Azka pun mendekatkan badannya ke sang istri, dan dia berbicara di dekat telinga Nilam."Dia mau datang tapi ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, dia tak ingin kau ada kamera, dia tidak ingin identitasnya terbongkar." bisik Azka.Padahal dokumentasi sangatlah do perlukan karena bisa mendongkrak elektabilitas personal di hadapan publik.Dan Nilam pun menepuk lengan suaminya, sebagai bentuk rasa pedulinya kepada suaminya untuk lebih sabar,Nilam menyadari jika Vania masih memiliki rasa dendam yang kuat di hatinya,Dan Nilam memberi instruksi jika akan berusaha untuk membujuk Vania bisa ikut berpartisipasi dalam acara tersebut, mengingat Vania adalah seorang desainer yang misterius, sehingga ada beberapa kalangan atas yang ingin mengetahui siapakah dia sesungguhnya.Rapat pun selesai...Azka dan Nilam melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Mereka keluar dari ruang rapat sambil berjalan beriringan. "Untuk masalah itu kita bicarakan di rumah, aku harus pergi dulu ya." seru Azka samb
" 7 tahun lalu Kamu ninggalin aku, kamu tahu... aku mencarimu seperti orang gila, syukur takdir bisa bertemu lagi." jawab Hans.Hans melepaskan jasnya yang menempel di badannya, lalu meletakkan jasnya di sebuah gantungan yang terletak di pinggir sofa, dan dia duduk di samping Vania." Sayang jangan lama-lama ya." seru Hans dengan mode manjanya.Hans menyadarkan kepalanya di sofa, lalu dia menatap Vania yang berada duduk di dekatnya,Menatapnya dengan lekat-lekat...Lalu meraih tubuh Vania dan dipeluk olehnya,Vania sedikit berontak, dia merasa sedikit Nggak enak hati. "Jangan gitu ah ini tempat umum, Ini kantor." serunya.Hans tak peduli, dia tetap memeluk Vania sampai Vania terjatuh dipelukannya.Namun tiba-tiba Hans melepaskan pelukannya, "sebentar-sebentar." ujarnya.Ternyata dasinya tertindih oleh tubuh Vania, yang membuat lehernya sedikit tertekan.Vania dengan ringan tangan dia membantu melepaskan dasi yang melilit di leher,Membuat Hans merasa sangat bahagia, ibarat kata cint
Hans menurunkan Vania dari atas tempat meja kerjanya,Dan Dia merapikan rambut Vania yang sedikit berantakan, merapikannya dengan penuh kelembutan dan penuh dengan cinta.Hans mendekatkan wajahnya ke telinga Vania, "sayang kamu keluar dulu, tunggu aku di tempat biasanya." bisiknya dengan penuh sensual.Dan Vania pun memegang wajah Hans dengan tangan kanannya, dia membelai lembut lalu mengecup pipi sebelah kirinya.Lalu dia pun keluar dari ruangan Hans tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Benar-benar wanita misterius..Saat Vania berjalan keluar, dia menatap punggung belakang Vania, hanya menatap punggungnya bisa membuat dirinya merasakan detakan jantungnya Begitu Terasa berdebar.Hans yang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di meja tempat kerjanya, dia tersenyum di sudut bibirnya.Dia merasakan atmosfer cinta yang sedang menguasai dirinya, perasaan yang tak pernah diberikan kepada wanita manapun.Hans tak tahu mengapa dirinya bisa begitu terobsesi dengan Vania, wanita cantik dengan
Mereka berdua yang baru saja selesai makan malam bersama memutuskan untuk pergi ke sebuah Apotek terdekat,Mereka pergi dengan hati yang berbunga-bunga, mereka merasakan cinta mereka bersambut dengan bahagia."Kenapa ya kita nggak dari dulu seperti ini?" tanya Tiara kepada Andre.Andre pun tersenyum, Dia yang selama ini begitu cuek akhirnya memiliki seorang kekasih.Karena selama ini Andre selalu melihat Jika seorang wanita itu akan menerima seorang laki-laki jika laki-laki itu kaya raya, ternyata pemikirannya itu sangatlah berbeda ternyata masih ada seorang wanita yang mau menerima dirinya apa adanya."Ya sudah kita jalani aja hubungan kita." jawabnya sambil mengemudikan mobilnya.Mereka pun langsung menuju apotek terdekat dari posisi mereka berada,Dimana mereka sedang berada di sebuah restauran yang bergaya eropa yang tak jauh dari kantor.Mereka pun harus menempuh jarak sekitar 2 kilometer untuk sampai di apotek terdekat.Perjalanan yang sedikit agak jauh namuan terasa dekat jik
