Hans keluar dari wilayah perusahaannya dengan mengendarai mobilnya,Di dalam mobil dia mencari keberadaan dari vania.Entah mengapa Hans merasa jika Vania adalah bagian dari hidupnya,Tak ingin menyia-nyiakan, Hans berusaha mengejar Vania,Dan ternyata Vania berada di halte.Hans pun menghampiri Vania dan berhenti di depannya.Hans membuka kaca jendelanya, "Ayo masuk." seru Hans kepada Vania dari dalam mobil.Vania pun langsung masuk, dia pun duduk di damping Hans dan langsung mengajak Hans ke rumah sakit.Mereka pun kembali ke rumah sakit.Sesampai rumah sakit.Vania masuk di ikut Hans yang berjalan di belakangnya."Sayang," seru Vania yang datang menyapa Vero lalu memegang tangan Vero.Vania merasa sangat khawatir dengan keadaan Vero yang di rumah sakit, "Mana yang sakit?" tanya kembali Vania.Vero menggelengkan kepalanya, dia melihat Vania tersenyum."Ma Vino kemana?" tanya Vero.Vania pun menjelaskan jika Vino sekarang lagi ikut kegiatan olah raga di wilayah sekitar apartemen."V
" Vania tunggu." teriak Hans.Vania pun menghentikan langkahnya, dan dia pun membalikkan badannya.Terlihat raut wajah Vania yang begitu sangat judes, Hans berlari mendekatinya. "Mau ke mana Kamu jangan marah lah, nanti hilang lho cantiknya." lanjut teriak Hans.Vania pun memutarkan bola matanya, Dia sangat nampak begitu muak dengan gombalan Hans yang basi itu.Hans melihat Vania berdiri, terlihat raut wajah cantiknya terbias akan sinar matahari,Membuat Hans begitu sangat terpana akan kecantikan Vania."Ada apa sih?" tanya Vania yang begitu sangat jutek.Hans pun melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Vania.Hans bertanya kepada Vania Mengapa selalu terlihat begitu sangat tidak suka dengan dirinya."Vania jujurlah kepadaku Apakah kamu tidak suka akan kehadiranku?" tanya Hans.Vania pun terdiam, sebenarnya di dalam hati Vania Dia sangat begitu bahagia akan kehadiran Hans, namun mengapa sikapnya begitu berlawanan dengan apa yang dirasakan di hatinya.Mungkin sepenuhnya Vania m
Dan bodohnya Vania, ternyata dia juga sedikit menikmati itu.Dia menikmati itu dengan sedikit menyambut uluran lidahnya, terjadilah sedikit perperang satu sama lain.Namun sejenak kemudian Vania yang tersadar dia pun langsung mendorong tubuh Hans untuk menjauh darinya."Ihhh." teriaknya sambil mendorong, dan Vania pun menatap tajam Hans, "Apaan sih, nggak sopan tahu." lanjutnya.Hans pun mengusap bibirnya dengan punggung tangan kanannya, Dan Dia melakukan itu dengan senyum di bibirnya,Sungguhan Hans sangat mengesalkan.."Tapi kamu suka kan?" tanya Hans.Vania pun langsung memalingkan wajahnya, dan dia pun beranjak dari duduknya.Vania pun berdiri membelakangi Hans, dan dia menggigit Bibir bawahnya, namun ternyata ada sedikit senyum di sudut bibirnya."Katanya kamu mau membantu aku? Terus syaratnya apa?" tanya Vania.Hans pun duduk bersender di sofa, kali ini dia merasa sedikit menang, dan Hans merasa jika Vania sedikit mau tunduk dengannya."Oke apa yang kamu mau akan ku turuti, b
Jujur Vania sangat begitu tertekan, dan dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kini mata Hans terus menatap Vania dan itu sangat dekat jaraknya, membuat Vania sedikit grogi.Dia sedikit grogi ditatap oleh seorang laki-laki, laki-laki yang tampan, dengan hidung yang mancung, dan dengan alis tebal tertata rapi.Laki-laki yang tak pernah tersenyum, bahkan sangat jarang sekali berinteraksi dengan orang lain," Ayo jawab." ujar Hans kembali yang secara tak sabar ingin mendengar dari mulut Vania.Jujur saja Hans sedikit tergoda, melihat Vania memakai baju yang terbuka,Entah mengapa tiba-tiba batang hidung Hans bergerak ke bawah, dan sedikit menempelkannya di ceruk leher Vania.Membuat Vania menelan ludahnya, nafasnya naik turun tak karuan."Oke oke berhenti, aku jujur sekarang. Ya mereka anakmu." jawabnya sambil tangannya sedikit mendorong tubuh Hans.Namun itu semua tidak berhasil, tangannya tidak bisa berhasil mendorong tubuh Hans karena tumbuhan terlalu besar untuknya,Mekuatannya
