Share

Chapter 97 Kabar Buruk

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-12-23 07:29:13

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Ryan datang dengan cepat, menunjukkan kesungguhan dalam pekerjaannya.

“Apa kau mendapat kabar dari Samuel?” tanya Henry tiba-tiba.

Ryan mengerutkan kening sesaat, lalu dia mengangguk. “Terakhir Tuan Samuel memberi kabar pada jam sembilan pagi. Beliau mengatakan jika mereka segera berangkat ke rumah sakit.”

Henry menghela napas. Sepertinya semuanya berjalan dengan normal, lalu kenapa dengan hatinya yang seperti merasa tidak beres. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak.

“Apa dia tidak memberi kabar lagi?”

Ryan menggelengkan kepala cepat. “Belum, Tuan. Tuan Samuel belum memberikan kabar lagi.”

Henry hanya bisa berdesis pelan.

Ryan menatap ekspresi Henry, dia bisa melihat wajah gelisah dari tuannya itu. “Eem … Tuan, apa ada sesuatu?”

Henry kembali mengangkat pandangannya ke arah Ryan. “Tidak ada. Hanya saja ….” Ucapannya terjeda karena seperti tidak yakin. Sepertinya itu hanya perasaannya saja.

Henry mengangkat pergelangan tangannya, melihat jam di pe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 98

    Ruangan rumah sakit terasa sunyi, hanya suara alat medis dan para perawat yang dengan lembut membersihkan darah yang menempel di lengan Samuel.Samuel mengerang pelan, matanya mulai membuka, berusaha memahami di mana dia berada. Tubuhnya terasa berat dan nyeri menjalar di setiap inci.Pandangan matanya yang buram itu bisa mengenali Dave yang berdiri di antara kerumunan para perawat yang membantunya.“Dave .…” suaranya serak dan lemah. “Eva … di mana Eva?”Dalam keadaan lemah pun, dia tetap memikirkan bagaimana Eva. Perasaan yang dia tunjukkan begitu besar pada Eva. Dave menoleh, menatap Samuel dengan cemas. “Nona Eva ada di ruangan lain, Tuan. Keadaannya cukup stabil, tapi masih belum sadar. Anda jangan khawatir, saya susah menghubungi Tuan Henry.”Samuel terbatuk ringan, rasa sakit di tubuhnya membuatnya mengerang lagi. “Dia tidak terluka parah, ‘kan? Harusnya hari ini dia operasi.” Dave menjawab dengan ramah, “Nona Eva hanya luka ringan, Tuan. Anda tenang saja. Sebaiknya Anda piki

    Last Updated : 2024-12-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 99

    Kabar kecelakaan Eva dan Samuel itu telah sampai di telinga Martin. Dia datang ke rumah sakit, wajahnya tegang penuh emosi. Langkahnya cepat menyusuri lorong. Begitu memasuki ruangan Eva, dia hanya melihat keberadaan Ryan di sana, tidak dengan Henry. Melihat kedatangan Martin, Ryan segera bangkit, membungkukkan badannya memberikan hormat pada Tuan Besarnya. “Selamat sore, Tuan.”“Di mana Anak itu?” Tanpa basa-basi dia menanyakan keberadaan Henry.Ryan bisa melihat jelas wajah tidak bersahabat dari Martin. “Tuan Henry ada urusan di luar, Tuan Besar,” jawabnya.“Suruh dia kembali dengan cepat!” Martin memberikan titah dengan tegas, membuat Ryan ketar-ketir. “Ba-baik, Tuan.” Dengan cepat Ryan meraih ponselnya, mencari nomor ponsel Henry. Baru saja dia meletakkan ponsel di telinganya, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok Henry yang baru saja tia. Ryan bernapas lega, akhirnya dia terselamatkan. Masih berada di ambang pintu, Henry sudah disambut tatapan tajam dari papanya, seol

    Last Updated : 2024-12-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 100 Frustasi Julia

