Eva meremas tangannya, ia kembali menundukkan kepala dengan perasaan bersalah yang mendalam. Eva berkata dengan pelan, “Itu karena aku. Maafkan aku, Sam.” Samuel menggelengkan kepala dan menjawab lembut, “Tidak, Eva, berhenti untuk terus-menerus meminta maaf. Kami masih menyelidiki semuanya memastikan kebenarannya. Meskipun Henry memiliki sikap yang egois, tapi aku rasa dia tidak akan melakukan hal itu.” Mata Eva mulai berkaca-kaca, hatinya terasa berat. Samuel adalah orang baik. Seharusnya dia membalas dengan kebaikan pula, bukan dengan memberinya masalah seperti ini. “Coba katakan padaku, memang apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau harus merasa jika itu adalah salahmu?” Samuel bertanya denga nada rendah. Eva menarik napas dalam dan mencoba menenangkan diri. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Di dalam hatinya rasa perasaan campur aduk menyelimuti, rasa cemas sebab situasi yang rumit dan rasa bersalah yang menghimpit kerena melibatkan Samuel dalam masalah rum
Eva menghela napas, menatap langit-langit kamar dengan frustasi. Dia menyadari proses perceraian yang lambat memperburuk situasinya, dan dia harus mencari solusi.“Nyonya bisa menghubungi Tuan Henry atau menemuinya langsung. Saya akan mengirimkan pemberitahuan resmi lagi agar Tuan Henry segera menandatangani.” Suara James menunjukkan rasa tanggung jawab dan upaya mencari solusi.Eva mengangguk meski tidak terlihat oleh James, berusaha untuk tetap tenang. “Baik, Tuan James. Terima kasih atas bantuannya.”Ketika percakapan berakhir, dia menutup teleponnya dan duduk diam sejenak.Dia menatap telepon dengan pikiran melayang, meskipun ada harapan, kekhawatiran akan hasil dan kelanjutan proses pereraiannya membebaninya.Di sisi lain, Harrison Realty Partners, dengan senyum cerah dan langkah penuh percaya diri Julia memasuki ruangan Henry.“Halo, Henry, aku sudah menyiapkan dokumen rapat minggu ini. Ini berisi agenda rapat, catatan rapat sebelumnya, dan beberapa catatan penting dari departem
Jonathan membalas jabatan tangan dan tersenyum lebar penuh rasa terima kasih. “Terima kasih banyak, Mr. Henry. Semoga pernikahan kalian selalu diberkati.”Eva terpaksan menahan senyum dan menampilkan wajah bahagia di depan Jonathan. Dia merasa seperti artis papan atas yang memainkan perannya dengan sempurna meskipun hatinya bergejolak.Dia merasakan beratnya perasaan yang harus disembunyikan di balik senyuman yang dipaksakan. Setiap doa tentang kebahagiaan mereka bagaikan cambuk yang mengingatkan ketidakpastian yang dia alami dalam rumah tangga.Tangan Henry terulur mendarat di pinggang Eva. Dia memberika kode dengan gerakan kepala kepada Eva untuk memberikan ucapan selamat pada Jonathan.Eva tersenyum lembut. “Selamat ulang tahun pernikahan, Tuan. Semoga kebagaiaan dan keberuntungan berlimpah selalu menyertai Anda dan sekeluarga.”Jonathan membalas senyuman Eva dengan penuh rasa syukur.Dia memandang Eva lalu mengalihkan matanya ke arah Henry. “Kau benar-benar memiliki Istri yang can
Eva melangkah perlahan menuju kursi di sudut ruangan dengan membawa hidangan lezat di tangannya, sepotong cheesecake lembut dan dasar kue yang renyah.Eva menghela napas lega, ketenangan sudut itu menawarkan kelegaan dari kebisingan hiruk pikuk acara tersebut. Di tengah kemewahan pesta, dia menikmati momen pribadi dengan mencicipi setiap gigitan cheesecake sambil membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa tenang yang jarang ia temui di tengah keramaian.Sementara Henry berbincang-bincang dengan para kolega bisnis yang hadir di sana. Kesempatan yang baik untuk para pebisnis menjalin hubungan dengan pebisnis lainnya. Dia membiarkan Eva dalam kesendirian duduk di sudut tanpa berniat menemani.Namun di tengah Eva menikmati cheesecake-nya, seorang pria berjas tampak menghampiri dan duduk di meja yang sama dengannya. Pria itu terlihat muda, tetapi memiliki wibawa.“Boleh saya bergabung?” tanyanya dengan suara lembut.Eva mendongakkan kepala melihat siapa yang datang. Dia kira jika duduk di
