Share

Chapter 32 Cemburu?

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-09-12 22:36:05

Eva melangkah perlahan menuju kursi di sudut ruangan dengan membawa hidangan lezat di tangannya, sepotong cheesecake lembut dan dasar kue yang renyah.

Eva menghela napas lega, ketenangan sudut itu menawarkan kelegaan dari kebisingan hiruk pikuk acara tersebut.

Di tengah kemewahan pesta, dia menikmati momen pribadi dengan mencicipi setiap gigitan cheesecake sambil membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa tenang yang jarang ia temui di tengah keramaian.

Sementara Henry berbincang-bincang dengan para kolega bisnis yang hadir di sana. Kesempatan yang baik untuk para pebisnis menjalin hubungan dengan pebisnis lainnya.

Dia membiarkan Eva dalam kesendirian duduk di sudut tanpa berniat menemani.

Namun di tengah Eva menikmati cheesecake-nya, seorang pria berjas tampak menghampiri dan duduk di meja yang sama dengannya. Pria itu terlihat muda, tetapi memiliki wibawa.

“Boleh saya bergabung?” tanyanya dengan suara lembut.

Eva mendongakkan kepala melihat siapa yang datang. Dia kira jika duduk di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 33 Gengsi Setinggi Langit

    “Kau sengaja duduk di sini agar mereka datang mendekatimu?” Eva mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Henry. Dia mencoba menenangkan dirinya untuk tidak meluapkan emosinya di depan umum. Eva menjawab dengan sedikit ketus, “Memangnya apa masalahnya jika aku berbicara dengan salah satu tamu undangan di sini?”“Kau pasti menggodanya dengan menunjukkan sisi lemahmu kepadanya.” Eva benar-benar dibuat kesal dengan setiap perkataan suaminya. Ucapan-ucapan itu selalu memojokkannya. Dia harus bisa menahannya sampai acara itu selesai. Eva kembali menjawab dengan nada sedikit meninggi, “Sebaiknya kau pergi dan melanjutkan percakapanmu dengan rekan-rekan bisnismu dari pada harus mencari-cari kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!”Henry memerhatikan ekspresi Eva yang terlihat serius.Eva kembali melanjutkan dengan berapi-api, “Apa kau berbicara seperti karena kau cemburu? Kita hanya berpura-pura menjadi sepasang Suami Istri yang harmonis, tapi sepertinya kau terbawa dengan peranmu!” H

    Last Updated : 2024-09-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 34 Rapat Kerjasama

    Keesokan harinya, Henry berada di ruang rapat duduk tenang memandang layar proyektor yang menampilkan slide presentasi.Hari ini, dia memiliki jadwal rapat penting dengan pihak NextGen Development. Mengenai pembangunan mixed-use, jenis pengembangan real estate yang menggabungkan fungsi atau penggunaan dalam satu gedung yang sama.Semua orang yang berada di ruangan itu tampak fokus menatap layar proyektor.Leo, manajer penjualan itu kembali menjelaskan, “Di sini kami memiliki tiga opsi utama untuk proyek pembangunan yang Anda inginkan, Tuan Christopher. Opsi pertama adalah pengembangan apartemen mewah di kawasan Upper East Side. Opsi kedua adalah pembangunan gedung perkantoran di area Finansial District. Dan opsi yang ketiga adalah proyek mixed-use di kawasan Chelsae, yang menggabungkan ruang hunian dan komersial dalam satu gedung.”Christopher tampak tertarik dengan ide gagasan tim Henry.“Kami tertarik pada opsi ketiga, kami bisa melihat potensi besar di kawasan Chelsea. Namun ada be

    Last Updated : 2024-09-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 35 Di balik Jendela Luxe Avenue

    Di Luxe Avenue, Samuel berdiri dari tempat duduk saat melihat Sophie Goldstein-partner senior di firma investasi dengan jaringan luas dan pengalaman mendalam dalam konteks perusahaan investasi.Dia tersenyum dan menjabat tangan Sophie dengan ramah. “Senang bertemu dengan Anda Mrs. Sophie. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu.”Sophie tergelak dengan ucapan Samuel yang terdengar sangat formal. “Senang bertemu denganmu juga, Samuel. Kita hanya berdua di sini, kenapa kau harus berbicara formal? Kau menyambutku seperti orang asing.”Samuel terkekeh, “Mari duduk.”Mereka duduk, dan pelayan segera datang mengantar makanan dan minuman mewah yang sudah Samuel pesan sebelumnya.Sebelumnya, mereka sudah menjadi partner akrab di dalam dunia bisnis. Mereka bekerja di bidang yang sama, yaitu investasi.Selama beberapa menit awal, mereka saling bertukar cerita mengenai pengalaman masing-masing dan hal-hal menarik selama menjalani pekerjaan mereka.Sophie tampak akrab dengan dunia inve

    Last Updated : 2024-09-14
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 36 Apa Susahnya Sih, Jika Tidak Ingin Berpisah?

