Beranda / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 36 Apa Susahnya Sih, Jika Tidak Ingin Berpisah?

Share

Chapter 36 Apa Susahnya Sih, Jika Tidak Ingin Berpisah?

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-15 22:33:32
Malam harinya, setelah Eva pergi meninggalkan kota beberapa hari yang lalu, Martin selalu berencana agar Henry dan Eva terlibat momen bersama.

Dia kembali meminta putra dan menantunya untuk menginap di kediaman mereka untuk beberapa hari ke depan.

Eva merasa tertekan dan terhimpit setiap kali dia harus berbagi kamar dengan Henry, karena permintaan mertuanya yang tidak bisa ditolak.

Namun meskipun hatinya merasa tidak nyaman, dia berusaha keras untuk menenangkan dirinya.

Sementara Henry duduk bersila di tepi kasur dengan santai, tetapi menonjolkan kesan meremehkan. Tangannya terlipat di depan dada dengan senyum sinis yang samar terlihat di sudut bibirnya.

“Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Apa kau tidak suka jika harus berbagi kamar denganku?”

Eva menjaga nada suaranya tetap tenang. “Aku masih harus menyesuaikan jika berbagi kamar denganmu.”

Henry mengangkat alis, tetap duduk bersila. Selama 4 tahun dia tinggal di bawah atap yang sama, harusnya Eva sudah biasa dalam hal ini.

Dia m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 37 Henry Modus

    Cahaya lembut menembus cela-cela jendela besar. Eva merasakan cahaya mulai memenuhi ruangan.Dia meregangkan otot-ototnya dengan menguap lebar. Saat kedua sepenuhnya terbuka, dia melihat pemandangan yang tidak pernah dia lihat sepenuhnya.Eva memandang wajah Henry yang tertidur di sebelahnya dengan damai. Dia masih terdiam membeku, pikirannya belum sepenuhnya mencerna apapun. Berselang beberapa menit, matanya melebar lalu berteriak keras dan kakinya menendang orang di sebelahnya. “Aaakh!” Dentuman keras terdengar saat tubuh Henry menghantam lantai. Eva meringis mendengar suara keras yang dihasilkan.Henry berdiri, mengelus punggungnya yang sakit. “Apa-apaan kau, Eva! Kau kira aku bola?”“Ma-maaf … aku ‘kan tidak sengaja.” Eva tergeragap. “Kau tidak apa-apa, ‘kan?”Henry menjawab dengan nada kesal, “Tentu saja punggungku sakit. Sepertinya aku patah tulang karena ulahmu. Kau harus bertanggung jawab jika aku mengalami patah tulang, akan semakin banyak hutangmu padaku.”Eva menyibak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 38 Honeymoon?

    “Henry, Eva,” katanya dengan senyum lebar. “Papa ingin memberikan sesuatu pada kalian.”Eva dan Henry saling pandang merasa penasaran.Martin membuka amplop dan mengeluarkan dua tiket. Saat melihatnya, Henry dan Eva semakin penasaran dengan lembar kertas kecil itu.“Ini adalah tiket honeymoon untuk kalian,” kata Martin. “Papa memesan dua paket perjalanan ke Maldives. Papa berharap kalian bisa menikmati waktu bersama di sana, bersantai dan menciptakan kenangan baru. Kalian belum pernah bepergian, bukan?”Henry dan Eva terkejut. Honeymoon? Mereka saling memandang.Martin tidak tahu saja jika menantu dan putranya itu seperti kucing dan tikus.Henry mulai menyela, “Pa, kenapa Papa repot-repot? Henry sangat sibuk, Pa, pekerjaan tidak bisa ditinggal.”Eva menyahut, “Sebelumnya terima kasih, Pa. Tapi, Eva tidak terbiasa naik pesawat, makanya Eva dari dulu menolak untuk bepergian jauh.”Henry mengangguk mengiyakan ucapan Eva. Kali ini dia bekerjasama dengan Eva untuk menolak tiket itu.“Kau m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 39 Tidak Ada Hari Tanpa Debat

