Share

Chapter 100 Frustasi Julia

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-12-23 11:54:37

Malam hari, di apartemen, Julia duduk di ruang tamu, tangannya terkepal erat di atas lutut, menahan amarah yang mulai memuncak. Matanya menatap kosong ke luar jendela, meski pikirannya jauh dari pemandangan itu.

Kecelakaan yang melibatkan Eva itu menjadi kabar yang baru saja dia terima, dan berita yang datang tidak seperti yang dia harapkan. Eva hanya terluka kecil, sebuah cedera ringan yang tidak sebanding dengan harapannya. Itu bukan bagian dari rencananya.

Selama ini, Julia telah merencanakan segalanya, menyusun langkah demi langkah untuk memastikan Eva menerima akibatnya. Julia merasa cemburu, merasa bahwa Eva telah mengambil Henry yang seharusnya menjadi miliknya.

Segala kebahagiaan, perhatian, dan kasih sayang yang dia inginkan, semuanya diberikan pada Eva. Dan demi mendapatkan Henry kembali, dia bertekad untuk membuat Eva merasakan pahitnya hidup.

Namun, ketika kabar datang bahwa Eva hanya mengalami luka ringan, kemarahan Julia meledak. Semua usaha yang telah dia lakukan, ter
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 101

    Hati Henry berdenyut, nada suara Eva itu seperti tidak mengharapkan kehadirannya. Dengan suara tertahan dia berkata, “Memangnya siapa yang kau harapkan? Samuel?” Samuel?Bagaimana keadaannya saat ini? Dia tidak terluka parah, ‘kan? Apa dia baik-baik saja?Segudang pertanyaan bersarang di dalam pikiran Eva. Lagi-lagi, Samuel mendapatkan situasi sulit karenanya. Memang seharusnya operasi itu tidak perlu dilakukan. Harusnya memang dari awal dia menolak saja walau Samuel dan Nyonya Rosie membujuknya. Pasti hal ini akan tidak terjadi. Dia tidak membutuhkan kedua matanya pulih saat ini. Yang dia harapkan hanyalah keadaan Samuel yang baik-baik saja.Dalam hatinya berdoa, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada pria yang selalu menolongnya.Setelah terdiam sesaat, akhirnya Eva menjawab, “Siapa saja, asalkan bukan dirimu yang ada di sini.” Kata-katanya begitu memohok. Dia pun mengalihkan padangannya ke kiri, menolak menghadap Henry. Meski dia tidak bisa melihat di mana posisi Henry, t

    Last Updated : 2024-12-26
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 102 Perubahan Sikap Henry

    “Memangnya mau ke mana kau dengannya?” Henry menyilangkan dada, menatap Eva dengan tajam. “Memangnya kalian menuju ke mana sebelum kecelakaan itu? Apa sepenting itu?” Henry menghela napas panjang, seolah menahan emosi yang bergejolak. Sorot matanya tetap tajam ke arah Eva. Dia tahu jawabannya, dia tahu persis jika hari ini harusnya adalah jadwal operasi wanita di depannya itu. Dan kecelakaan yang terjadi itu membuatnya harus mundur. Operasi yang diam-diam dia atur untuk memastikan jika istrinya mendapatkan perawatan terbaik tanpa tahu semua perjuangan yang dia lakukan. Akan tetapi dia memilih diam, tidak mengatakan dan tidak membiarkan Eva tahu. Jika istrinya tahu, pasti dia akan menolaknya. Dia menunggu jawaban Eva, meskipun dalam hatinya dia tahu apa yang akan diucapkan Eva. Eva menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu, semakin banyak ia bicara, semakin besar kemungkinan kebenaran akan terungkap. Namun, dia sedikit lega, karena pria yang sa

    Last Updated : 2024-12-28
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 103

    Eva menelan ludahnya, menahan rasa menggelitik di hatinya. “Apa dia manusia sejenis chameleon?” gumamnya dalam hati. Chameleon adalah makhluk yang ahli berbaur dengan lingkungannya, mengubah warna sesuai kebutuhannya. Atau biasa disebut dengan bunglon.Segala bentuk perhatian Henry terasa aneh bagi Eva. Karena seumur-umur dia tidak pernah merasakan perhatian itu. Pria yang berada di ruangannya seperti topeng yang berganti-ganti wajah. Terkadang terlihat seperti tidak membutuhkan orang lain, di lain waktu dia akan berubah selayaknya pria lainnya yang memiliki rasa cemburu. Dan di saat ini, dia terlihat peduli. Sama persis seperti chameleon yang disebutnya.Berbagai pertanyaan membanjiri pikirannya. Apa yang membuat suaminya berubah seperti itu? “Cepat buka mulutmu lagi,” pintahnya lagi. Eva bahkan tak menyadari betapa patuhnya dia saat itu. Tanpa banyak berpikir, dia membuka mulut untuk menerima suapan berikutnya, meskipun pikirannya sibuk memutar berbagai kemungkinan. Apa yang m