    Malam harinya, setelah Eva pergi meninggalkan kota beberapa hari yang lalu, Martin selalu berencana agar Henry dan Eva terlibat momen bersama. Dia kembali meminta putra dan menantunya untuk menginap di kediaman mereka untuk beberapa hari ke depan. Eva merasa tertekan dan terhimpit setiap kali dia harus berbagi kamar dengan Henry, karena permintaan mertuanya yang tidak bisa ditolak. Namun meskipun hatinya merasa tidak nyaman, dia berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Sementara Henry duduk bersila di tepi kasur dengan santai, tetapi menonjolkan kesan meremehkan. Tangannya terlipat di depan dada dengan senyum sinis yang samar terlihat di sudut bibirnya.“Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Apa kau tidak suka jika harus berbagi kamar denganku?”Eva menjaga nada suaranya tetap tenang. “Aku masih harus menyesuaikan jika berbagi kamar denganmu.”Henry mengangkat alis, tetap duduk bersila. Selama 4 tahun dia tinggal di bawah atap yang sama, harusnya Eva sudah biasa dalam hal ini.Dia m

    Last Updated : 2024-09-15
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 37 Henry Modus

    Cahaya lembut menembus cela-cela jendela besar. Eva merasakan cahaya mulai memenuhi ruangan.Dia meregangkan otot-ototnya dengan menguap lebar. Saat kedua sepenuhnya terbuka, dia melihat pemandangan yang tidak pernah dia lihat sepenuhnya.Eva memandang wajah Henry yang tertidur di sebelahnya dengan damai. Dia masih terdiam membeku, pikirannya belum sepenuhnya mencerna apapun. Berselang beberapa menit, matanya melebar lalu berteriak keras dan kakinya menendang orang di sebelahnya. “Aaakh!” Dentuman keras terdengar saat tubuh Henry menghantam lantai. Eva meringis mendengar suara keras yang dihasilkan.Henry berdiri, mengelus punggungnya yang sakit. “Apa-apaan kau, Eva! Kau kira aku bola?”“Ma-maaf … aku ‘kan tidak sengaja.” Eva tergeragap. “Kau tidak apa-apa, ‘kan?”Henry menjawab dengan nada kesal, “Tentu saja punggungku sakit. Sepertinya aku patah tulang karena ulahmu. Kau harus bertanggung jawab jika aku mengalami patah tulang, akan semakin banyak hutangmu padaku.”Eva menyibak s

    Last Updated : 2024-09-15
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 38 Honeymoon?

    “Henry, Eva,” katanya dengan senyum lebar. “Papa ingin memberikan sesuatu pada kalian.”Eva dan Henry saling pandang merasa penasaran.Martin membuka amplop dan mengeluarkan dua tiket. Saat melihatnya, Henry dan Eva semakin penasaran dengan lembar kertas kecil itu.“Ini adalah tiket honeymoon untuk kalian,” kata Martin. “Papa memesan dua paket perjalanan ke Maldives. Papa berharap kalian bisa menikmati waktu bersama di sana, bersantai dan menciptakan kenangan baru. Kalian belum pernah bepergian, bukan?”Henry dan Eva terkejut. Honeymoon? Mereka saling memandang.Martin tidak tahu saja jika menantu dan putranya itu seperti kucing dan tikus.Henry mulai menyela, “Pa, kenapa Papa repot-repot? Henry sangat sibuk, Pa, pekerjaan tidak bisa ditinggal.”Eva menyahut, “Sebelumnya terima kasih, Pa. Tapi, Eva tidak terbiasa naik pesawat, makanya Eva dari dulu menolak untuk bepergian jauh.”Henry mengangguk mengiyakan ucapan Eva. Kali ini dia bekerjasama dengan Eva untuk menolak tiket itu.“Kau m

    Last Updated : 2024-09-16
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 39 Tidak Ada Hari Tanpa Debat