Saat dia sedang tangannya asik bergerilya , Dia sedikit menyingkapkan baju Vania supaya tangannya bisa leluasa untuk menyentuh.Dia memasukkan tangannya ke dalam baju tidur Vania, dan dia mengelus perut bagian bawah Vania,Dan betapa terkejutnya Hans kala merasakan ada sebuah garis yang memanjang di bagian perut bawah Vania,Hans pun langsung membuka selimutnya, untuk melihat garis apa itu di tubuh Vania."Apa ini?" tanya Hans.Vania pun meraba bagian perut bawahnya dengan tangannya, dan dia merabanya secara halus."Ini adalah bekas luka operasi karena aku melahirkan Vero dan Vino." jawabnya.Hans tersentak kaget mendengar jawaban dari Vania, dia merasa jika dirinya laki-laki yang tak tahu diri dan kini dia akan mengulangi kesalahan yang sama.Hans pun menyentuh bekas luka itu kembali, dan dia menyentuhnya secara perlahan.Lalu dikeluarkan tangannya dari dalam baju Vania,"Hampir saja aku mengulangi lagi." ujarnya Lirih.Hans langsung melemparkan badannya di atas tempat tidur, dan di
Vania pun langsung bergegas segera mandi karena dia bangun agak kesiangan,Saat dia di dalam kamar mandi dia menyalakan showernya, dan dia membasuh seluruh tubuhnya, Dia tersenyum..Hatinya sungguh nampak bahagia, dia tak menyangka jika semalam itu adalah malam yang sangat mengesankan baginya.Dan Vania pun mengelus lembut dadanya yang banyak bekas memerah, lagi-lagi dia tersenyum.Dan dia pun langsung menyelesaikan mandinya,Dia keluar kamar mandi sambil memakai sebuah handuk yang melilit di tubuhnya dan juga handuk yang melilit kepala rambutnya yang basah.Saat dia keluar dia terkejut ternyata Hans sedang duduk di tepi tempat tidurnya, dia duduk sambil memperlihatkan dada bidangnya yang banyak bekas memerahnya,"Hay sayang." sapa Hans ke Vania.Hans beranjak dari duduknya, dan dia pun melangkahkan kakinya mendekati Vania yang tengah berdiri mematung karena melihat Hans.Hans memeluk tubuh Vania, dan dia menghirup aroma wangi di tubuh Vania,Dan dia hirup dalam-dalam, ini adalah se
Vania pun berpacu dengan waktu, dia berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik, sampai-sampai dia tak memikirkan kondisi perutnya, dia terus menggambar dan menggambar di atas kertas gaun rancangannya.Gaun yang dirancang dari jiwa yang dalam, gaun yang dirancang yang diperuntukkan seorang wanita yang memiliki jiwa petualang,Jam sudah menunjukkan pukul 05. 00 sore, dia masih terus menggambar, banyak kertas yang dia buang begitu saja karena banyak idenya yang kurang menarik menurutnya.Dia menggambar dengan tatapan mata yang tajam, beberapa kali ujung pensil patah karena kerasnya dia menekan, tak bisa diragukan lagi akan kerasnya dirinya untuk meng-upgrade diri lebih baik..Saat semua karyawan hendak akan pulang, Vania tetap saja masih duduk di kursi meja kerjanya."Ehh Vania ini udah sore kamu nggak pulang apa?" tanya Tiara.Vania pun menggelengkan kepalanya, "Enggak Aku harus menyelesaikan ini, aku harus bisa memenangkan ini, paling tidak karyaku dilelang dengan harga yang lumayan."
"Heh karyawan baru yang sok keras, kamu tidak ada apa-apanya di sini." ujar Vita yang berdiri di samping Vania.Vania yang mendengar itu dia pun memutar kedua bola matanya, dia menanggapinya dengan secara dingin.Vania pun menyingkirkan poni yang berada di sudut matanya, "Tenang saja waktu yang akan menjawab." jawab Vania.Vita melirikan matanya, dia menatap Vania dari atas sampai bawah,Dia seolah seperti mengejek penampilan Vania, penampilan yang tanpa ada barang branded yang menempel di tubuhnya.Tapi sejujurnya Vania tak menyukai barang branded, karena penampilan paling penting adalah bagian dari tubuhnya.Tak dipungkiri tubuhnya memang begitu indah, meliak liuk, tonjolan yang padat berisi, bagian depan maupun belakang,Apalagi kalau dia memakai celana panjang, terlihat sangat begitu menyenangkan."Kalau dilihat-lihat kamu adalah orang kurang mampu, lihatlah dirimu sangat begitu menyedihkan, tak ada pernak-pernik perhiasan mahal, jangankan itu tas aja dari brand lokal." serunya.V