Home / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 29 Perasaan Bersalah dan Ketidakpastian

Share

Chapter 29 Perasaan Bersalah dan Ketidakpastian

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-09-09 00:00:05
Eva meremas tangannya, ia kembali menundukkan kepala dengan perasaan bersalah yang mendalam.

Eva berkata dengan pelan, “Itu karena aku. Maafkan aku, Sam.”

Samuel menggelengkan kepala dan menjawab lembut, “Tidak, Eva, berhenti untuk terus-menerus meminta maaf. Kami masih menyelidiki semuanya memastikan kebenarannya. Meskipun Henry memiliki sikap yang egois, tapi aku rasa dia tidak akan melakukan hal itu.”

Mata Eva mulai berkaca-kaca, hatinya terasa berat.

Samuel adalah orang baik. Seharusnya dia membalas dengan kebaikan pula, bukan dengan memberinya masalah seperti ini.

“Coba katakan padaku, memang apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau harus merasa jika itu adalah salahmu?” Samuel bertanya denga nada rendah.

Eva menarik napas dalam dan mencoba menenangkan diri. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Di dalam hatinya rasa perasaan campur aduk menyelimuti, rasa cemas sebab situasi yang rumit dan rasa bersalah yang menghimpit kerena melibatkan Samuel dalam masalah rum
Sya Reefah

Note : cerita ini memiliki alur lambat. Cerita berkembang secara bertahap dan perlahan! Maaf untuk di ch 27 jika terlihat aneh saat di baca, karena ada sedikit keeroran. Akan auhtor benahi. Terima kasih.

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 30 Bermain Peran

    Eva menghela napas, menatap langit-langit kamar dengan frustasi. Dia menyadari proses perceraian yang lambat memperburuk situasinya, dan dia harus mencari solusi.“Nyonya bisa menghubungi Tuan Henry atau menemuinya langsung. Saya akan mengirimkan pemberitahuan resmi lagi agar Tuan Henry segera menandatangani.” Suara James menunjukkan rasa tanggung jawab dan upaya mencari solusi.Eva mengangguk meski tidak terlihat oleh James, berusaha untuk tetap tenang. “Baik, Tuan James. Terima kasih atas bantuannya.”Ketika percakapan berakhir, dia menutup teleponnya dan duduk diam sejenak.Dia menatap telepon dengan pikiran melayang, meskipun ada harapan, kekhawatiran akan hasil dan kelanjutan proses pereraiannya membebaninya.Di sisi lain, Harrison Realty Partners, dengan senyum cerah dan langkah penuh percaya diri Julia memasuki ruangan Henry.“Halo, Henry, aku sudah menyiapkan dokumen rapat minggu ini. Ini berisi agenda rapat, catatan rapat sebelumnya, dan beberapa catatan penting dari departem

    Last Updated : 2024-09-10
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 31 Antara Peran dan Kenyataan

    Jonathan membalas jabatan tangan dan tersenyum lebar penuh rasa terima kasih. “Terima kasih banyak, Mr. Henry. Semoga pernikahan kalian selalu diberkati.”Eva terpaksan menahan senyum dan menampilkan wajah bahagia di depan Jonathan. Dia merasa seperti artis papan atas yang memainkan perannya dengan sempurna meskipun hatinya bergejolak.Dia merasakan beratnya perasaan yang harus disembunyikan di balik senyuman yang dipaksakan. Setiap doa tentang kebahagiaan mereka bagaikan cambuk yang mengingatkan ketidakpastian yang dia alami dalam rumah tangga.Tangan Henry terulur mendarat di pinggang Eva. Dia memberika kode dengan gerakan kepala kepada Eva untuk memberikan ucapan selamat pada Jonathan.Eva tersenyum lembut. “Selamat ulang tahun pernikahan, Tuan. Semoga kebagaiaan dan keberuntungan berlimpah selalu menyertai Anda dan sekeluarga.”Jonathan membalas senyuman Eva dengan penuh rasa syukur.Dia memandang Eva lalu mengalihkan matanya ke arah Henry. “Kau benar-benar memiliki Istri yang can

    Last Updated : 2024-09-12
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 32 Cemburu?