    Last Updated : 2024-12-31
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 104 Peduli tapi Gengsi

    Eva menghela napas panjang. “Terserah kau saja, ‘lah. Aku tidak ada tenaga untuk berdebat,” jawabnya, tak berminat memperpanjang pembicaraan. “Sekarang kau bisa keluar, ‘kan? Keluarlah,” sambungnya dengan nada mengusir. Henry masih mematung, seperti enggan untuk keluar. Eva yang ada di sana tidak mendengar pergerakan Henry. Keningnya sedikit berkerut, pria itu pasti masih berada di dalam kamar mandi. “Kau masih belum keluar?” Henry menggaruk leher bagian belakang. “Bagaimana kalau … kau kesulitan?”“Memangnya sejak kapan kau peduli?” sengalnya. “Cepatlah keluar!”Henry menyandarkan tubuhnya di pintu, tangannya bersilang di depan dada. “Tidak. Bagaimana jika nanti kau tergelincir atau pingsan di dalam sini? Siapa yang susah? Pasti aku.”Eva mendengus, mencoba menenangkan dirinya agar emosinya tidak meluap. “Aku tidak akan tergelincir ataupun pingsan! Sekarang, keluarlah!”“Aku tidak akan pergi,” jawab Henry santai. “Aku ingin berada di sini. Aku hanya tidak mau menanggung masalah

    Last Updated : 2025-01-02
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 105

    “Apa ada yang mengganggu Anda, Tuan?” tanya Dave, ketika menyadari atasannya itu tengah melamun. Samuel menoleh ke arahnya. “Antarkan aku ke ruangan Eva.” “Ta-tapi, Tuan … Anda masih perlu banyak istirahat. Dokter menyarankan agar Anda tidak banyak bergerak lebih dulu.” “Aku tidak apa-apa, Dave, ini hanya luka kecil. Jangan menganggapnya serius.” Dave tampak gelisah, berdiri di samping Samuel yang sudah bersiap untuk bangkit dari tempat duduknya. "Tuan, mohon pertimbangkan lagi. Kondisi Anda masih belum pulih," desaknya, nada suaranya penuh kekhawatiran.Samuel menatapnya tajam. "Dave, aku tidak akan terbaring di sini seperti pasien tak berdaya. Antarkan aku ke ruangan Eva sekarang.""Tapi, Tuan-"Samuel mengangkat tangan, memotong ucapan Dave. "Pikiranku sudah bulat. Kalau kau terus membantah, aku akan pergi sendiri. Dan aku yakin kau tahu itu bukan ide yang baik."Dave menghela napas panjang, menyerah pada keras kepala atasannya. Dia tahu betul bahwa tidak ada yang bisa mengubah

    Last Updated : 2025-01-03
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 106

    “Bukankah kau harus memulihkan tubuhmu? Untuk apa kau datang ke sini?” Henry tetap berdiri di tengah pintu, tidak memberikan celah sedikitpun untuk Samuel masuk. “Aku ingin lihat keadaan Eva. Apa itu salah?” Nada suaranya terdengar menantang. “Pasien tidak bisa diganggu, sebaiknya kau kembali.” Henry berniat menutup pintu kembali, tidak membiarkan Samuel masuk. Akan tetapi suara Eva membuatnya berhenti. “Siapa yang datang?” tanyanya penasaran. “Kenapa kau tidak membiarkannya masuk?” “Ini aku, Samuel,” jawabnya dengan ramah. Perlahan, ekspresi kesal Eva berangsur memudar, digantikan dengan senyum merekah saat mendengar suara Samuel dari ambang pintu. Hatinya begitu lega bisa mendengar suara bariton itu lagi. Sedari tadi dia mengkhawatirkan pria baik hati itu, berharap dia baik-baik saja. “Kenapa kau tidak membiarkannya masuk?” nada suaranya terdengar ketus. “Dia lagi sakit. Nanti kau tertular,” jawab Henry tak masuk akal. Yang mereka alami adalah kecelakaan, apa

    Last Updated : 2025-01-05
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 107