“Kau sengaja duduk di sini agar mereka datang mendekatimu?” Eva mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Henry. Dia mencoba menenangkan dirinya untuk tidak meluapkan emosinya di depan umum. Eva menjawab dengan sedikit ketus, “Memangnya apa masalahnya jika aku berbicara dengan salah satu tamu undangan di sini?”“Kau pasti menggodanya dengan menunjukkan sisi lemahmu kepadanya.” Eva benar-benar dibuat kesal dengan setiap perkataan suaminya. Ucapan-ucapan itu selalu memojokkannya. Dia harus bisa menahannya sampai acara itu selesai. Eva kembali menjawab dengan nada sedikit meninggi, “Sebaiknya kau pergi dan melanjutkan percakapanmu dengan rekan-rekan bisnismu dari pada harus mencari-cari kesalahan yang tidak pernah aku lakukan!”Henry memerhatikan ekspresi Eva yang terlihat serius.Eva kembali melanjutkan dengan berapi-api, “Apa kau berbicara seperti karena kau cemburu? Kita hanya berpura-pura menjadi sepasang Suami Istri yang harmonis, tapi sepertinya kau terbawa dengan peranmu!” H
Keesokan harinya, Henry berada di ruang rapat duduk tenang memandang layar proyektor yang menampilkan slide presentasi.Hari ini, dia memiliki jadwal rapat penting dengan pihak NextGen Development. Mengenai pembangunan mixed-use, jenis pengembangan real estate yang menggabungkan fungsi atau penggunaan dalam satu gedung yang sama.Semua orang yang berada di ruangan itu tampak fokus menatap layar proyektor.Leo, manajer penjualan itu kembali menjelaskan, “Di sini kami memiliki tiga opsi utama untuk proyek pembangunan yang Anda inginkan, Tuan Christopher. Opsi pertama adalah pengembangan apartemen mewah di kawasan Upper East Side. Opsi kedua adalah pembangunan gedung perkantoran di area Finansial District. Dan opsi yang ketiga adalah proyek mixed-use di kawasan Chelsae, yang menggabungkan ruang hunian dan komersial dalam satu gedung.”Christopher tampak tertarik dengan ide gagasan tim Henry.“Kami tertarik pada opsi ketiga, kami bisa melihat potensi besar di kawasan Chelsea. Namun ada be
Di Luxe Avenue, Samuel berdiri dari tempat duduk saat melihat Sophie Goldstein-partner senior di firma investasi dengan jaringan luas dan pengalaman mendalam dalam konteks perusahaan investasi.Dia tersenyum dan menjabat tangan Sophie dengan ramah. “Senang bertemu dengan Anda Mrs. Sophie. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu.”Sophie tergelak dengan ucapan Samuel yang terdengar sangat formal. “Senang bertemu denganmu juga, Samuel. Kita hanya berdua di sini, kenapa kau harus berbicara formal? Kau menyambutku seperti orang asing.”Samuel terkekeh, “Mari duduk.”Mereka duduk, dan pelayan segera datang mengantar makanan dan minuman mewah yang sudah Samuel pesan sebelumnya.Sebelumnya, mereka sudah menjadi partner akrab di dalam dunia bisnis. Mereka bekerja di bidang yang sama, yaitu investasi.Selama beberapa menit awal, mereka saling bertukar cerita mengenai pengalaman masing-masing dan hal-hal menarik selama menjalani pekerjaan mereka.Sophie tampak akrab dengan dunia inve
Malam harinya, setelah Eva pergi meninggalkan kota beberapa hari yang lalu, Martin selalu berencana agar Henry dan Eva terlibat momen bersama. Dia kembali meminta putra dan menantunya untuk menginap di kediaman mereka untuk beberapa hari ke depan. Eva merasa tertekan dan terhimpit setiap kali dia harus berbagi kamar dengan Henry, karena permintaan mertuanya yang tidak bisa ditolak. Namun meskipun hatinya merasa tidak nyaman, dia berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Sementara Henry duduk bersila di tepi kasur dengan santai, tetapi menonjolkan kesan meremehkan. Tangannya terlipat di depan dada dengan senyum sinis yang samar terlihat di sudut bibirnya.“Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Apa kau tidak suka jika harus berbagi kamar denganku?”Eva menjaga nada suaranya tetap tenang. “Aku masih harus menyesuaikan jika berbagi kamar denganmu.”Henry mengangkat alis, tetap duduk bersila. Selama 4 tahun dia tinggal di bawah atap yang sama, harusnya Eva sudah biasa dalam hal ini.Dia m