    Setelah menempuh perjalanan selama 18 jam, Henry dan Eva telah tiba di Bandara Internasional Malé. Mereka tiba di sana di hari berikutnya, yaitu pukul 11 siang waktu setempat. Eva dengan rambut dikuncir rapi, mengenakan gaun santai berwarna biru muda. Sementara Henry tampil kasual, tetapi tetap terlihat rapi dengan kaos polo dan celana pendek. Meski Eva baru pertama kali melakukan perjalanan jauh, dia terlihat tenang dan segar. Sepertinya sepanjang perjalanan dia bisa beristirahat dengan tenang dan damai. Mereka menuju area khusus, di mana di sana terdapat sopir yang sudah menunggu untuk membawa mereka ke dermaga. Di Dermaga, mereka disambut oleh speedboat mewah yang siap mengantar mereka. Dalam diamnya, Eva terpukau dengan birunya air laut membentang luas. Cahaya matahari yang menyinari membuatnya terlihat seperti kilauan-kilauan permata.Ekor mata Henry melirik, mengamati setiap pergerakan Eva. Ia tahu saat ini Eva sedang menikmati setiap pemandangan di sana.Di sekelilingnya, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 40 Senyuman di Balik Bayangan

    Pikiran Eva berkecamuk, hatinya terasa tidak tenang. Apa lagi dengan wajah Henry yang tampak serius.Kata ‘seru’ dalam pikirannya sekarang terdengar menakutkan.Eva merasa pipinya memanas. “A-apa maksudmu?”Henry terkekeh.Eva merinding dibuatnya. Raut wajahnya menunjukkan kepanikan yang bisa dilihat oleh Henry.“Kau tidak mungkin tidak mengerti perkataanku, bukan?” Henry memasang wajah liciknya.Tubuh Eva mendadak kaku, ia tahu apa yang dimaksud oleh Henry. Perasaannya semakin was-was, rasanya ingin sekali ia berteriak ‘tolong’ agar seseorang membantunya. Henry semakin menikmati wajah panik Eva. “Apa kau tidak ingat mimpi berjalanmu? Siapa tahu kau kembali mimpi berjalan dan melakukan sesuatu padaku.”“A-aku tidak pernah mimpi berjalan!” bentaknya, dia terlihat gugup. “Dan apa yang kau pikir itu, itu tidak akan pernah terjadi.”“Ha-ha-ha ….” Henry tertawa puas. “Lalu kau masih berpikir kalau aku yang memindahkanmu, begitu?”Dengan spontan Eva menggeleng. Lidahnya keluh, tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 41 Ular Tidak Tahu Malu

    Martin berdiri di tepi jendela yang ada di ruang kerjanya dengan ponsel yang menempel di telinga kanannya. Suasana di sana masih sangat pagi dan sunyi, pukul 4 pagi waktu setempat.Sebagai ayah Henry, Martin memastikan jika putra dan menantunya itu menikmati momen haoneymoon dikala konflik melanda. Ia berharap hubungan kedunya kembali membaik.Dengan nada tegas Martin bertanya, “Nester, bagaimana situasinya?”Orang yang dia panggil Nester pun menjawab di sudut telepon, “Semuanya baik, Tuan. Tuan Henry dan Nyonya Eva terlihat menikmati waktunya di sini.”Martin menghela napas lega. “Pastikan untuk tetap mengawasi mereka. Laporkan padaku apapun yang terjadi.”Nester kembali menjawab, “Baik, Tuan.”Panggilan telepon terputus. Martin tetap berdiri di depan jendela dengan melipat kedua tangannya di dada.Meskipun kota itu tidak sepenuhnya tidur, jam-jam seperti ini adalah waktu tenang dan damai.Pikiran Martin melayang jauh. Dia bergumam pelan, “Mereka tidak boleh berpisah.”2 hari berlalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 42 Frustasi - Rencana Licik

    Kata-kata itu bagaikan tamparan untuk Julia.Dengan terang-terangan Martin mengatakan itu dihadapannya.“Apa sih, Pa? Jangan berlebihan seperti itu! Wajar kalau Henry dekat dengan orang yang sudah membantu Mama.” Elise menyela dengan cepat, membela tindakan Julia.“Jangan membenarkan kedekatan putramu dengan wanita lain dengan berdalih karena balas budi!” sargah Martin dengan tegas.Elise kembali terdiam melihat tatapan tajam suaminya. Tanpa perlu berbicara dia bisa merasakan ancaman di mata Martin.Julia bisa merasakan campuran kebencian sekaligus senang karena memiliki tameng untuk memperkuat posisinya.Dengan memaksakan senyum Julia menjawab, “Ah, ya, maafkan Julia, Uncle. Mungkin kedekatan Julia sedikit berimbas pada Henry, kedepannya Julia akan lebih fokus ke pekerjaan.”“Uncle tidak melarangmu untuk berteman dengan Henry, tapi kau harus mengetahuimu batasanmu agar tidak menimbulkan spekulasi lain dihadapan orang-orang.” Martin kembali mempertegas.Julia mengangguk. “Julia menger