    Eva melipat tangannya di depan dada, ekspresinya datar tanpa sedikit pun emosi. “Cemburu?” ujarnya dengan nada skeptis. “Dia ‘kan tidak punya hati untuk merasa cemburu. Walaupun dia cemburu, itu pasti karena sesuatu yang konyol, seperti kehilangan kendali atau egonya yang terganggu. Lagipula, untuk apa juga dia cemburu?”Kalimat itu menusuk Henry lebih dalam daripada yang dia duga. Rahangnya mengencang, tangan kanannya mengepal di sisi tubuhnya. Dia ingin membantah, tetapi suara Eva yang dingin membuatnya kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin dia berkata seperti itu? pikir Henry, tatapannya membara dengan amarah yang ia coba sembunyikan.Eva menunjukkan sikapnya yang tidak peduli itu justru membuatnya semakin jengkel. Dia menatap Samuel dan Eva secara bergantian. Pandangannya semakin menajam ke arah Samuel. Sementara Samuel, di sisi lain, hanya tersenyum tipis sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi rodanya. Tatapan nakalnya penuh arti, menikmati setiap detik ketegangan di antara pa

    Last Updated : 2025-01-07
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 108 Saat Kata tak Lagi Terucap

    Big Sur, California.Villa itu berdiri megah di atas bukit, menghadap laut lepas Samudra Pasifik, jauh dari keramaian California. Suasana ini menandakan jika dunia hanya miliknya. Bagi Martin, villa itu adalah tempat sempurna untuk berdiam diri. Tak ada seorangpun yang tahu mengenai villa megah yang dia datangi, bahkan istrinya sendiri tidak mengetahui villa pribadi yang dia bangun di kawasan itu. Siang itu, dia duduk di ruang tamu villa yang megah dengan nuansa elegan, dengan pemandangan laut yang memukau. Udara segar dari laut yang beraroma asin dan aroma kopi yang menyeruak menjadi teman untuknya bersantai. Di hadapannya, duduk seorang pria dengan setelan jas rapi, dia adalah Logan, orang kepercayaannya. Martin meneguk kopi miliknya, lalu kembali meletakkan di atas meja. “Kau sudah mengumpulkan semua informasi yang aku minta, ‘kan?” tanyanya, meski dia sudah berumur, suaranya tetap penuh otoritas tinggi. Logan mengangguk, dan akhirnya menjawab, “Ya, Tuan. Saya membawa semua yan

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 184

    Dua hari kemudian.Lawson menutup teleponnya, lalu mengambil mantel panjangnya dengan tergesa-gesa. Sophia mendekat, memasang wajah penasaran. “Papa mau ke mana? Ada kabar apa?”Gerakannya saat memakai mantel tampak terburu-buru. “Papa mau ke Dermaga. Kepala Koki menjadi tersangka dari insiden kemarin.”“Kepala Koki?” Mata Sophia terbelalak lebar. “Papa pergi dulu, ya.”“Mama ikut!” Sophia menyambar tas, kemudian berlari mengejar langkah suaminya. ****Dermaga. Di tengah suasana tegang, kepala koki itu terlihat berlutut, dengan suara gemetar. Dia menahan tangis, dan memohon ampunan di depan orang-orang yang berjejer penuh kekuasaan, memandang ke atas dengan tatapan penuh harap. “Saya berani bersumpah, saya tidak pernah melakukannya.” Salah satu tim keamanan itu menjawab dengan penuh otoriter, “Simpan semua jawabanmu itu, kita tunggu Tuan Lawson datang.” Kepala koki memegang ujung bajunya dengan tangan gemetar, dia terus memohon, tetapi tak ada seorang pun yang bergeming, maupun

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 183

    “Itu ….” Dengan sekuat tenaga, Henry mengangkat kepala, mendekat, lalu menempelkan bibirnya di atas bibir Eva, memberikan ciuman yang lembut tanpa terburu-buru atau memaksa. Dia memberikan jeda satu detik. Namun, detik berikutnya dia sedikit menekan kepala Eva.Ciuman yang semula lembut itu perlahan semakin dalam. Eva yang mencoba mengimbangi irama Henry itu kini dibuat kuwalahan. Tangannya bergerak, mencengkeram baju yang dikenakan oleh Henry. Suasana di antara mereka semakin memanas, bukan sekedar hasrat, tetapi seperti pengakuan diam-diam tentang rindu yang tertahan, luka yang perlahan sembuh dalam pelukan. Ruangan itu hanya berisi helaan napas yang mulai tak beraturan, dan ciuman itu masih terus berlanjut, menghapus batas logika di antara keduanya. Henry melupakan kondisinya. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, menciptakan momen bersama istrinya. Dia menginginkan lebih. Ciuman itu bergerak perlahan ke leher Eva. Namun, tidak lama ciumannya terhenti karena Eva menarik