    Eva melangkah perlahan menuju kursi di sudut ruangan dengan membawa hidangan lezat di tangannya, sepotong cheesecake lembut dan dasar kue yang renyah.Eva menghela napas lega, ketenangan sudut itu menawarkan kelegaan dari kebisingan hiruk pikuk acara tersebut. Di tengah kemewahan pesta, dia menikmati momen pribadi dengan mencicipi setiap gigitan cheesecake sambil membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa tenang yang jarang ia temui di tengah keramaian.Sementara Henry berbincang-bincang dengan para kolega bisnis yang hadir di sana. Kesempatan yang baik untuk para pebisnis menjalin hubungan dengan pebisnis lainnya. Dia membiarkan Eva dalam kesendirian duduk di sudut tanpa berniat menemani.Namun di tengah Eva menikmati cheesecake-nya, seorang pria berjas tampak menghampiri dan duduk di meja yang sama dengannya. Pria itu terlihat muda, tetapi memiliki wibawa.“Boleh saya bergabung?” tanyanya dengan suara lembut.Eva mendongakkan kepala melihat siapa yang datang. Dia kira jika duduk di

    Last Updated : 2024-09-12
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 33 Gengsi Setinggi Langit

    “Kau sengaja duduk di sini agar mereka datang mendekatimu?” Eva mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Henry. Dia mencoba menenangkan dirinya untuk tidak meluapkan emosinya di depan umum. Eva menjawab dengan sedikit ketus, “Memangnya apa masalahnya jika aku berbicara dengan salah satu tamu undangan di sini?”“Kau pasti menggodanya dengan menunjukkan sisi lemahmu kepadanya.” Eva benar-benar dibuat kesal dengan setiap perkataan suaminya. Ucapan-ucapan itu selalu memojokkannya. Dia harus bisa menahannya sampai acara itu selesai. Eva kembali menjawab dengan nada sedikit meninggi, “Sebaiknya kau pergi dan melanjutkan percakapanmu dengan rekan-rekan bisnismu dari pada harus mencari-cari kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!”Henry memerhatikan ekspresi Eva yang terlihat serius.Eva kembali melanjutkan dengan berapi-api, “Apa kau berbicara seperti karena kau cemburu? Kita hanya berpura-pura menjadi sepasang Suami Istri yang harmonis, tapi sepertinya kau terbawa dengan peranmu!” H

    Last Updated : 2024-09-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 34 Rapat Kerjasama

    Keesokan harinya, Henry berada di ruang rapat duduk tenang memandang layar proyektor yang menampilkan slide presentasi.Hari ini, dia memiliki jadwal rapat penting dengan pihak NextGen Development. Mengenai pembangunan mixed-use, jenis pengembangan real estate yang menggabungkan fungsi atau penggunaan dalam satu gedung yang sama.Semua orang yang berada di ruangan itu tampak fokus menatap layar proyektor.Leo, manajer penjualan itu kembali menjelaskan, “Di sini kami memiliki tiga opsi utama untuk proyek pembangunan yang Anda inginkan, Tuan Christopher. Opsi pertama adalah pengembangan apartemen mewah di kawasan Upper East Side. Opsi kedua adalah pembangunan gedung perkantoran di area Finansial District. Dan opsi yang ketiga adalah proyek mixed-use di kawasan Chelsae, yang menggabungkan ruang hunian dan komersial dalam satu gedung.”Christopher tampak tertarik dengan ide gagasan tim Henry.“Kami tertarik pada opsi ketiga, kami bisa melihat potensi besar di kawasan Chelsea. Namun ada be

    Last Updated : 2024-09-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 35 Di balik Jendela Luxe Avenue

    Di Luxe Avenue, Samuel berdiri dari tempat duduk saat melihat Sophie Goldstein-partner senior di firma investasi dengan jaringan luas dan pengalaman mendalam dalam konteks perusahaan investasi.Dia tersenyum dan menjabat tangan Sophie dengan ramah. “Senang bertemu dengan Anda Mrs. Sophie. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu.”Sophie tergelak dengan ucapan Samuel yang terdengar sangat formal. “Senang bertemu denganmu juga, Samuel. Kita hanya berdua di sini, kenapa kau harus berbicara formal? Kau menyambutku seperti orang asing.”Samuel terkekeh, “Mari duduk.”Mereka duduk, dan pelayan segera datang mengantar makanan dan minuman mewah yang sudah Samuel pesan sebelumnya.Sebelumnya, mereka sudah menjadi partner akrab di dalam dunia bisnis. Mereka bekerja di bidang yang sama, yaitu investasi.Selama beberapa menit awal, mereka saling bertukar cerita mengenai pengalaman masing-masing dan hal-hal menarik selama menjalani pekerjaan mereka.Sophie tampak akrab dengan dunia inve

    Last Updated : 2024-09-14
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 36 Apa Susahnya Sih, Jika Tidak Ingin Berpisah?