Tiara pun membuka matanya lebar-lebar dan dia melihatnya sekali lagi untuk memperjelas apa yang dilihatnya di depan matanya,Ya tiara sedang melihat sebuah foto dimana terdapat dua anak yang sedang bergandengan dengan seorang wanita.Dan wanita itu adalah Vania.Tiara pun menelan ludahnya."Apa mungkin ini apartemen Vania," ujarnya lirih sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena dia sangat tidak percaya akan hal yang dilihatnya. "Nggak mungkin, ini gak mungkin, dia sudah punya anak? Nggak mungkin ini." lanjutnya ya masih tak percaya.Saat Tiara sedang melihat itu, Hans keluar dari kamar kedua anaknya diikuti oleh Andre yang berjalan di sampingnya.Hans yang melihat Tiara sedang berdiri di depan Almari pembuat dirinya terkejut."Aduuuh." ujarnya di dalam hati khawatir.Dan Tiara pun berjalan mendekati Hans yang tengah berdiri bersama dengan Andre sang kekasihnya.Hans pun menyuruh Andre dan Tiara untuk duduk. "Silahkan kalian duduk." seru Hans,Dan mereka berdua pun duduk, sedangkan
"Ahhh." gumamnya dalam hati yang tak tahan.Tentu saja Andre yang sebagai seorang laki-laki Dia sedikit kurang bisa menguasai dirinya apalagi menguasai hal itu di hadapan orang yang dekat dengannya.Dan Andre yang tengah duduk di sofa, dia melihat Tiara yang tengah beranjak dari duduknya dan berjalan masuk ke kamarnya.Andre melihat bagian belakang tubuh Tiara, yang membuat dirinya semakin tak bisa menguasai dan mengontrol keadaannya sendiri.Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan berusaha menyadarkan pikirannya yang sudah tak karuan entah ke mana."Arggggghhh.. Aku harus pulang secepatnya ini." lanjut ujarnya Lirih.Saat dia Sedang berperang dengan pikirannya, Tiara yang berjalan keluar dari kamarnya lalu berbelok ke dapur miliknya.Dia mengambil sebuah minuman berada di dalam kulkas, minuman kemasan dengan mengandung sedikit soda untuk menghangatkan tubuh di malam hari.Tiara pun mengambil posisi duduk di samping Andre, "ini minum." ujarnya.Andre meraih botol minuman tersebut, dan
Dia berada di sebuah room besar yang berada di dalam sebuah hotel, di sana tempat berkumpulnya orang yang mengikuti event yang diadakan oleh penyelenggara.Vania duduk paling belakang sendiri, dia duduk seorang diri.Dia duduk dengan tenang sambil tangannya memegang sebuah gelas yang berisi sebuah jus orange.Seperti biasa dia memakai sebuah pakaian kerja yang formal.Dia memakai sebuah kemeja yang berwarna putih dengan jas yang berwarna hitam.Dan dia juga memakai bawahan celana panjang dengan warna yang serupa dengan warna jasnya.Vania menata rambutnya dengan rapi dengan menggelungnya kebelakang,dia juga menggunakan sedikit riasan kalem yang menempel di wajahnya sehingga terlihat lebih menggoda hidungnya yang mancung itu.Dia terlihat sangat dingin dan sangat begitu cuek, dia sama sekali tak ada raut wajah senyumnya.Wajahnya lempeng-lempeng saja.Vania melihat jam di tangan kanannya dan dia sepertinya ingin segera beranjak dari ruangan itu yang di penuhi banyak orang.Menurutnya
Vania pun lekas menutup panggilan telepon tersebut, dan dia memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Maaf saya harus segera pergi, karena keluarga saya ada yang sakit." ujarnya berpamitan.Vania pun langsung beranjak dari duduknya, dia pun berdiri sambil membungkukkan badannya.Putri konglomerat tersebut juga ikut berdiri dan membungkukkan badannya sebagai balasan hormat dari Vania. "Sebentar ibu vania." ucapnya yang menghentikan langkahnya.Putih konglomerat tersebut melangkahkan kakinya ke meja kerjanya, dan dia pun meraih sebuah kartu yang berada di laci mejanya.Dia memegang kartu tersebut dengan tangan kanannya. "Siapa yang sakit ibu vania?" tanya putri konglomerat tersebut yang sedikit penasaran.Vania pun melangkahkan kakinya, dia berjalan mendekati putri konglomerat tersebut yang menghampiri dirinya."Suami saya." jawabnya.Vania terpaksa berbohong, karena dia tak tahu harus jawab apa, secara Hans bukanlah siapa-siapanya.Putri konglomerat tersebut mengulurkan kartu yang berisi s