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 43 Bayang-Bayang Harapan

    Di restoran bawah laut yang memukau di Maldives, Henry dan Eva duduk di meja yang dikelilingi oleh dinding kaca transparan.Eva tersenyum memandang ikan-ikan yang berenang dengan lincah. Sejenak, keindahan itu membuatnya terpesonaNamun, melihat ikan-ikan itu, pikirannya melayang kembali ke rumah tangganya yang penuh ketidakpastian.Betapa indahnya mereka. Mereka bebas, tidak terikat apapun. Sementara aku terjebak dalam proses yang seolah tidak pernah ada ujungnya. Kenapa semuanya harus begitu rumit?Dia merasakan berat di dadanya, mengingat semua perdebatan dan kesedihan yang menggelayutinya.Saat Eva tersenyum kecil memandang ikan-ikan itu, Henry mengecek ponselnya yang sudah tiga hari ini dia biarkan tergeletak begitu saja.Dia membaca pesan-pesan yang masuk. Namun di saat dia melihat pesan dari Julia, tiba-tiba saja wajahnya berubah.Eva yang melihat ekspresi Henry itu merasa hatinya menyempit. “Ada apa?”Henry tidak menjawab, justru dia menempelkan ponselnya di telinga kanannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 44 Di Persimpangan Perasaan

    Saat tiba di rumah sakit, Henry melangkah terburu-buru menuju ruang yang ditempati oleh Julia. Dia mendorong pintu dan masuk.Julia menoleh ketika pintu ruangan terbuka, dia tersenyum tipis melihat kedatangan Henry. “Henry? Kau sudah pulang?” Julia bangun, mengubah posisi duduknya dengan sempurna. Henry menyahut dengan paniknya, “Bagaimana keadaanmu sekarang? Dan apa yang terjadi?”Julia berdehem pelan, menutupi senyum kemenangan yang nyaris tak bisa ia sembunyikan. “Itu hanya gerd-ku saja yang kambuh.”Henry mendekat dengan cemas, duduk di sebelah brankar memeriksa kondisi Julia. "Kau benar-benar membuatku khawatir, Julia. Harusnya kau menurut dengan ucapanku waktu itu untuk memeriksakan kondisimu.”Mendengar itu, Julia tertawa pelan, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi lemah. “aku sudah jauh lebih baik sekarang.” Henry menghela napas, tampak lega. “Syukurlah. Aku akan tetap di sini untuk memastikan kau pulih sepenuhnya.”Senyum Julia semakin lebar, rencananya untuk menarik

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 104 Peduli tapi Gengsi

    Eva menghela napas panjang. “Terserah kau saja, ‘lah. Aku tidak ada tenaga untuk berdebat,” jawabnya, tak berminat memperpanjang pembicaraan. “Sekarang kau bisa keluar, ‘kan? Keluarlah,” sambungnya dengan nada mengusir. Henry masih mematung, seperti enggan untuk keluar. Eva yang ada di sana tidak mendengar pergerakan Henry. Keningnya sedikit berkerut, pria itu pasti masih berada di dalam kamar mandi. “Kau masih belum keluar?” Henry menggaruk leher bagian belakang. “Bagaimana kalau … kau kesulitan?”“Memangnya sejak kapan kau peduli?” sengalnya. “Cepatlah keluar!”Henry menyandarkan tubuhnya di pintu, tangannya bersilang di depan dada. “Tidak. Bagaimana jika nanti kau tergelincir atau pingsan di dalam sini? Siapa yang susah? Pasti aku.”Eva mendengus, mencoba menenangkan dirinya agar emosinya tidak meluap. “Aku tidak akan tergelincir ataupun pingsan! Sekarang, keluarlah!”“Aku tidak akan pergi,” jawab Henry santai. “Aku ingin berada di sini. Aku hanya tidak mau menanggung masalah

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 103

    Eva menelan ludahnya, menahan rasa menggelitik di hatinya. “Apa dia manusia sejenis chameleon?” gumamnya dalam hati. Chameleon adalah makhluk yang ahli berbaur dengan lingkungannya, mengubah warna sesuai kebutuhannya. Atau biasa disebut dengan bunglon.Segala bentuk perhatian Henry terasa aneh bagi Eva. Karena seumur-umur dia tidak pernah merasakan perhatian itu. Pria yang berada di ruangannya seperti topeng yang berganti-ganti wajah. Terkadang terlihat seperti tidak membutuhkan orang lain, di lain waktu dia akan berubah selayaknya pria lainnya yang memiliki rasa cemburu. Dan di saat ini, dia terlihat peduli. Sama persis seperti chameleon yang disebutnya.Berbagai pertanyaan membanjiri pikirannya. Apa yang membuat suaminya berubah seperti itu? “Cepat buka mulutmu lagi,” pintahnya lagi. Eva bahkan tak menyadari betapa patuhnya dia saat itu. Tanpa banyak berpikir, dia membuka mulut untuk menerima suapan berikutnya, meskipun pikirannya sibuk memutar berbagai kemungkinan. Apa yang m

