Saat dia sedang tangannya asik bergerilya , Dia sedikit menyingkapkan baju Vania supaya tangannya bisa leluasa untuk menyentuh.Dia memasukkan tangannya ke dalam baju tidur Vania, dan dia mengelus perut bagian bawah Vania,Dan betapa terkejutnya Hans kala merasakan ada sebuah garis yang memanjang di bagian perut bawah Vania,Hans pun langsung membuka selimutnya, untuk melihat garis apa itu di tubuh Vania."Apa ini?" tanya Hans.Vania pun meraba bagian perut bawahnya dengan tangannya, dan dia merabanya secara halus."Ini adalah bekas luka operasi karena aku melahirkan Vero dan Vino." jawabnya.Hans tersentak kaget mendengar jawaban dari Vania, dia merasa jika dirinya laki-laki yang tak tahu diri dan kini dia akan mengulangi kesalahan yang sama.Hans pun menyentuh bekas luka itu kembali, dan dia menyentuhnya secara perlahan.Lalu dikeluarkan tangannya dari dalam baju Vania,"Hampir saja aku mengulangi lagi." ujarnya Lirih.Hans langsung melemparkan badannya di atas tempat tidur, dan di
Vania pun langsung bergegas segera mandi karena dia bangun agak kesiangan,Saat dia di dalam kamar mandi dia menyalakan showernya, dan dia membasuh seluruh tubuhnya, Dia tersenyum..Hatinya sungguh nampak bahagia, dia tak menyangka jika semalam itu adalah malam yang sangat mengesankan baginya.Dan Vania pun mengelus lembut dadanya yang banyak bekas memerah, lagi-lagi dia tersenyum.Dan dia pun langsung menyelesaikan mandinya,Dia keluar kamar mandi sambil memakai sebuah handuk yang melilit di tubuhnya dan juga handuk yang melilit kepala rambutnya yang basah.Saat dia keluar dia terkejut ternyata Hans sedang duduk di tepi tempat tidurnya, dia duduk sambil memperlihatkan dada bidangnya yang banyak bekas memerahnya,"Hay sayang." sapa Hans ke Vania.Hans beranjak dari duduknya, dan dia pun melangkahkan kakinya mendekati Vania yang tengah berdiri mematung karena melihat Hans.Hans memeluk tubuh Vania, dan dia menghirup aroma wangi di tubuh Vania,Dan dia hirup dalam-dalam, ini adalah se
Vania pun berpacu dengan waktu, dia berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik, sampai-sampai dia tak memikirkan kondisi perutnya, dia terus menggambar dan menggambar di atas kertas gaun rancangannya.Gaun yang dirancang dari jiwa yang dalam, gaun yang dirancang yang diperuntukkan seorang wanita yang memiliki jiwa petualang,Jam sudah menunjukkan pukul 05. 00 sore, dia masih terus menggambar, banyak kertas yang dia buang begitu saja karena banyak idenya yang kurang menarik menurutnya.Dia menggambar dengan tatapan mata yang tajam, beberapa kali ujung pensil patah karena kerasnya dia menekan, tak bisa diragukan lagi akan kerasnya dirinya untuk meng-upgrade diri lebih baik..Saat semua karyawan hendak akan pulang, Vania tetap saja masih duduk di kursi meja kerjanya."Ehh Vania ini udah sore kamu nggak pulang apa?" tanya Tiara.Vania pun menggelengkan kepalanya, "Enggak Aku harus menyelesaikan ini, aku harus bisa memenangkan ini, paling tidak karyaku dilelang dengan harga yang lumayan."
