sedikit penyesalan di hatinya langsung digantikan oleh kemarahan.Surya segera maju dan dengan wajah menyanjung berkata kepada Bagas. “Pak Bagas, luka di kepala