    Malam hari, di apartemen, Julia duduk di ruang tamu, tangannya terkepal erat di atas lutut, menahan amarah yang mulai memuncak. Matanya menatap kosong ke luar jendela, meski pikirannya jauh dari pemandangan itu. Kecelakaan yang melibatkan Eva itu menjadi kabar yang baru saja dia terima, dan berita yang datang tidak seperti yang dia harapkan. Eva hanya terluka kecil, sebuah cedera ringan yang tidak sebanding dengan harapannya. Itu bukan bagian dari rencananya.Selama ini, Julia telah merencanakan segalanya, menyusun langkah demi langkah untuk memastikan Eva menerima akibatnya. Julia merasa cemburu, merasa bahwa Eva telah mengambil Henry yang seharusnya menjadi miliknya. Segala kebahagiaan, perhatian, dan kasih sayang yang dia inginkan, semuanya diberikan pada Eva. Dan demi mendapatkan Henry kembali, dia bertekad untuk membuat Eva merasakan pahitnya hidup.Namun, ketika kabar datang bahwa Eva hanya mengalami luka ringan, kemarahan Julia meledak. Semua usaha yang telah dia lakukan, ter

    Last Updated : 2024-12-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 1

    “Wah, coba lihat. Menantu cacat dari keluarga Harrison ikut bergabung di sini.” Baru saja Eva terduduk. Ia sudah mendapatkan sambutan sinis dari kerabat suaminya. Hari ini, Eva ikut menghadiri pesta pernikahan kerabat jauh dari Henry, suaminya. Namun, kehadirannya tidak disambut dengan baik. Salah satu dari mereka, Bibi Maria, mulai menyahuti. “Henry, kenapa kau harus membawa perhiasan tidak layak sepertinya? Tampaknya dia lebih cocok berada di etalase daripada di keluarga kita.”Anggota kerabat lainnya menatap Eva dengan tatapan mengejek. “Wanita yang berasal dari latar belakang biasa dan juga memiliki penyakit mata, ya. Aku tidak yakin dia bisa melakukan tugas-tugas sebagai istri dengan benar.”“Kami bisa mengenalkanmu pada wanita yang layak denganmu. Kenapa kau harus memilih wanita rendahan sepertinya, Henry?” Eva menundukkan, menyembunyikan wajahnya. Ia berusaha bersikap tenang, tetapi rasa sakit hati mulai membanjiri hatinya. Dia tahu, bahwa setiap acara seperti ini, ia hany

    Last Updated : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 2

    Eva merogoh tasnya, mencari obat tetes mata yang biasa ia gunakan. Namun sayangnya, dia tidak membawa obat tersebut.Eva menepuk keningnya pelan. “Aah … aku lupa membawanya karena terburu-buru.”Rasa perih di matanya itu kini menjalar ke kepala. Eva memukul kepalanya berulang kali, berniat menormalkan pandangannya. Namun pandangan matanya semakin gelap.Eva mulai melangkahkan kakinya menjauh dari sana. Perjalannya ternyata tidak mulus. Dia tersungkur karena pandangan matanya gelap.“Awsh.” Eva merintih kesakitan. Lututnya terasa perih.Eva kembali bangkit melupakan rasa perih di lututnya. Ia terus berjalan sampai di tepi jalan besar dengan langkah kaki tersandung. Tangannya melambai menghentikan taksi yang sedang melaju. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam lamanya, Eva tiba di Central Park Tower Penthouse. Penthouse mewah yang ia tempati bersama Henry. Di mana suasana di dalamnya sangat sunyi dan dingin. Tak ada kehangatan atau warna di dalamnya.Eva berjalan dengan lesu,

    Last Updated : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 3

    Hari demi hari berlalu, Eva kembali menjalani hari dengan kekosongan dan keterasingan. Setelah acara pesta beberapa hari yang lalu, Henry semakin menjaga jarak dengannya.Malam ini, Henry menghadiri gala perusahaan, yang bertempat di The Pierre Hotel. Seperti biasa, suaminya akan pergi bersama Julia, suaminya tidak pernah membawanya ke acara-acara tersebut. Eva bisa merasakan jika kedua orang itu masih menyimpan perasaan satu sama lain. Pikirannya kembali ke percakapan mereka. Henry berbicara dengan nada dinginnya saat Eva bertanya kenapa suaminya itu tidak pernah membawanya ke acara-acara tersebut. “Kita sudah membicarakan ini sebelumnya Eva. Aku tidak mau jika pernikahan ini menjadi perbincangan di kantor.” “Sadar dirilah! Ingat kondisimu. Bagaimana nanti jika khalayak umum tahu jika aku menikahi wanita sakit-sakitan sepertimu!”Eva menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Ia baru saja memeriksa penglihatannya di cermin, merasakan rabunnya semakin parah. Setia