    Malam harinya, setelah Eva pergi meninggalkan kota beberapa hari yang lalu, Martin selalu berencana agar Henry dan Eva terlibat momen bersama. Dia kembali meminta putra dan menantunya untuk menginap di kediaman mereka untuk beberapa hari ke depan. Eva merasa tertekan dan terhimpit setiap kali dia harus berbagi kamar dengan Henry, karena permintaan mertuanya yang tidak bisa ditolak. Namun meskipun hatinya merasa tidak nyaman, dia berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Sementara Henry duduk bersila di tepi kasur dengan santai, tetapi menonjolkan kesan meremehkan. Tangannya terlipat di depan dada dengan senyum sinis yang samar terlihat di sudut bibirnya.“Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Apa kau tidak suka jika harus berbagi kamar denganku?”Eva menjaga nada suaranya tetap tenang. “Aku masih harus menyesuaikan jika berbagi kamar denganmu.”Henry mengangkat alis, tetap duduk bersila. Selama 4 tahun dia tinggal di bawah atap yang sama, harusnya Eva sudah biasa dalam hal ini.Dia m

    Last Updated : 2024-09-15
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 37 Henry Modus

    Cahaya lembut menembus cela-cela jendela besar. Eva merasakan cahaya mulai memenuhi ruangan.Dia meregangkan otot-ototnya dengan menguap lebar. Saat kedua sepenuhnya terbuka, dia melihat pemandangan yang tidak pernah dia lihat sepenuhnya.Eva memandang wajah Henry yang tertidur di sebelahnya dengan damai. Dia masih terdiam membeku, pikirannya belum sepenuhnya mencerna apapun. Berselang beberapa menit, matanya melebar lalu berteriak keras dan kakinya menendang orang di sebelahnya. “Aaakh!” Dentuman keras terdengar saat tubuh Henry menghantam lantai. Eva meringis mendengar suara keras yang dihasilkan.Henry berdiri, mengelus punggungnya yang sakit. “Apa-apaan kau, Eva! Kau kira aku bola?”“Ma-maaf … aku ‘kan tidak sengaja.” Eva tergeragap. “Kau tidak apa-apa, ‘kan?”Henry menjawab dengan nada kesal, “Tentu saja punggungku sakit. Sepertinya aku patah tulang karena ulahmu. Kau harus bertanggung jawab jika aku mengalami patah tulang, akan semakin banyak hutangmu padaku.”Eva menyibak s

    Last Updated : 2024-09-15

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 167 Membenarkan Mitos

    Tuan Lawson tergelak melihat ketidak sabaran istrinya. Wanita memang memiliki kesabaran seperti kapas yang terendam didalam air. “Ada legenda lokal yang mengatakan jika pasangan berciuman di atas kapal yang mengelilingi danau, mereka akan diberkati keberuntungan dan kelanggengan hubungan.” Tuan Lawson mulai menjelaskan, sedangkan Sophia mendengarkan dengan penasaran. “Dan aku rasa … Tuan Henry ingin memastikannya setelah mendengar percakapan pengunjung.” Perkataan itu diakhiri dengan kekehan renyah darinya.Selama di dermaga, mereka selalu berjalan beriringan mengawasi para istri yang berjalan lebih dulu. Percakapan itu juga bisa didengar olehnya. Dia tidak percaya jika seorang Henry, yang terkenal dengan keangkuhannya bisa begitu mudah percaya dengan mitos yang baru saja didengarnya. Henry yang selama ini selalu rasional pada hal-hal yang tidak masuk akal itu tiba-tiba saja tertarik. Dia mendengarkan dengan serius selama di dermaga, cerita itu seperti kebenaran yang tak terbantah

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 166 Mitos

    Para rombongan turis baru saja menuruni kapal yang mengangkut mereka mengelilingi danau. Suasana sedikit ramai, namun menyegarkan saat udara sejuk membawa aroma segar pegunungan. Di dermaga tampak sibuk, beberapa turis dan lainnya berjalan dengan arah berlawanan. Eva dengan wajah cerianya tengah berbincang dengan Sophia. Tak ada yang mengganggu percakapan mereka.Sementara Henry dan Tuan Lawson jarang beriringan di belakang mereka, membiarkan para wanita itu berbincang lebih banyak. Namun, di tengah keramaian itu, Henry mendengar sesuatu yang menarik perhatiannya. Salah satu seorang turis tengah berbincang dengan rombongan mereka, berbisik di dermaga tentang sebuah mitos yang terkait dengan danau tersebut. “Aku mendengar mitos menganai danau ini, katanya, kalau pasangan yang berkeliling di danau dan berciuman di atas kapal, hubungan mereka akan mendapatkan keberuntungan dan bertahan selamanya,” ujar turis itu dengan penuh semangat. “Aku ingin sekali mencobanya.”“Kau mau mencoba

