Vania pun berpacu dengan waktu, dia berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik, sampai-sampai dia tak memikirkan kondisi perutnya, dia terus menggambar dan menggambar di atas kertas gaun rancangannya.Gaun yang dirancang dari jiwa yang dalam, gaun yang dirancang yang diperuntukkan seorang wanita yang memiliki jiwa petualang,Jam sudah menunjukkan pukul 05. 00 sore, dia masih terus menggambar, banyak kertas yang dia buang begitu saja karena banyak idenya yang kurang menarik menurutnya.Dia menggambar dengan tatapan mata yang tajam, beberapa kali ujung pensil patah karena kerasnya dia menekan, tak bisa diragukan lagi akan kerasnya dirinya untuk meng-upgrade diri lebih baik..Saat semua karyawan hendak akan pulang, Vania tetap saja masih duduk di kursi meja kerjanya."Ehh Vania ini udah sore kamu nggak pulang apa?" tanya Tiara.Vania pun menggelengkan kepalanya, "Enggak Aku harus menyelesaikan ini, aku harus bisa memenangkan ini, paling tidak karyaku dilelang dengan harga yang lumayan."
"Heh karyawan baru yang sok keras, kamu tidak ada apa-apanya di sini." ujar Vita yang berdiri di samping Vania.Vania yang mendengar itu dia pun memutar kedua bola matanya, dia menanggapinya dengan secara dingin.Vania pun menyingkirkan poni yang berada di sudut matanya, "Tenang saja waktu yang akan menjawab." jawab Vania.Vita melirikan matanya, dia menatap Vania dari atas sampai bawah,Dia seolah seperti mengejek penampilan Vania, penampilan yang tanpa ada barang branded yang menempel di tubuhnya.Tapi sejujurnya Vania tak menyukai barang branded, karena penampilan paling penting adalah bagian dari tubuhnya.Tak dipungkiri tubuhnya memang begitu indah, meliak liuk, tonjolan yang padat berisi, bagian depan maupun belakang,Apalagi kalau dia memakai celana panjang, terlihat sangat begitu menyenangkan."Kalau dilihat-lihat kamu adalah orang kurang mampu, lihatlah dirimu sangat begitu menyedihkan, tak ada pernak-pernik perhiasan mahal, jangankan itu tas aja dari brand lokal." serunya.V
"Bapak Hans, harusnya bapak pulang, jangan tinggal di sini tinggallah di rumah bapak yang lebih luas, lebih nyaman, lebih enak, ngapain bapak tinggal di sini?" ujar Vania.Hans yang memeluk Vania sambil mencium ceruk leher Vania, dia tersenyum, emang rumahnya lebih luas, lebih nyaman dan lebih enak namun itu tak sebanding yang dia rasakan saat di apartemen Vania.Hans melihat telinga Vania, lalu dia menciumnya."Kamu nggak bisa seperti itu sayang, tuan tanah tidak bisa diusir." jawab Hans.Vania yang tengah berdiri membelakangi Hans dia pun mengerutkan dahinya dia tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Hans, dan Vania sedikit berpikir keras untuk mencerna kata-kata Hans."Tuan tanah? Maksudnya gimana aku nggak paham." tanya Vania kembali.Hans membalikkan tubuh Vania, Hans dan Vania saling berhadapan satu sama lain.Hans yang memiliki ukuran tubuh sedikit tinggi dengan Vania, dia sedikit membungkuk untuk menatap wajah Vania.Hans meraih tangan Vania lalu meletakkan tangan Vania d
Mereka pun melihat kembali desain Vania yang berada di atas selembar kertas.Desainnya memiliki gambar yang sangat frontal, dan itu sangatlah tidak cocok dalam acara sakral pernikahan.Dan mereka pun gak mau tahu, tugas mereka hanya bekerja membantu mewujudkan.Dan Vania pun melihat bahan kain yang sudah dipesannya, dimana bahan kain tersebut memiliki nilai yang lumayan fantastis, jadi harus hati-hati dalam menggunakannya.Jadi jangan sampai salah gunting,Dan ketiga wanita itu akhirnya mengerjakan sesuai instruksi Vania,Sejujurnya Vania sudah memiliki beberapa pengalaman dalam hal ini, pengalaman yang didapatkan dari luar negeri dan sekarang akan diterapkan olehnya. Sebenarnya Vania bisa melakukannya sendiri namun berhubung waktunya mepet jadi dia perlu bantuan dalam mengerjakannya.Mereka berempat pun bekerja secara kompak, Dalam sehari ini mereka harus selesai mengerjakan itu, jadi mereka harus mempercepat cara kerja mereka.Jujur ini adalah suatu hal yang sangat menantang, dima