    Setelah menempuh perjalanan selama 18 jam, Henry dan Eva telah tiba di Bandara Internasional Malé. Mereka tiba di sana di hari berikutnya, yaitu pukul 11 siang waktu setempat. Eva dengan rambut dikuncir rapi, mengenakan gaun santai berwarna biru muda. Sementara Henry tampil kasual, tetapi tetap terlihat rapi dengan kaos polo dan celana pendek. Meski Eva baru pertama kali melakukan perjalanan jauh, dia terlihat tenang dan segar. Sepertinya sepanjang perjalanan dia bisa beristirahat dengan tenang dan damai. Mereka menuju area khusus, di mana di sana terdapat sopir yang sudah menunggu untuk membawa mereka ke dermaga. Di Dermaga, mereka disambut oleh speedboat mewah yang siap mengantar mereka. Dalam diamnya, Eva terpukau dengan birunya air laut membentang luas. Cahaya matahari yang menyinari membuatnya terlihat seperti kilauan-kilauan permata.Ekor mata Henry melirik, mengamati setiap pergerakan Eva. Ia tahu saat ini Eva sedang menikmati setiap pemandangan di sana.Di sekelilingnya, t

    Last Updated : 2024-09-18
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 40 Senyuman di Balik Bayangan

    Pikiran Eva berkecamuk, hatinya terasa tidak tenang. Apa lagi dengan wajah Henry yang tampak serius.Kata ‘seru’ dalam pikirannya sekarang terdengar menakutkan.Eva merasa pipinya memanas. “A-apa maksudmu?”Henry terkekeh.Eva merinding dibuatnya. Raut wajahnya menunjukkan kepanikan yang bisa dilihat oleh Henry.“Kau tidak mungkin tidak mengerti perkataanku, bukan?” Henry memasang wajah liciknya.Tubuh Eva mendadak kaku, ia tahu apa yang dimaksud oleh Henry. Perasaannya semakin was-was, rasanya ingin sekali ia berteriak ‘tolong’ agar seseorang membantunya. Henry semakin menikmati wajah panik Eva. “Apa kau tidak ingat mimpi berjalanmu? Siapa tahu kau kembali mimpi berjalan dan melakukan sesuatu padaku.”“A-aku tidak pernah mimpi berjalan!” bentaknya, dia terlihat gugup. “Dan apa yang kau pikir itu, itu tidak akan pernah terjadi.”“Ha-ha-ha ….” Henry tertawa puas. “Lalu kau masih berpikir kalau aku yang memindahkanmu, begitu?”Dengan spontan Eva menggeleng. Lidahnya keluh, tidak bisa

    Last Updated : 2024-09-19

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 152 Kembali Ragu

    “Samuel?” gumamnya pelan, dengan perasaan campur aduk.Nyonya Rosie mengangguk. “Ya. Dia terlihat baik … tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit kujelaskan.”Jantung Eva berdetak lebih cepat. Sudah sekian lama dia tidak mendengar kabarnya, tapi cukup satu penyebutan namanya saja untuk membuat dadanya terasa sesak dan merasa bersalah. Selama ini, dia selalu berusaha menghubungi pria itu, tapi setiap usahanya hanya berakhir sia-sia. Tak ada balasan atau tanda-tanda bahwa pria itu menghubunginya. Setiap pesan yang dia kirim terasa terabaikan. Apa dia benar-benar menjauhiku?Kenapa dia lakukan itu?“Apa dia mengatakan sesuatu, Nyonya?” Eva bertanya dengan rasa penasaran. Nyonya Rosie memerhatikan wajah Eva yang dipenuhi kekhawatiran. Dia pun tersenyum lembut dan menjawab, “Dia memberitahuku jika operasimu berhasil. Dia juga terlihat senang saat mengatakan itu.”Nyonya Rosie memilih diam, tidak membocorkan pembicaraannya bersama Samuel pada hari itu. Sudah cukup tahu bagaimana k

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 151

    Henry tiba di penthouse pada waktu senja. Tangannya penuh dengan paper bag besar, dan terlihat jelas tulisan di paper bag itu adalah merk ternama, dan meletakkan semua paper bag di atas meja. Matanya menatap sekeliling, menyadari suasana hening memenuhi ruangan. Tak ada tanda-tanda keberadaan istrinya. Apa dia di dalam kamar? “Di mana Nyonya kalian?” Suara beratnya itu mampu menghentikan pelayan yang tampak sibuk. Pelayan itu berbalik dan segera menjawab, “Tadi Nyonya bilang keluar sebentar, Tuan.” Henry dengan cepat menanggapi, “Ke mana?” “Kami tidak tahu, Tuan,” jawabnya dengan rasa ragu. “Nyonya tidak memberitahu kami.” Suaranya semakin terdengar pelan. Seketika wajah Henry memerah karena marah. “Kenapa kalian membiarkannya, hah?! Kenapa kalian tidak memberitahuku kalau dia keluar?” Pelayan itu sedikit terjingkat karena terkejut dengan bentakan Henry. “Maaf, Tuan.” Henry mengusap wajahnya, lalu mengacak rambutnya dengan gerakan kasar. Pikirannya penuh deng