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 182

    “Kenapa kau menempatkan Istrimu seperti seorang Penjahat yang tidak memiliki hati?” Eva melayangkan protesnya cepat. Henry terkekeh pelan, sedikit terhibur. Entah kenapa hati istrinya begitu sensitif sekarang. “Memeluk Istriku sendiri membuatku harus memohon. Aku heran, dunia apa yang sebenarnya kita jalani saat ini?” Henry menjawab dengan sindiran khasnya. “Kau benar-benar membiarkan Suamimu memohon?” Dia tak mau menghentikannya.Eva masih berpikir. Saat ini mereka di rumah sakit, bagaimana jika seseorang melihatnya? Pasti sangat memalukan. Henry memandang wajahnya dengan tatapan sayu. Dia tahu apa yang ada di pikiran istrinya. Dia mendengus. Sementara Eva menggigit bibir bawahnya, apakah dia harus menuruti permintaan Henry? Bagaimana jika ada yang tiba-tiba masuk? Henry masih menatapnya dengan raut sedikit cemberut, menunggu bagaimana reaksi Eva. “Sudahlah. Sebaiknya aku kembali tidur,” katanya dengan sedikit tidak suka dan pasrah. Henry mengembalikan posisi kepalanya menja

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 181

    Sophia juga merasakan kelegaan, karena akhirnya ada perkembangan keadaan Henry. Dia ikut menyimak setiap penjelasan yang dokter katakan. Dan ketika dokter keluar dari ruangan, dia berpesan pada Eva. “Sekarang sebaiknya kau istirahat dulu, kau sudah berjaga sampai hampir pagi.” Yang Eva rasakan saat ini adalah mengantuk, tetapi dia menggelengkan kepala. “Aku takut jika nanti Henry membutuhkan sesuatu. Sebaiknya kau lanjut istirahat.” Sophia mendengus. Ternyata Eva memiliki sikap sedikit keras. Dia hanya tidak ingin wanita itu juga tumbang. Dia kembali mengingatkan dengan nada sabarnya, “Perhatikan juga kondisimu, Eva. Bagaimana kalau nanti Henry terbangun tapi justru kau yang jatuh sakit?”Eva terdiam, merenungi perkataan Sophia. Yang dikatakan wanita itu memang benar. Matanya beralih ke arah Henry. Dia pun tersenyum ke arah Sophia, lalu mengangguk. “Baiklah. Aku akan tidur sebentar saja.” Sophia mengangguk tidak mempermasalahkan. “Tidurlah sekarang. Aku keluar sebentar memberit

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 180

    Suara pintu terbuka. Eva dan lainnya menoleh ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruangan. “Bagaimana kondisi Suami saya sekarang, Dok?” Eva berharap akan ada kabar baik. Dengan suara tenang, Dokter itu menjelaskan, “Kami masih harus menunggu hasil laboratorium, Nyonya. Tapi, saya rasa, kondisinya sudah mulai membaik setelah mendapatkan penanganan pertama.” Akhirnya, Eva bisa bernapas sedikit lega sekarang. Setidaknya ada perkembangan dari kondisi Henry saat ini. Tuan Lawson menyahut, “Bisakah kalian mengeluarkan hasil itu dalam waktu singkat?”Dokter itu mengangguk pelan. “Akan kami usahakan, Tuan.”“Bisakah saya masuk ke dalam sekarang?” Rasa tidak sabar menggebu di dalam hatinya.“Silakan, Nyonya,” Setelah mendapat persetujuan, Eva masuk ke dalam ruangan. Dia bisa melihat pria yang biasanya sombong dan arogan itu masih terbaring lemah di sana. Wajah yang sebelumnya pucat, kini terlihat mulai kembali normal. Sementara Tuan Lawson dan Sophia masih berada di luar bersama de