"Dengan bapak Hans? Kami dari pelaksana pundi amal mengundang anda untuk datang langsung ke acara kami, acara kami dihadiri oleh para petinggi perusahaan yang berasal dari banyak negara, silahkan bapak menghadiri acara yang kami selanggarakan dan partisipasi dalam acara kami yang kami adakan tiga minggu kedepan, apakah bapak bersedia menghadiri acara kami?" tanya orang yang balik telepon.Hans pun terdiam mendengar itu, ini adalah acara pundi amal yang selalu diadakan setiap tahun, dan setiap tahun pula Hans tak pernah hadir dalam acara tersebut.Baginya itu adalah acara yang kurang di minatinya dan tak disukanya karena menurutnya iru adalah acara yang banyak basa-basinya."Emmm...bagaimana ya?" ujar Hans.Hans sedikit bimbang untuk menghadiri acara tersebut, karena biasanya acara tersebut akan dihadiri banyak media dan Hans tak suka disorot."Maaf saya tidak bisa menghadiri acara tersebut, karena menurut saya acara tersebut bukanlah acara yang private, karena banyak mata kamera yang
Azka pun mendekatkan badannya ke sang istri, dan dia berbicara di dekat telinga Nilam."Dia mau datang tapi ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, dia tak ingin kau ada kamera, dia tidak ingin identitasnya terbongkar." bisik Azka.Padahal dokumentasi sangatlah do perlukan karena bisa mendongkrak elektabilitas personal di hadapan publik.Dan Nilam pun menepuk lengan suaminya, sebagai bentuk rasa pedulinya kepada suaminya untuk lebih sabar,Nilam menyadari jika Vania masih memiliki rasa dendam yang kuat di hatinya,Dan Nilam memberi instruksi jika akan berusaha untuk membujuk Vania bisa ikut berpartisipasi dalam acara tersebut, mengingat Vania adalah seorang desainer yang misterius, sehingga ada beberapa kalangan atas yang ingin mengetahui siapakah dia sesungguhnya.Rapat pun selesai...Azka dan Nilam melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Mereka keluar dari ruang rapat sambil berjalan beriringan. "Untuk masalah itu kita bicarakan di rumah, aku harus pergi dulu ya." seru Azka samb
" 7 tahun lalu Kamu ninggalin aku, kamu tahu... aku mencarimu seperti orang gila, syukur takdir bisa bertemu lagi." jawab Hans.Hans melepaskan jasnya yang menempel di badannya, lalu meletakkan jasnya di sebuah gantungan yang terletak di pinggir sofa, dan dia duduk di samping Vania." Sayang jangan lama-lama ya." seru Hans dengan mode manjanya.Hans menyadarkan kepalanya di sofa, lalu dia menatap Vania yang berada duduk di dekatnya,Menatapnya dengan lekat-lekat...Lalu meraih tubuh Vania dan dipeluk olehnya,Vania sedikit berontak, dia merasa sedikit Nggak enak hati. "Jangan gitu ah ini tempat umum, Ini kantor." serunya.Hans tak peduli, dia tetap memeluk Vania sampai Vania terjatuh dipelukannya.Namun tiba-tiba Hans melepaskan pelukannya, "sebentar-sebentar." ujarnya.Ternyata dasinya tertindih oleh tubuh Vania, yang membuat lehernya sedikit tertekan.Vania dengan ringan tangan dia membantu melepaskan dasi yang melilit di leher,Membuat Hans merasa sangat bahagia, ibarat kata cint
Hans menurunkan Vania dari atas tempat meja kerjanya,Dan Dia merapikan rambut Vania yang sedikit berantakan, merapikannya dengan penuh kelembutan dan penuh dengan cinta.Hans mendekatkan wajahnya ke telinga Vania, "sayang kamu keluar dulu, tunggu aku di tempat biasanya." bisiknya dengan penuh sensual.Dan Vania pun memegang wajah Hans dengan tangan kanannya, dia membelai lembut lalu mengecup pipi sebelah kirinya.Lalu dia pun keluar dari ruangan Hans tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Benar-benar wanita misterius..Saat Vania berjalan keluar, dia menatap punggung belakang Vania, hanya menatap punggungnya bisa membuat dirinya merasakan detakan jantungnya Begitu Terasa berdebar.Hans yang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di meja tempat kerjanya, dia tersenyum di sudut bibirnya.Dia merasakan atmosfer cinta yang sedang menguasai dirinya, perasaan yang tak pernah diberikan kepada wanita manapun.Hans tak tahu mengapa dirinya bisa begitu terobsesi dengan Vania, wanita cantik dengan