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 150 Istriku, Prioritasku

    Henry melanjutkan dengan suara datar dan tegas. “Kalau Mama terus berbicara seperti itu, Henry akan menjaga jarak seterusnya! Eva adalah Istriku, dan aku tidak akan membiarkan Mama mengatakan itu lagi padanya!”Gigi Elise gemertak, mulutnya terkatup rapat. “Jadi kamu lebih memilih dan membelanya?” Suaranya bergetar penuh dengan kemarahan. Dia pun kembali menatap Eva dengan perasaan semakin membara. “Pasti kau sudah mencuci otak Henry, ’kan?” Sementara Eva, wajahnya tampak tenang, tidak menunjukkan kemarahan atau tanda-tanda melawan. “Bisa dibilang seperti itu. Aku memiliki terlalu banyak waktu luang untuk melakukannya.”Dia melirik Henry sebentar, lalu kembali menatap Elise dengan tatapan datar. "Tapi Mama tenang saja, dia masih punya kemampuan untuk berpikir sendiri, walaupun aku tahu itu terlalu sulit dipahami oleh sebagian orang.”Elise terhenyak, wajahnya memerah karena tersinggung, dan kini kemarahannya semakin meluap. Henry pun terkejut mendengar jawaban Eva. Dia tak menyangk

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 149 Eva Adalah Kewajibanku

    Henry memerhatikan Eva yang terlihat memalingkan pandangannya, seolah tidak melihat kehadirannya. Biasanya dia paling tak peduli dengan reaksi Eva selama ini, dan sekarang, dadanya terasa sesak ketika istrinya tak melihat keberadaanya. “Ayo kita berangkat,” ajaknya dengan suara lembut. “Tidak perlu!” Eva berbalik. “Aku bisa berangkat sendiri.”Eva melangkah dengan mantap, bersiap pergi tanpa menoleh lagi. Namun, sebelum dia sempat menjauh, Henry dengan sigap meraih tangannya."Tidak ada penolakan!” tegasnya. Dia menggenggam tangan Eva erat, lalu menuntunnya menuju mobil.Eva ingin menolak, tetapi genggaman Henry terlalu kuat, membuatnya enggan berdebat lebih jauh. Akhirnya, dia membiarkan pria itu membawanya pergi.Selama perjalanan, keduanya terdiam. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sementara tatapan Eva terarah ke luar jendela. Henry, di sisi lain, sesekali meliriknya, ingin mengatakan sesuatu tetapi menahan diri.Akhirnya bersuara, suaranya rendah dan penuh perhatian. "B

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 148 Prioritas Utama

    Henry duduk di kursi kebesarannya, matanya menatap layar proyektor yang sedang menampilkan presentasi. Rapat penting tidak bisa ditunda. Namun di tengah-tengah fokusnya, ponselnya berdering memenuhi ruangan. Semua yang ada di ruangan itu mengikuti asal suara ponsel itu. Tak ada yang berani melayangkan protes padanya. Henry melirik ke layar ponselnya dengan sedikit malas. Hanya satu orang yang berani mengganggunya dalam jam-jam seperti ini, yaitu mamanya. Dia meraih ponsel, kemudian bangkit dan meminta para karyawannya itu melanjutkan pembahasannya. “Halo, Ma,” jawabnya dengan setengah malas. Di ujung telepon, terdengar suara lembut, tapi begitu tegas. “Di mana kamu? Cepat datang ke rumah sakit! Julia sedang membutuhkanmu di sini!”“Kenapa harus Henry?” jawabnya dengan datar. “Dia sudah berbuat baik pada kita, Henry! Dia baru saja mengalami kecelakaan, kita harus balas kebaikannya. Mama mau kamu datang dan merawatnya.” Elise berbicara tanpa jeda, seolah tak membiarkan Henry meno