"Heh karyawan baru yang sok keras, kamu tidak ada apa-apanya di sini." ujar Vita yang berdiri di samping Vania.Vania yang mendengar itu dia pun memutar kedua bola matanya, dia menanggapinya dengan secara dingin.Vania pun menyingkirkan poni yang berada di sudut matanya, "Tenang saja waktu yang akan menjawab." jawab Vania.Vita melirikan matanya, dia menatap Vania dari atas sampai bawah,Dia seolah seperti mengejek penampilan Vania, penampilan yang tanpa ada barang branded yang menempel di tubuhnya.Tapi sejujurnya Vania tak menyukai barang branded, karena penampilan paling penting adalah bagian dari tubuhnya.Tak dipungkiri tubuhnya memang begitu indah, meliak liuk, tonjolan yang padat berisi, bagian depan maupun belakang,Apalagi kalau dia memakai celana panjang, terlihat sangat begitu menyenangkan."Kalau dilihat-lihat kamu adalah orang kurang mampu, lihatlah dirimu sangat begitu menyedihkan, tak ada pernak-pernik perhiasan mahal, jangankan itu tas aja dari brand lokal." serunya.V
"Bapak Hans, harusnya bapak pulang, jangan tinggal di sini tinggallah di rumah bapak yang lebih luas, lebih nyaman, lebih enak, ngapain bapak tinggal di sini?" ujar Vania.Hans yang memeluk Vania sambil mencium ceruk leher Vania, dia tersenyum, emang rumahnya lebih luas, lebih nyaman dan lebih enak namun itu tak sebanding yang dia rasakan saat di apartemen Vania.Hans melihat telinga Vania, lalu dia menciumnya."Kamu nggak bisa seperti itu sayang, tuan tanah tidak bisa diusir." jawab Hans.Vania yang tengah berdiri membelakangi Hans dia pun mengerutkan dahinya dia tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Hans, dan Vania sedikit berpikir keras untuk mencerna kata-kata Hans."Tuan tanah? Maksudnya gimana aku nggak paham." tanya Vania kembali.Hans membalikkan tubuh Vania, Hans dan Vania saling berhadapan satu sama lain.Hans yang memiliki ukuran tubuh sedikit tinggi dengan Vania, dia sedikit membungkuk untuk menatap wajah Vania.Hans meraih tangan Vania lalu meletakkan tangan Vania d
Mereka pun melihat kembali desain Vania yang berada di atas selembar kertas.Desainnya memiliki gambar yang sangat frontal, dan itu sangatlah tidak cocok dalam acara sakral pernikahan.Dan mereka pun gak mau tahu, tugas mereka hanya bekerja membantu mewujudkan.Dan Vania pun melihat bahan kain yang sudah dipesannya, dimana bahan kain tersebut memiliki nilai yang lumayan fantastis, jadi harus hati-hati dalam menggunakannya.Jadi jangan sampai salah gunting,Dan ketiga wanita itu akhirnya mengerjakan sesuai instruksi Vania,Sejujurnya Vania sudah memiliki beberapa pengalaman dalam hal ini, pengalaman yang didapatkan dari luar negeri dan sekarang akan diterapkan olehnya. Sebenarnya Vania bisa melakukannya sendiri namun berhubung waktunya mepet jadi dia perlu bantuan dalam mengerjakannya.Mereka berempat pun bekerja secara kompak, Dalam sehari ini mereka harus selesai mengerjakan itu, jadi mereka harus mempercepat cara kerja mereka.Jujur ini adalah suatu hal yang sangat menantang, dima
"Dengan bapak Hans? Kami dari pelaksana pundi amal mengundang anda untuk datang langsung ke acara kami, acara kami dihadiri oleh para petinggi perusahaan yang berasal dari banyak negara, silahkan bapak menghadiri acara yang kami selanggarakan dan partisipasi dalam acara kami yang kami adakan tiga minggu kedepan, apakah bapak bersedia menghadiri acara kami?" tanya orang yang balik telepon.Hans pun terdiam mendengar itu, ini adalah acara pundi amal yang selalu diadakan setiap tahun, dan setiap tahun pula Hans tak pernah hadir dalam acara tersebut.Baginya itu adalah acara yang kurang di minatinya dan tak disukanya karena menurutnya iru adalah acara yang banyak basa-basinya."Emmm...bagaimana ya?" ujar Hans.Hans sedikit bimbang untuk menghadiri acara tersebut, karena biasanya acara tersebut akan dihadiri banyak media dan Hans tak suka disorot."Maaf saya tidak bisa menghadiri acara tersebut, karena menurut saya acara tersebut bukanlah acara yang private, karena banyak mata kamera yang
Azka pun mendekatkan badannya ke sang istri, dan dia berbicara di dekat telinga Nilam."Dia mau datang tapi ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, dia tak ingin kau ada kamera, dia tidak ingin identitasnya terbongkar." bisik Azka.Padahal dokumentasi sangatlah do perlukan karena bisa mendongkrak elektabilitas personal di hadapan publik.Dan Nilam pun menepuk lengan suaminya, sebagai bentuk rasa pedulinya kepada suaminya untuk lebih sabar,Nilam menyadari jika Vania masih memiliki rasa dendam yang kuat di hatinya,Dan Nilam memberi instruksi jika akan berusaha untuk membujuk Vania bisa ikut berpartisipasi dalam acara tersebut, mengingat Vania adalah seorang desainer yang misterius, sehingga ada beberapa kalangan atas yang ingin mengetahui siapakah dia sesungguhnya.Rapat pun selesai...Azka dan Nilam melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Mereka keluar dari ruang rapat sambil berjalan beriringan. "Untuk masalah itu kita bicarakan di rumah, aku harus pergi dulu ya." seru Azka samb