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 102 Perubahan Sikap Henry

    “Memangnya mau ke mana kau dengannya?” Henry menyilangkan dada, menatap Eva dengan tajam. “Memangnya kalian menuju ke mana sebelum kecelakaan itu? Apa sepenting itu?” Henry menghela napas panjang, seolah menahan emosi yang bergejolak. Sorot matanya tetap tajam ke arah Eva. Dia tahu jawabannya, dia tahu persis jika hari ini harusnya adalah jadwal operasi wanita di depannya itu. Dan kecelakaan yang terjadi itu membuatnya harus mundur. Operasi yang diam-diam dia atur untuk memastikan jika istrinya mendapatkan perawatan terbaik tanpa tahu semua perjuangan yang dia lakukan. Akan tetapi dia memilih diam, tidak mengatakan dan tidak membiarkan Eva tahu. Jika istrinya tahu, pasti dia akan menolaknya. Dia menunggu jawaban Eva, meskipun dalam hatinya dia tahu apa yang akan diucapkan Eva. Eva menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu, semakin banyak ia bicara, semakin besar kemungkinan kebenaran akan terungkap. Namun, dia sedikit lega, karena pria yang sa

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 101

    Hati Henry berdenyut, nada suara Eva itu seperti tidak mengharapkan kehadirannya. Dengan suara tertahan dia berkata, “Memangnya siapa yang kau harapkan? Samuel?” Samuel?Bagaimana keadaannya saat ini? Dia tidak terluka parah, ‘kan? Apa dia baik-baik saja?Segudang pertanyaan bersarang di dalam pikiran Eva. Lagi-lagi, Samuel mendapatkan situasi sulit karenanya. Memang seharusnya operasi itu tidak perlu dilakukan. Harusnya memang dari awal dia menolak saja walau Samuel dan Nyonya Rosie membujuknya. Pasti hal ini akan tidak terjadi. Dia tidak membutuhkan kedua matanya pulih saat ini. Yang dia harapkan hanyalah keadaan Samuel yang baik-baik saja.Dalam hatinya berdoa, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada pria yang selalu menolongnya.Setelah terdiam sesaat, akhirnya Eva menjawab, “Siapa saja, asalkan bukan dirimu yang ada di sini.” Kata-katanya begitu memohok. Dia pun mengalihkan padangannya ke kiri, menolak menghadap Henry. Meski dia tidak bisa melihat di mana posisi Henry, t

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 100 Frustasi Julia

    Malam hari, di apartemen, Julia duduk di ruang tamu, tangannya terkepal erat di atas lutut, menahan amarah yang mulai memuncak. Matanya menatap kosong ke luar jendela, meski pikirannya jauh dari pemandangan itu. Kecelakaan yang melibatkan Eva itu menjadi kabar yang baru saja dia terima, dan berita yang datang tidak seperti yang dia harapkan. Eva hanya terluka kecil, sebuah cedera ringan yang tidak sebanding dengan harapannya. Itu bukan bagian dari rencananya.Selama ini, Julia telah merencanakan segalanya, menyusun langkah demi langkah untuk memastikan Eva menerima akibatnya. Julia merasa cemburu, merasa bahwa Eva telah mengambil Henry yang seharusnya menjadi miliknya. Segala kebahagiaan, perhatian, dan kasih sayang yang dia inginkan, semuanya diberikan pada Eva. Dan demi mendapatkan Henry kembali, dia bertekad untuk membuat Eva merasakan pahitnya hidup.Namun, ketika kabar datang bahwa Eva hanya mengalami luka ringan, kemarahan Julia meledak. Semua usaha yang telah dia lakukan, ter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 99