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 147

    Tak Ada niatan untuk Henry mengalihkan pandangannya dari Eva. Dia bisa merasakan setiap kata yang keluar dari mulut Istrinya itu penuh makna. Nada suaranya terdengar lembut, seolah tulus memberi saran untuknya. Akan tetapi, Henry bisa merasakan nada sarkasme yang tersimpan di dalamnya. “Kau terlihat begitu peduli padanya,” katanya pelan, nada suaranya terdengar datar, tetapi matanya menelisik ekspresi Eva. Eva mengangkat bahu dengan bersikap santai. “Aku hanya mengatakan faktanya. Bukankah memang itu yang terjadi? Kau selalu menjadi penyelamatnya. Atau mungkin … itu hanya kebetulan yang selalu terulang?” Henry menghela napasnya, mencoba menahan kesabarannya. Setiap perkataan Eva itu seperti belati untuknya. Kata-kata yang keluar itu menunjukkan bahwa dia sangat tidak becus berada di sisi Eva selama ini. Henry mengeram pelan, matanya lurus menatap Eva yang tampak santai menikmati makanan miliknya. Ingin sekali dia menyangkalnya, ingin sekali mengatakan jika istrinya itu terlalu be

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 146

    Henry tersenyum penuh kemenangan, dia tak mau tahu, saat itu juga, kalung itu harus berada di tangannya. Setelah negosiasi panjang, akhirnya, kalung itu berada di tangan Henry. Tak mau menunggu, saat itu juga Henry memakaikan kalung itu pada Eva di depan semua orang. Semua tamu yang hadir dibuat terkejut, saat tahu dia memakaikan kalung itu pada seorang wanita. Apa itu Istrinya?Wajar dia bersikap seperti itu, Istrinya benar-benar cantik!Aku kira dia bersama Sekertarisnya tadi!Kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi?Yang lebih mengejutkan mereka adalah kemunculan Eva di publik. Selama kedatangannya bersama Henry, banyak yang tidak menyadarinya. Mereka berpikir, dia adalah Julia. Akhirnya, mereka tahu bagaimana wajah Istri dari CEO perusahaan terkenal di kota mereka. "Henry…?" suara Eva sedikit ragu, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Namun, Henry tidak menjawab. Dia memandangi kalung yang terpasang di leher Eva, tidak peduli semua orang menatap ke arahnya. "Ini …

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 145

    “Tuan Henry, mungkin lain kali kita harus bertemu. Saya akan membawa Istriku juga.” Pria itu begitu semangat. Istrinya, yang banyak menghabiskan waktu di rumah pasti akan senang bertemu dengan Eva. Henry terkekeh pelan. Dia pun menyetujui ucapan pria itu. “Saya setuju.”Pria itu tersenyum lebar, wajahnya begitu antusias. “Saya yang akan mengaturnya. Saya yakin para Istri pasti langsung akrab, dan pertemuan kita akan menyenangkan.” “Saya akan menunggu kabar Anda selanjutnya, Tuan.”“Kalau begitu, mari duduk dan nikmati acaranya, Tuan,” ujar pria itu sambil memberi jalan bagi mereka.“Terima kasih banyak,” kata Henry dengan nada halus, menyunggingkan senyum yang sedikit lebih santai.Pria itu membalas dengan senyum tipis, memandang mereka sejenak sebelum beranjak pergi, menyisakan mereka berdua di kursi VIP, dikelilingi oleh kemewahan acara yang sedang berlangsung. Suasana terasa nyaman dan eksklusif, meskipun Henry dan Eva tidak bisa mengabaikan tatapan-tatapan yang mulai tertuju pa

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 144

    Eva duduk di sofa dengan terkulai, matanya terpaku pada ponsel yang ada di tangannya. Dia memandang pesan yang baru saja dia kirimkan pada Samuel. Pesan yang selalu dia kirim dengan penuh harapan, meski tak pernah mendapat balasan. Terakhir kali mereka berinteraksi melalui telepon Henry, sejak saat itu, tak ada tanda-tanda Samuel membalas pesannya. Orang yang dulu selalu ada untuknya, kini tiba-tiba berubah. Tak ada kata-kata, tak ada jawaban, hanya ruang hening yang menyelimuti keduanya. Eva hanya ingin melihat kondisi Samuel, dia merasa banyak hutang budi dengan pria itu di saat semua hidupnya terombang ambing dalam ketidakpastian. Eva tampak berpikir keras. Perasaannya bimbang, antara harus menghubungi Samuel, atau membiarkan pria itu dengan dunianya. Dia merasa bingung. Perubahan sikap Samuel begitu cepat dan tiba-tiba. Sekarang, terasa Samuel tengah menjauh. Wajahnya tampak lesu, dan perasaannya begitu berkecamuk. Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Atau, dia beg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status