    Last Updated : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 4

    Eva baru saja keluar dari rumah sakit, memeriksakan kembali kondisi matanya dan menebus obat. Sebelum kembali ke penthouse, Eva singgah di kafe tepi jalan yang biasa ia lewati. Aroma kopi segar dan kue yang baru dipanggang menyambutnya. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan kedamaian yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.Seorang Barista membawa cappucino dan kue coklat ke mejanya. “Ini pesanan Anda.”“Terima kasih.”Eva menyeruput cappucino miliknya dengan tenang. Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama saat suara wanita memecah keheningan.“Oh, Eva, kita bertemu di sini rupanya.” Tanpa persetujuan, wanita itu duduk begitu saja di kursi sebelahnya.Eva menyipitkan kedua matanya untuk melihat siapa yang datang. Samar-samar dia bisa melihat. Ternyata wanita itu adalah Julia, sekertaris sekaligus mantan kekasih dari Henry.Untuk apa dia berada di sini? Apakah Julia tidak bekerja?Eva mencoba untuk bersikap tenang dan memasang senyum di depan Julia.Ketika Julia melihat Eva, dia

    Last Updated : 2024-08-09
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 5

    “Henry.” Henry menoleh saat Eva memanggilnya. Senyum miring terbit di wajahnya. Ia sudah menduga, pasti istrinya itu akan mengubah keputusannya.Tak mungkin Eva berani dengan keputusan sebesar itu. “Kau mau merubah keputusanmu?” Henry bertanya dengan penuh percaya diri.“Aku sudah mengurus perceraian kita. Semua dokumen sudah diproses, aku juga sudah menghubungi pengacara untuk membantu mempercepat prosesnya. Kita hanya menunggu keputusan resmi dari pengadilan.” Eva berbicara dengan tenang tanpa beban.Seketika, ekspresi Henry berubah drastis. Rahangnya mengeras, matanya membesar karena terkejut. Apa yang dikatakan Eva bukan kebohongan. Henry melangkah, mendekat ke arah Eva dengan penuh amarah. “Katakan sekali lagi apa alasanmu meminta bercerai? Apa karena uang yang kau terima dariku sudah cukup untuk membuatmu seberani ini padaku?”Eva menggeleng cepat. “Tidak ada yang perlu dipertahankan dalam rumah tangga kita.” Eva menjawab dengan santai. Ada rasa geram saat suaminya selalu me

    Last Updated : 2024-08-09

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 100 Frustasi Julia

    Malam hari, di apartemen, Julia duduk di ruang tamu, tangannya terkepal erat di atas lutut, menahan amarah yang mulai memuncak. Matanya menatap kosong ke luar jendela, meski pikirannya jauh dari pemandangan itu. Kecelakaan yang melibatkan Eva itu menjadi kabar yang baru saja dia terima, dan berita yang datang tidak seperti yang dia harapkan. Eva hanya terluka kecil, sebuah cedera ringan yang tidak sebanding dengan harapannya. Itu bukan bagian dari rencananya.Selama ini, Julia telah merencanakan segalanya, menyusun langkah demi langkah untuk memastikan Eva menerima akibatnya. Julia merasa cemburu, merasa bahwa Eva telah mengambil Henry yang seharusnya menjadi miliknya. Segala kebahagiaan, perhatian, dan kasih sayang yang dia inginkan, semuanya diberikan pada Eva. Dan demi mendapatkan Henry kembali, dia bertekad untuk membuat Eva merasakan pahitnya hidup.Namun, ketika kabar datang bahwa Eva hanya mengalami luka ringan, kemarahan Julia meledak. Semua usaha yang telah dia lakukan, ter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 99

    Kabar kecelakaan Eva dan Samuel itu telah sampai di telinga Martin. Dia datang ke rumah sakit, wajahnya tegang penuh emosi. Langkahnya cepat menyusuri lorong. Begitu memasuki ruangan Eva, dia hanya melihat keberadaan Ryan di sana, tidak dengan Henry. Melihat kedatangan Martin, Ryan segera bangkit, membungkukkan badannya memberikan hormat pada Tuan Besarnya. “Selamat sore, Tuan.”“Di mana Anak itu?” Tanpa basa-basi dia menanyakan keberadaan Henry.Ryan bisa melihat jelas wajah tidak bersahabat dari Martin. “Tuan Henry ada urusan di luar, Tuan Besar,” jawabnya.“Suruh dia kembali dengan cepat!” Martin memberikan titah dengan tegas, membuat Ryan ketar-ketir. “Ba-baik, Tuan.” Dengan cepat Ryan meraih ponselnya, mencari nomor ponsel Henry. Baru saja dia meletakkan ponsel di telinganya, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok Henry yang baru saja tia. Ryan bernapas lega, akhirnya dia terselamatkan. Masih berada di ambang pintu, Henry sudah disambut tatapan tajam dari papanya, seol