    Kabar kecelakaan Eva dan Samuel itu telah sampai di telinga Martin. Dia datang ke rumah sakit, wajahnya tegang penuh emosi. Langkahnya cepat menyusuri lorong. Begitu memasuki ruangan Eva, dia hanya melihat keberadaan Ryan di sana, tidak dengan Henry. Melihat kedatangan Martin, Ryan segera bangkit, membungkukkan badannya memberikan hormat pada Tuan Besarnya. “Selamat sore, Tuan.”“Di mana Anak itu?” Tanpa basa-basi dia menanyakan keberadaan Henry.Ryan bisa melihat jelas wajah tidak bersahabat dari Martin. “Tuan Henry ada urusan di luar, Tuan Besar,” jawabnya.“Suruh dia kembali dengan cepat!” Martin memberikan titah dengan tegas, membuat Ryan ketar-ketir. “Ba-baik, Tuan.” Dengan cepat Ryan meraih ponselnya, mencari nomor ponsel Henry. Baru saja dia meletakkan ponsel di telinganya, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok Henry yang baru saja tia. Ryan bernapas lega, akhirnya dia terselamatkan. Masih berada di ambang pintu, Henry sudah disambut tatapan tajam dari papanya, seol

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 98

    Ruangan rumah sakit terasa sunyi, hanya suara alat medis dan para perawat yang dengan lembut membersihkan darah yang menempel di lengan Samuel.Samuel mengerang pelan, matanya mulai membuka, berusaha memahami di mana dia berada. Tubuhnya terasa berat dan nyeri menjalar di setiap inci.Pandangan matanya yang buram itu bisa mengenali Dave yang berdiri di antara kerumunan para perawat yang membantunya.“Dave .…” suaranya serak dan lemah. “Eva … di mana Eva?”Dalam keadaan lemah pun, dia tetap memikirkan bagaimana Eva. Perasaan yang dia tunjukkan begitu besar pada Eva. Dave menoleh, menatap Samuel dengan cemas. “Nona Eva ada di ruangan lain, Tuan. Keadaannya cukup stabil, tapi masih belum sadar. Anda jangan khawatir, saya susah menghubungi Tuan Henry.”Samuel terbatuk ringan, rasa sakit di tubuhnya membuatnya mengerang lagi. “Dia tidak terluka parah, ‘kan? Harusnya hari ini dia operasi.” Dave menjawab dengan ramah, “Nona Eva hanya luka ringan, Tuan. Anda tenang saja. Sebaiknya Anda piki

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 97 Kabar Buruk

    “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Ryan datang dengan cepat, menunjukkan kesungguhan dalam pekerjaannya.“Apa kau mendapat kabar dari Samuel?” tanya Henry tiba-tiba.Ryan mengerutkan kening sesaat, lalu dia mengangguk. “Terakhir Tuan Samuel memberi kabar pada jam sembilan pagi. Beliau mengatakan jika mereka segera berangkat ke rumah sakit.” Henry menghela napas. Sepertinya semuanya berjalan dengan normal, lalu kenapa dengan hatinya yang seperti merasa tidak beres. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. “Apa dia tidak memberi kabar lagi?” Ryan menggelengkan kepala cepat. “Belum, Tuan. Tuan Samuel belum memberikan kabar lagi.”Henry hanya bisa berdesis pelan. Ryan menatap ekspresi Henry, dia bisa melihat wajah gelisah dari tuannya itu. “Eem … Tuan, apa ada sesuatu?” Henry kembali mengangkat pandangannya ke arah Ryan. “Tidak ada. Hanya saja ….” Ucapannya terjeda karena seperti tidak yakin. Sepertinya itu hanya perasaannya saja. Henry mengangkat pergelangan tangannya, melihat jam di pe

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 96 Kecelakaan

    Roda mobilnya berputar pelan, mengikuti kendaraan Samuel dengan penuh perhitungan, memastikan tak ada yang menyadari kehadirannya.Setiap tikungan, setiap perubahan arah, Julia tidak melewatkan satu detik pun. Dia mengemudikan mobilnya dengan cekatan di jalan yang lengang. Tangan kirinya mantap menggenggam kemudi, sementara tangan kanannya meraih ponsel di salam tasnya. Setelah menekan nomor, dia menempelkan ponsel ke telinga, suaranya tenang namun penuh wewenang saat berbicara dengan orang suruhannya. “Kau bisa melihat mobil hitam di depanku, bukan?”Terdengar suara tegas di balik teleponnya. “Saya bisa melihatnya, Nona.”“Kau mengerti apa maksudku, kan?” ucap Julia lagi. “Mengerti, Nona.”“Lakukan sekarang. Aku tidak mau wanita bodoh itu merebut semua yang jadi milikku!” nada suaranya penuh dengan kebencian.Julia memutuskan panggilan telepon itu dan melanjutkan mengawasi pergerakan mobil di depannya. Sementara di dalam mobil Samuel, suasana tampak sunyi. Dari Eva maupun Samuel

DMCA.com Protection Status