"Terus apa rencana kamu sekarang?" tanya Hans kepada Vania.Hans sedikit penasaran dengan jjlan pikiran VaniaDan Vania pun mulai berbicara serius, dia berusaha untuk mengatur strategi supaya apa yang direncanakan berjalan dengan mulus."Sekarang gini saja pak bapak, kita lakukan pra-perilisan dengan siaran langsung di media sosial perusahaan bapak, nanti akan banyak komentar masuk dan kita lihat respon mereka," ujar Vania.Hans yang mendengar ide Vania dia pun mengerutkan dahinya dia tak paham dengan apa yang ingin dilakukan oleh Vania. "Ya pasti jelaslah respon mereka negatif?" jawab Hans kepada Vania.Vania pun terdiam, dalam diamnya dia masih berpikir keras.Dia sangat kuat dalam menginginkan sesuatu dan berusaha untuk terwujud secepatnya.Berarti kedepannya dia juga harus memberikan ruang jika para respon warganet begitu sangat negatif, dan itu jelas akan berdampak untuk karyanya."Ahhh nggak usah dipikir dulu Pak yang penting rencana kita yang pertama kita lakukan saja." jawab
"Aduh mati gue." gumam Andre.Andre pun memegang kepalanya, dia nampak pusing dengan tingkah bosnya itu."Ohh tidak jika sampai bos besar tahu matilah aku." lanjutnya.Bos besar itu adalah papa Hans, orang yang mengendalikan dan mengamati perusahan dari jauh.Dia juga yang memegang semua perusahan termasuk perusahan cabang yang berada di beberapa negara.*******Hans pun lagi bersiap di ruangannya. Dia memakai baju setelan jas berwarna hitam.Saat Hans merapikan jasnya di depan cermin datar yang berukuran setinggi badannya, dia menghela nafas panjangnya.Hans berpikir jika Ini adalah sebuah tindakan yang harus di pertanggung jawabkan olehnya kedepannya.Ini adalah keputusan yang besar untuk Hans, dan Hans juga berpikir jika semua ini terjadi karena dirinya kurang teliti dalam bekerja, "Ku akui keputusan yang ku ambil kemarin adalah keputusan emosi bukan rasional, aku terlalu menggebu-gebu dalam merilis." gumamnya dalam hati sedikit menyesal."Oke Hans kamu harus bisa, kamu berada di
"Terus jika kamu tetap melakukan itu, apa kamu gak mikir dana keuangan kita, kemarin kita sudah rugi itu sangat jelas Hans, Harusnya kamu mikir Hans, nasib perusahaan ini di tangan kamu." ujar pak Bram yang nampak begitu marah.Pak Bram mendengus kesal, namun dia berusaha untuk menahannya, mengingat ini adalah kali pertama dalam sejarah perusahan mengalami masalah di tangan Hans.Hans yang mendengar itu dia menghembuskan nafas panjangnya.Sejujurnya kepalanya terasa amat berat karena memikirkan masalah itu, namun sebagai pemimpin dia di tuntut untuk tenang dalam segala kondisi.p"Masalah itu sudah aku pikirkan matang-matang pa, yang terpenting sekarang kita harus memulihkan nama brand besar kita. Yang jelas aku harus bertindak dari pada diam." jawab Hans.Pak Bram sepertinya sudah putus asa, dia pun pergi meninggalakan Hans seorang diri."Terserah kamu Hans, yang jelas apa oun keputusan nu kamu harus menanggung resikonya, ingat kita perusahaan besar, kita menaungi banyak karyawan di b
"Ayo saya antar, lagian ini sudah malam, takut ada apa-apa di jalan." seru Hans kepada Vania.Vania yang berdiri dia pun tak menolak ajakan dari Hans, memang dasarnya sudah malam.Dan yang pasti dengan pulang bersama Hans maka dirinya akan cepat sampai rumah tanpa menunggu taksi lewat.Vania menganggukan kepalanya dan dia pun berjalan di belakang Hans mengikuti langkah Hans.Jujur hati Vania saat ini merasa bahagia.Entahlah, mungkin Vania merasa di perhatikan oleh Hans, atau karena karyanya di setujui untuk di rilis.Tapi yang jelas hatinya sangat berbunga-bunga.Saat Vania yang berjalan di belakang Hans, Vania menatap punggung Hans yang tegap dan kekar, "Hiiissstttt," Vania yang terkejut dengan pikirannya yang sedikit mepayang kemana-mana.Vania berusaha membuang jauh-jauh pikirannya,Dengan Vania melihat di setiap sudut kantor yang terlihat begitu sepi dan yang ada hanya seorang petugas keamanan yang berjaga.Hans pun mengantar Vania pulang dengan kendaraan pribadinya.*******Ses