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 165

    Pagi itu, Henry dan rombongannya memulai perjalanan mereka mengelilingi pemandangan alam yang memukau. Di tengah hamparan pegunungan Alpen yang menjulang tinggi, terdapat danau yang tenang seperti hamparan cermin. Pemandangan itu begitu memukau membuat senyum Eva tak pernah pudar dari wajahnya. Biasanya, dia hanya bisa melihat semua itu dari gambar. Sekarang, kakinya benar-benar berpijak di sana. Henry yang berada di sampingnya, bisa melihat kebahagiaannya yang menyatu dengan pemandangan di sekitar mereka. Saat dia melihat Eva, rasanya dia ingin menghentikan waktu, bahkan dalam pikirannya, dia ingin membawa wanita itu ke sisi lain dunia di mana hanya ada mereka berdua. Dia hanya tidak ingin senyum di wajah istrinya dilihat orang lain. Di dunia itu dia ingin membuat kebahagiaan yang tak pernah terukur untuk Eva. Henry menggenggam tangan Eva semakin erat, tak ingin melepaskan momen ini sedetikpun. Hatinya dipenuhi dengan perasaan yang tak terungkap. Di matanya, senyum Eva adalah i

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 164 Flashback

    Setelah telepon berakhir, Henry kembali ke kamar. Matanya menatap ke arah Eva yang sudah tertidur. Dalam tidurnya itu wajahnya tampak tenang. Pikirannya kembali teringat beberapa menit berlalu, bagaimana wajah Eva yang menyimpan keraguan padanya. Henry menghela napas sambil mendongak ke atas. Bagaimana aku menebus semua dosa-dosaku?****4 tahun yang lalu.Apabila banyak orang berpikir, menikah dengan seorang Henry adalah surga dunia, tetapi tidak seperti yang mereka bayangkan. Pernikahan mereka begitu dingin, seperti tidak ada nyawa dalam kehidupan mereka. Dunia mereka seperti saling bertabrakan.Eva adalah sosok yang hangat dan perhatian, selalu mengutamakan orang lain. Sementara Henry adalah orang yang dingin, acuh tak acuk, dan selalu berkata tajam. Tak pernah memberikan kesempatan untuknya masuk ke dalam kehidupannya lebih dalam. Eva selalu merasa terasingkan. Bahkan dia selalu disembunyikan dari publik, tak seorang pun Henry biarkan mengetahui Eva. Dia begitu malu. Betap

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 163

    Eva membaringkan tubuhnya di tepian kasur dengan posisi membelakangi Henry, dan segera memejamkan kedua matanya.Kasur ini memiliki ukuran besar, tapi tetap saja rasanya terlalu kecil saat Henry ada di sini. Dia berusaha terpejam dan menghilangkan gejolak di hatinya. Baru saja matanya terpejam, suara Henry terdengar dari belakang.“Eh!”Suara Henry cukup membuat dirinya reflek terjingkat dan membuka matanya.“Sangat tidak sopan kalau membelakangi suamimu sendiri.” Henry melanjutkan. Detik itu juga, Eva mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Matanya menatap ke langit-langit kamar. Campuran perasaan tergambar jelas di wajahnya, dia sangat pasrah dan sedikit jengkel. Huh? Tidak sopan?Henry mengubah posisinya menyamping dengan satu tangannya dia gunakan untuk menyanggah kepalanya. “Kau tidur di tepi sana, apa memang kau berniat akan tidur di lantai?” Henry berkata lebih dramatis.“Kau tidur berniat memunggungiku, dan tidur di pinggiran kasur. Jujur saja … apa kau benar-benar i