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 98

    Ruangan rumah sakit terasa sunyi, hanya suara alat medis dan para perawat yang dengan lembut membersihkan darah yang menempel di lengan Samuel.Samuel mengerang pelan, matanya mulai membuka, berusaha memahami di mana dia berada. Tubuhnya terasa berat dan nyeri menjalar di setiap inci.Pandangan matanya yang buram itu bisa mengenali Dave yang berdiri di antara kerumunan para perawat yang membantunya.“Dave .…” suaranya serak dan lemah. “Eva … di mana Eva?”Dalam keadaan lemah pun, dia tetap memikirkan bagaimana Eva. Perasaan yang dia tunjukkan begitu besar pada Eva. Dave menoleh, menatap Samuel dengan cemas. “Nona Eva ada di ruangan lain, Tuan. Keadaannya cukup stabil, tapi masih belum sadar. Anda jangan khawatir, saya susah menghubungi Tuan Henry.”Samuel terbatuk ringan, rasa sakit di tubuhnya membuatnya mengerang lagi. “Dia tidak terluka parah, ‘kan? Harusnya hari ini dia operasi.” Dave menjawab dengan ramah, “Nona Eva hanya luka ringan, Tuan. Anda tenang saja. Sebaiknya Anda piki

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 97 Kabar Buruk

    “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Ryan datang dengan cepat, menunjukkan kesungguhan dalam pekerjaannya.“Apa kau mendapat kabar dari Samuel?” tanya Henry tiba-tiba.Ryan mengerutkan kening sesaat, lalu dia mengangguk. “Terakhir Tuan Samuel memberi kabar pada jam sembilan pagi. Beliau mengatakan jika mereka segera berangkat ke rumah sakit.” Henry menghela napas. Sepertinya semuanya berjalan dengan normal, lalu kenapa dengan hatinya yang seperti merasa tidak beres. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. “Apa dia tidak memberi kabar lagi?” Ryan menggelengkan kepala cepat. “Belum, Tuan. Tuan Samuel belum memberikan kabar lagi.”Henry hanya bisa berdesis pelan. Ryan menatap ekspresi Henry, dia bisa melihat wajah gelisah dari tuannya itu. “Eem … Tuan, apa ada sesuatu?” Henry kembali mengangkat pandangannya ke arah Ryan. “Tidak ada. Hanya saja ….” Ucapannya terjeda karena seperti tidak yakin. Sepertinya itu hanya perasaannya saja. Henry mengangkat pergelangan tangannya, melihat jam di pe

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 96 Kecelakaan

    Roda mobilnya berputar pelan, mengikuti kendaraan Samuel dengan penuh perhitungan, memastikan tak ada yang menyadari kehadirannya.Setiap tikungan, setiap perubahan arah, Julia tidak melewatkan satu detik pun. Dia mengemudikan mobilnya dengan cekatan di jalan yang lengang. Tangan kirinya mantap menggenggam kemudi, sementara tangan kanannya meraih ponsel di salam tasnya. Setelah menekan nomor, dia menempelkan ponsel ke telinga, suaranya tenang namun penuh wewenang saat berbicara dengan orang suruhannya. “Kau bisa melihat mobil hitam di depanku, bukan?”Terdengar suara tegas di balik teleponnya. “Saya bisa melihatnya, Nona.”“Kau mengerti apa maksudku, kan?” ucap Julia lagi. “Mengerti, Nona.”“Lakukan sekarang. Aku tidak mau wanita bodoh itu merebut semua yang jadi milikku!” nada suaranya penuh dengan kebencian.Julia memutuskan panggilan telepon itu dan melanjutkan mengawasi pergerakan mobil di depannya. Sementara di dalam mobil Samuel, suasana tampak sunyi. Dari Eva maupun Samuel

