Ibu Lucie meraih remote tv yang berada di depannya, tepatnya di atas meja. Ia menekan tombol off.l untuk mematikan televisinya. "Bener laki-laki kebangeten, sangat mengesalkan sekali." ujarnya.Dan bu Lucie beranjak dari duduknya lalu membalikkan badannya, "Ehhh Hans, anak mama." serunya dia menyapa Hans dengan heboh karena ini sangat jarang terjadi Hans datang ke rumahnya, biasanya bu Lucie jika ingin ketemu Hans harus pergi ke kantornya.Hans yang berdiri dengan membawa sebuah tas kecil di tangan kanannya dia pun terpana melihat mamanya yang sekarang yang makin cerewet dan hebih itu."Sudah selesai ma marah-marahnya?" tanya Hans kepada bu Lucie.Bu Lucie memutarkan bola matanya, nampaknya dia masih sedikit kesal karena perasaannya terbawa oleh berita yang ditontonnya."Sudah." jawabnya ketus.Dan Hans pun melangkahkan kakinya untuk duduk di sofa, dia duduk berhadapan dengan bu Lucie."Ini buat mama." memberikan sebuah tas kecil dan diletakkan di atas meja tepat di hadapan mamanya.D
"Apa paa?" tanya Hans.Pak Bram meminum kopi yang berada di depannya."Papa sama mama ingin menjodohkan kamu dengan seorang wanita, mengingat kamu sampai seusia seperti ini belum pernah membawa seorang wanita. Jadi papa pikir papa ingin menjodohkan kamu dengan anak teman papa." ujarnya.Hans pun langsung membalikkan badannya dan dia pun kembali duduk di sofa di mana tempat duduk awalnya.Hans pun sangat terkejut, dia Tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Papanya yang sedari awal selalu menyuruhnya untuk menikah."Pa sudah lah pa jangan paksa Hans, Hans ini sudah dewasa, jadi Papa tak perlu khawatir toh kalau sudah waktunya pasti akan Hans kenalkan. Tapi sabar dulu." Jika dulu Pak Bram selalu berbicara tentang pernikahan menjodohkan dirinya dengan seorang, Hans tak pernah mengucapkan kata apapun dia langsung pergi begitu saja tanpa memberi jawaban.Namun kali ini Hans telah memberi jawaban kepada Papanya."Gini saja sudah Hans, papa kasih waktu kamu satu bulan. Jika sampai dal
Sampailah di ruangan meeting, di mana ruangan itu terdapat sebuah meja yang besar dan dikelilingi banyak kursi.Semua orang telah duduk di sana, tak terkecuali para desainer yang berada di bawah naungan Hans,Hans pun mengambil posisi duduk yang berada di depan.Sedangkan Vania melangkahkan kakinya untuk mengambil duduk di bagian tengah.Jam sudah menunjukkan pukul 08. 00 pagi, acara meeting pun dimulai.Acara meeting hari ini dipimpin oleh Andre, sang asisten dari Hans.Andre yang sedang memakai sebuah setelan jas yang berwarna hitam sedang berada di atas podium sambil membawa secarik kertas." Selamat pagi semuanya Terima kasih atas kehadiran kalian di pagi hari ini, di sini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan dalam acara meeting hari ini." sapa Andre kepada para peserta meeting.Para peserta meeting yang sedang duduk Mereka pun mendengarkan penjelasan dari Andre secara seksama.Dan Andre pun menjelaskan rentetan demi rentetan acara yang akan dibawakannya."Di sini ada sebuah
Hans keluar dari wilayah perusahaannya dengan mengendarai mobilnya,Di dalam mobil dia mencari keberadaan dari vania.Entah mengapa Hans merasa jika Vania adalah bagian dari hidupnya,Tak ingin menyia-nyiakan, Hans berusaha mengejar Vania,Dan ternyata Vania berada di halte.Hans pun menghampiri Vania dan berhenti di depannya.Hans membuka kaca jendelanya, "Ayo masuk." seru Hans kepada Vania dari dalam mobil.Vania pun langsung masuk, dia pun duduk di damping Hans dan langsung mengajak Hans ke rumah sakit.Mereka pun kembali ke rumah sakit.Sesampai rumah sakit.Vania masuk di ikut Hans yang berjalan di belakangnya."Sayang," seru Vania yang datang menyapa Vero lalu memegang tangan Vero.Vania merasa sangat khawatir dengan keadaan Vero yang di rumah sakit, "Mana yang sakit?" tanya kembali Vania.Vero menggelengkan kepalanya, dia melihat Vania tersenyum."Ma Vino kemana?" tanya Vero.Vania pun menjelaskan jika Vino sekarang lagi ikut kegiatan olah raga di wilayah sekitar apartemen."V