Vania masuk dan dia langsung menemui kepala blok.Vania langsung mengadakan intruksi dadakan guna memperlancar produksi karya miliknya.Vania melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam sebuah ruangan berukuran 4×4 dimana ruangan itu memiliki meja yang besar dan di kelilingi beberapa kursi."Selamat pagi." sapa Vania kepada 3 orang yang sudah duduk menunggu dirinya.Mereka bertiga langsung beranjak dari duduknya, dan berdiri."Selamat pagi bu." jawabnya lalu membungkukan badannya sebagai tanda hormat kepada Vania.Vania pun membalas dengan membungkukan badannya lalu dia mengambil posisi duduk.Vania pun langsung memulai intruksi sebelum produksi akan di lakukaan.Vania harus bisa bergerak dengan cepat dan yang pasti harus tepat."Terimakasih ya pak, perkenalkan saya Vania, di sini saya akan melakukan pembuatan karya milik saya." ujar Vania memperkenalkan diri sambil memberikan sebuah lampiran gambar karya miliknya kepada tiga orang tersebut.Mereka bertiga meraih kertas milik Vania,Mere
Vania pun menuruti ahli pengrajin itu, dan Vania terkejut melihat karyanya yang nampak lebih istimewa lagi.Vania yang notabanenya seorang desiner muda yang namanya sudah tersohor, dia masih terus belajar dan terkadang dia masih mendengar masukan-masukan orang yang lebih tua darinya karena Vania sangat memahami bahwasanya orang yang lebih tua usianya pasti memiliki banyak pengalaman, *******Di sisilain Hans yang sedang di kantor, Tepatnya berada di ruangannya.Ruangan Hans memiliki berukuran 6×6 yang memiliki 2 view yang sangat menyenangkan,View pertama menghadap ke barat memperlihatkan pemandangan taman kota yang di aliri sungai apalagi jika sore hari akan nampak indah kala melihat matahari akan tenggelam, di tempat itu banyak orang yang menghabiskan akhir pekannya dengan berjalan-jalan di pinggiran sungai.View kedua memperlihatkan jalanan kota yang memiliki kesibukan yang lumayan padat di jam-jam tertentu,View kedua ini juga Hans bisa melihat rumah sakit kota, pusat perbela
Andre pun langsung menyuruh Vero dan Vino untuk bersembunyi."Eh kalian sembunyi dulu ya, please." ujar Andre memohon kepada dia anak kembar itu.Kedua anak Vania melirikan matanya, dia sepertinya ogah untuk sembunyi dan menuruti orang yang tak di kenalnya itu.Dan seketika itu pak Bram membuka pintu ruangan Hans,Andre pun gelabakan dia pun menarik paksa dua anak kembar itu sembunyi di balik sofa."Hey Andre dimana si Hans?" tanya pak Bram sambil melangkahkan kakinya mendekati Andre yang tengah berdiri dengan setetes kringat yang membasahi dahinya."Bos Ha Hans lagi meeting pak." jawab Andre yang sedikit gugup.Pak Bram menatap Andre, dia sepertinya sedikit penasaran mengapa Andre begitu kaku, tak seperti biasanya.Namun sayang langkahnya terhenti, asistennya memanggil dirinya untuk menghadiri rapat yang di pimpin Hans.Dan pak Bram membalikan badannya dan dia pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Hans. Andre yang melihat itu dia dapat bernapas dengan lega, "Haahhhh syu
Keesokan harinya,Vania bekerja dengan keras, Dia hari ini sedang mengadakan event kecil-kecilan, dimana dia mengadakan promosi di temani oleh beberapa wanita cantik yang di bayarnya dengan uang pribadinya sebagai penunjang dan simpati para pengunjung untuk melihatnya.Ini adalah sebuah perjuangan yang sangat besar buat Vania. Meskipun ini hal kecil di mata orang lain namun ini akan berdampak sangat besar buat dirinya.Ini adalah sebuah ajang pembuktian Vania kepada dunia bahwa dirinya bisa menjadi besar di mana pun berada.Ini adalah sebuah keadaan yang harus di laluinya dengan kesabaran dan ketekunan, dan tak lupa dengan tekat yang bulat serta tak takut dalam menghadapi situasi yang buruk sekaligus.Di pagi hari tepat pukul 9 pagi Vania bersama 3 orang wanita muda yang kompak berpakaian setelan jas berwarna hitam, dengan celana panjang dengan warna senada.Mereka berdiri di sebuah tempat khusus fashion, mereka berdiri sambil menawarkan kepada para pengunjung sebuah lembaran kerta