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 95

    Satu per satu pakaian milik Eva itu dia masukkan ke dalam tas dengan rapi. Dia mengenali setiap sentuhan kain, tiap tekstur yang berbeda, mulai dari kaos lembut yang sering dikenakan Eva saat santai, hingga pakaian tidur yang nyaman.Di sudut lain, seorang wanita paruh baya dengan wajah lembut tampak sibuk menyiapkan apa saja yang diperlukan. Dialah Nyonya Rosie, dengan telaten dia memastikan setiap detail sebelum keberangkatan Eva ke rumah sakit.“Eva, aku tidak bisa menemanimu di sana. Aku sudah menyiapkan semuanya, jaga dirimu baik-baik. Ikuti apa kata Samuel.” Suaranya lembut penuh perhatian.Eva tersenyum, meski matanya tidak bisa melihat, dia bisa merasakan ketulusan wanita paruh baya itu. “Terima kasih, Nyonya. Anda sudah banyak membantu. Tidak apa-apa, Nyonya, doakan saja agar semuanya berjalan lancar.”Nyonya Rosie mendekat, memberikan pelukan hangat sebelum keberangkatan Eva.Samuel yang sibuk memasukkan baju, memandang dua wanita itu sekilas dengan perasaan hangat. Matanya,

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 94 Merelakan

    Malam itu semakin terasa dingin, tapi bukan karena angin, melainkan kekosongan yang menguasai hatinya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba memenuhi paru-parunya dengan udara segar. Akan tetapi rasanya tidak cukup untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Bayangan wajah Eva kembali muncul di benaknya. Senyumnya yang lembut dengan semangat juang yang tidak pernah pudar selalu membuatnya tenang dan lebih asik menjalani hari. Akan tetapi Samuel tahu dan sadar diri, Eva bukan miliknya. Lagi-lagi kenyataan itu menamparnya keras. “Sejak kapan kau menyukainya?” Pertanyaan Henry itu terus berputar-putar dalam pikirannya. Entah kapan itu, dia tidak tahu jelas. Karena kian hari simpatinya itu menuntunnya semakin jauh untuk lebih dekat dengan Eva.Hatinya selalu tergerak untuk mendekati Eva. Hingga akhirnya rasa simpati itu berubah menjadi rasa yang tidak biasa.Samuel terkekeh pelan. Tawa itu menunjukkan ejekan pada dirinya sendiri. “Begitu banyak wanita di luar sana, Sam. Bagaimana bisa k

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 93 Sulit Menunjukkan Perasaannya

    Malam itu, di balkon apartemen Samuel, angin malam menyapu dengan perlahan membawa udara sejuk yang menyejukkan kulit. Kota di bawah sana terdengar riuh, suara kendaraan terdengar samar dari kejauhan. Meski kota itu terlihat hidup, tetapi di balkon itu terasa sepi dan sunyi. Henry berdiri di sudut balkon, matanya menatap jauh, pandangannya kosong seperti tidak melihat apa-apa. Wajahnya yang angkuh dan arogan itu kini terlihat sedikit sayu. Seperti kehilangan jati dirinya.Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki yang mendekat dari arah belakang. Tanpa Henry menoleh, dia tahu jika itu adalah Samuel. Beberapa detik kemudian Samuel muncul dengan membawa dua gelas Champagne di tangannya. Samuel memberikan satu gelas itu pada Henry, kemudian dia berkata, “Tidak biasanya kau datang ke mari? Apa yang membuatmu datang tiba-tiba?” Samuel meneguk champagne miliknya, dia memutar tubuhnya beralih memandang pemandangan kota di bawah sana, dengan satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Bagai

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 92 Perasaan Mengubah Segalanya

    Henry sedang duduk tenang di ruang kerjanya, ia tidak terpengaruh meski Ryan masuk tanpa mengetuk pintu. Wajah Ryan tampak serius, dan ada secercah kegelisahan yang sulit disembunyikan."Tuan," panggil Ryan dengan nada berat.Henry mendongak, meletakkan dokumen yang tengah dia baca. "Ada apa?"“Nexus Group menghubungi saya setelah pembatalan pertemuan Anda dengan mereka. Mereka meminta kejelasan pasti. Jika tidak ….”“Jika tidak, apa?” Suara Henry terdengar berat. “Jika mereka ingin memberikan proyek itu pada orang lain dan meminta pinalti, berikan saja pada mereka.” “Tapi, Tuan … bagaimana jika klien yang lain tidak mempercayai kita lagi?” ucapnya dengan cemas. Ryan memerhatikan Henry dengan lekat. Dia bisa melihat perubahan Henry setelah mengetahui kondisi Eva. Dalam hatinya, dia senang jika Tuan-nya akhirnya bisa sadar dan melakukan segala upaya. Namun, semua pekerjaan terbengkalai. Hingga membuat Julia frustasi dan marah. Pekerjaannya bertambah, ditambah lagi dia semakin terja

DMCA.com Protection Status