" Vania tunggu." teriak Hans.Vania pun menghentikan langkahnya, dan dia pun membalikkan badannya.Terlihat raut wajah Vania yang begitu sangat judes, Hans berlari mendekatinya. "Mau ke mana Kamu jangan marah lah, nanti hilang lho cantiknya." lanjut teriak Hans.Vania pun memutarkan bola matanya, Dia sangat nampak begitu muak dengan gombalan Hans yang basi itu.Hans melihat Vania berdiri, terlihat raut wajah cantiknya terbias akan sinar matahari,Membuat Hans begitu sangat terpana akan kecantikan Vania."Ada apa sih?" tanya Vania yang begitu sangat jutek.Hans pun melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Vania.Hans bertanya kepada Vania Mengapa selalu terlihat begitu sangat tidak suka dengan dirinya."Vania jujurlah kepadaku Apakah kamu tidak suka akan kehadiranku?" tanya Hans.Vania pun terdiam, sebenarnya di dalam hati Vania Dia sangat begitu bahagia akan kehadiran Hans, namun mengapa sikapnya begitu berlawanan dengan apa yang dirasakan di hatinya.Mungkin sepenuhnya Vania m
Dan bodohnya Vania, ternyata dia juga sedikit menikmati itu.Dia menikmati itu dengan sedikit menyambut uluran lidahnya, terjadilah sedikit perperang satu sama lain.Namun sejenak kemudian Vania yang tersadar dia pun langsung mendorong tubuh Hans untuk menjauh darinya."Ihhh." teriaknya sambil mendorong, dan Vania pun menatap tajam Hans, "Apaan sih, nggak sopan tahu." lanjutnya.Hans pun mengusap bibirnya dengan punggung tangan kanannya, Dan Dia melakukan itu dengan senyum di bibirnya,Sungguhan Hans sangat mengesalkan.."Tapi kamu suka kan?" tanya Hans.Vania pun langsung memalingkan wajahnya, dan dia pun beranjak dari duduknya.Vania pun berdiri membelakangi Hans, dan dia menggigit Bibir bawahnya, namun ternyata ada sedikit senyum di sudut bibirnya."Katanya kamu mau membantu aku? Terus syaratnya apa?" tanya Vania.Hans pun duduk bersender di sofa, kali ini dia merasa sedikit menang, dan Hans merasa jika Vania sedikit mau tunduk dengannya."Oke apa yang kamu mau akan ku turuti, b
Jujur Vania sangat begitu tertekan, dan dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kini mata Hans terus menatap Vania dan itu sangat dekat jaraknya, membuat Vania sedikit grogi.Dia sedikit grogi ditatap oleh seorang laki-laki, laki-laki yang tampan, dengan hidung yang mancung, dan dengan alis tebal tertata rapi.Laki-laki yang tak pernah tersenyum, bahkan sangat jarang sekali berinteraksi dengan orang lain," Ayo jawab." ujar Hans kembali yang secara tak sabar ingin mendengar dari mulut Vania.Jujur saja Hans sedikit tergoda, melihat Vania memakai baju yang terbuka,Entah mengapa tiba-tiba batang hidung Hans bergerak ke bawah, dan sedikit menempelkannya di ceruk leher Vania.Membuat Vania menelan ludahnya, nafasnya naik turun tak karuan."Oke oke berhenti, aku jujur sekarang. Ya mereka anakmu." jawabnya sambil tangannya sedikit mendorong tubuh Hans.Namun itu semua tidak berhasil, tangannya tidak bisa berhasil mendorong tubuh Hans karena tumbuhan terlalu besar untuknya,Mekuatannya
Saat dia sedang tangannya asik bergerilya , Dia sedikit menyingkapkan baju Vania supaya tangannya bisa leluasa untuk menyentuh.Dia memasukkan tangannya ke dalam baju tidur Vania, dan dia mengelus perut bagian bawah Vania,Dan betapa terkejutnya Hans kala merasakan ada sebuah garis yang memanjang di bagian perut bawah Vania,Hans pun langsung membuka selimutnya, untuk melihat garis apa itu di tubuh Vania."Apa ini?" tanya Hans.Vania pun meraba bagian perut bawahnya dengan tangannya, dan dia merabanya secara halus."Ini adalah bekas luka operasi karena aku melahirkan Vero dan Vino." jawabnya.Hans tersentak kaget mendengar jawaban dari Vania, dia merasa jika dirinya laki-laki yang tak tahu diri dan kini dia akan mengulangi kesalahan yang sama.Hans pun menyentuh bekas luka itu kembali, dan dia menyentuhnya secara perlahan.Lalu dikeluarkan tangannya dari dalam baju Vania,"Hampir saja aku mengulangi lagi." ujarnya Lirih.Hans langsung melemparkan badannya di atas tempat tidur, dan di