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 179

    Ketika malam tiba, kapal-kapal berukuran kecil berhenti tepat di sebelah kapal pesiar yang mengangkut Henry dan rombongan lainnya. Sebab, rute mereka sudah tidak bisa berubah, dan tidak ada rute yang bisa dilewati kapal pesiar menuju ke pelabuhan terdekat. Tuan Lawson beserta istrinya dan Eva harus pindah ke kapal kecil itu untuk membawa Henry ke pelabuhan terdekat dan membawanya ke rumah sakit. Meski dia sudah mendapatkan penanganan medis, tak ada tanda-tanda sadar darinya. Tuan Lawson dan tim lainnya bergerak cepat dan memilih jalan lain. Kapal-kapal kecil itu mulai meluncur di atas permukaan air menuju pelabuhan sungai Basel, yang terletak di barat laut Swiss di tepi sungai Rhein, tepat di perbatasan Jerman dan Prancis. Eva masih setia di samping Henry dan menggenggam tangan itu. Dalam hatinya, dia tak henti mengucapkan doa untuk kesehatan suaminya. Matanya terpejam. Setiap detiknya dia berdoa.Tuhan … jika Engkau mendengarku, aku mohon bangunkan Suamiku dari kondisi kritisny

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 178

    Eva masih berada di samping Henry yang masih belum menunjukkan tanda-tanda sadar. Suasana di luar tampak sedikit riuh dan tegang setelah insiden. Kapal itu bukanlah milik pribadi, jadi, beberapa tamu mulai berbisik dan merasa was-was. Penjagaan ketat dilakukan di luar ruangan. Tim keamanan kapal menyisir setiap sudut dapur dan memeriksa semua bahan makanan yang digunakan. Para karyawan tidak diperbolehkan bergerak atau berpindah tempat sebelum pemeriksaan selesai. Sementara di sisi lain kapal, di koridor sepi yang jarang dijamah, seorang pria memakai jas silver berjalan perlahan dengan tenang. Pria itu menatap sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Di rasa aman, dia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, dan menekan nomor seseorang.“Halo, Nona.” Dia berbicara pelan.“....”“Racun bekerja sesuai yang diperkirakan. Tapi ….” Ucapannya terjeda sejenak. “Justru yang memakan bukanlah si wanita itu, Nona.”Dia terdiam sejenak, mendengarkan suara di balik telepon yang tidak t

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 177

    Semuanya panik. Eva segera mendekat mengguncang tubuh Henry, berharap pria itu bangun dan baik-baik saja. “Henry! Apa kau mendengarku?” Suasana menjadi tegang. Tuan Lawson berteriak dengan keras, “Panggil Dokter, cepat!”Para pelayan kapal berhamburan memanggil petugas medis yang ada di sana. Beberapa detik kemudian, petugas medis datang dengan perlengkapan darurat mereka. Salah satu dari mereka memeriksa denyut nadi Henry. Mereka memberikan pertolongan pertama, tapi Henry tetap tak sadarkn diri. Air mata Eva mulai mengalir deras membasahi pipi. Hatinya dikuasai dengan perasaan khawatir. Sementara Sophia berada di sampingnya, mencoba menenangkannya. Setelah pemeriksaan singkat, salah satu petugas medis itu mengungkapkan, “Kami mengidentifikasi ada zat berbahaya dalam makanan yang dikonsumsi, Tuan.” Dahi Lawson mengernyit. “Bagaimana bisa?”Semuanya terkejut, terutama Eva. Sementara Tuan Lawson bertanya-tanya dan merasa bersalah dengan kejadian ini. “Berikan penanganan untukny

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 176

    “Naik kapal?” Eva tampak mencerna ucapan Henry. “Bukankah kita sudah pernah melakukannya?”“Emm.” Henry memberi deheman kecil sambil mengangguk. “Tapi bukan kapal waktu kita di danau kemarin.”“Lalu?” Eva menatapnya dengan penuh penasaran.Henry mengangkat bahunya. “Yang aku dengar, kapal ini akan membawa kita ke beberapa negara,” jawabnya sambil sedikit berbisik.“Wah! Benarkah?” Eva terkagum. Henry mengangguk singkat. Sementara Eva, seperti biasa pikirannya akan dipenuhi oleh berbagai macam isi. Perjalanan seperti apa yang akan dia nikmati nanti? Dan seberapa banyak uang yang digelontorkan Tuan Lawson untuk liburan ini? Liburan itu terasa sangat mewah untuknya. Dan mengenai perkataan Henry, ini seperti bukan hanya sekedar liburan baginya. Ini terlalu mewah. Eva menatap sekeliling. Pandangannya terarah pada koper yang akan mereka bawa. Pantas saja koper-koper itu dikemas juga.Henry sedikit menggeser tubuhnya, sedikit menundukkan wajah dan kembali berkata pelan, nyaris berbisi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status