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 162

    Tuk!Tuk! Suara pantofel miliknya memenuhi ruangan. Perlahan dia mendekati Eva. “Eva….” Suaranya pelan, nyaris berbisik. Dia berdiri tepat di hadapan istrinya. Pandangannya menunduk, mengarah pada istrinya di bawah sana. Eva tidak mundur ataupun menghindari tatapannya. Dia justru mendongak, memerhatikan wajah serius Henry. Saat ini, dia mengamati tatapan dalam Henry bagai lautan yang tak bisa dia jelajahi kedalamannya. Tatapan itu bisa menenggelamkannya dalam sesaat. Setelah beberapa detik berlalu, Henry melanjutkan ucapannya, “Kau dan aku adalah dua orang dewasa dan sudah menikah bertahun-tahun. Aku rasa … kau pasti bisa memahami apa yang aku katakan tadi.”Henry mengarahkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Eva. “Apa aku perlu memberikan contoh secara langsung padamu?” Tiba-tiba saja suaranya terdengar serak, seperti menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Eva menelan ludahnya dan mengalihkan pandangannya ke samping kanan, menghindari tatapan Henry. Tampaknya, dia pa

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 161 Ambigu

    “Sudah kukatakan sebelumnya, pakai baju tebalmu. Kenapa kau tidak mendengarku?” Henry menatapnya dengan serius. Sikap lembutnya berubah menjadi keposesifan yang sulit disembunyikan. “Di sini bukan seperti di rumah. Kau harus memakai baju tebal setiap keluar!”Eva menyipitkan matanya, memerhatikan setiap perhatian Henry. Akhirnya, dia pun membuka suara, “Kenapa kau tiba-tiba sangat posesif?” Dia ingin mendengar jawaban pria itu.Namun, Henry tidak menjawab, dia hanya memastikan mantel itu terpasang dengan sempurna, lalu menggenggamnya dengan erat dan menariknya turun. Eva tidak menolak. Dia membiarkan Henry menuntunnya turun, meski dia sedikit kecewa karena Henry tidak menjawab pertanyaannya. Tak mau kalah, Tuan Lawson pun menunjukkan kepeduliannya pada istrinya. Dia memakaikan istrinya dengan pakaian tebal, memastikan istrinya tetap dalam kondisi hangat. Sophia yang awalnya menerima perhatian itu dengan senang, lama-lama merasa tidak nyaman. Pakaian tebal itu terlalu banyak, me

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 160 Wanita tak Sadar Diri

    “Apa aku harus membantumu untuk sembuh, Nona Julia?” Samuel mengakhiri ucapannya dengan raut wajah yang terkesan meremehkan Julia. Darah Julia semakin mendidih. Tangannya yang mengepal di bawah meja itu semakin menguat, tetapi dia berusaha keras menahannya agar tidak kehilangan kendali. Dengan suara gemetar, Julia berkata, “Kau tidak tahu apa yang aku alami, Samuel! Kau tidak berhak mengatakan itu semua!” Matanya dipenuhi dengan kilatan kemarahan, ia melanjutkan, “Jangan kira kau berbicara sembarangan, itu berarti kau benar! Kau sendiri juga korban yang dicampakkan oleh Eva!”Dada Julia naik turun saat mengatakannya.Namun kemarahannya itu hanya membuat Samuel tertawa karena lucu. Rasanya, dia ingin tertawa lebih keras. “Apa kau benar-benar tidak sadar posisimu, Nona Julia? Atau kau memang tidak bisa memahami bahasa manusia yang aku katakan?” Mata Julia semakin menggelap, karena emosi mulai menguasai dirinya. Samuel kembali membeberkan semua isi kepalanya dengan santai. “Yang h

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 159 Ejekan

    “Aihh … jangan memanggilku Nyonya, panggil saja Sophia.” Sophia melayangkan protesnya. “Dilihat-lihat sepertinya kita seumuran.”Eva tersenyum malu-malu, dia belum terbiasa jika memanggil orang yang memiliki kasta tinggi dengan sebutan nama saja. Percakapan mereka terus berlanjut, membahas perjalanan mereka selama di Swiss, tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi, dan bagaimana mereka bisa bersantai dan menikmati waktu bersama. Meski awalnya terasa agak canggung, percakapan mereka mulai mengalir lebih lancar. Eva merasa nyaman berada di sana, merasa sedikit lebih rileks setelah membiarkan dirinya berbicara lebih banyak.Henry yang berada di sisi Eva, ikut tersenyum mendengar percakapan mereka. Tatapan matanya menunduk, menatap Eva tanpa beralih sedetikpun. Dia melihat Eva dengan cara yang berbeda pagi itu, seperti ada sesuatu yang baru tumbuh dalam diri istrinya. Mungkin, perjalanan ini memang apa yang mereka butuhkan. Sebelum mereka memasuki ruang keberangkatan, Tuan Lawson berk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status