Ayah dan anak itu tersenyum pada semua orang yang ada di ruangan.Semua yang hadir terkejut karena tidak menyangka kalau selama ini dia adalah anak dari Tuan besar mereka.Kecuali Pak Agung yang sudah tahu lebih dulu, tapi dia bisa menyesuaikan diri dengan baik.Tapi satu orang yang pastinya paling shock melihat fakta ini.Siapa lagi kalau bukan Pak Bambang!.Wajahnya mendadak pucat pasi, keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya.Tubuhnya terasa tidak bertulang dan tak mampu untuk duduk lebih lama lagi.'Apa aku salah dengar? Dia adalah putra Tuan besar? Tidak! Tidak mungkin!' batinnya ketakutan.Pantas saja Sam lebih berani padanya dibanding karyawan yang lain.Ternyata selama ini dia menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang.Tidak ada yang peduli dan memperhatikan pria itu.Saat ini semua pandangan tertuju ke depan.Adam pun meminta anaknya untuk memberikan sedikit kata sambutan kecil.Sam sebenarnya sedikit gugup.Dia belum pernah ditatap oleh banyak orang apalagi d
Angelina kaget mendengar suaminya bicara seperti itu.Selama ini Hendra tidak pernah ikut campur soal perusahaan keluarganya tapi kenapa akhir-akhir ini dia seperti sibuk mencari tahu yang berkaitan dengan perusahaan Galaxi Group."Apa maksud ucapanmu, Pa? Sam itu anak Mas Adam! Tentu saja dia harus ikut menjalankan perusahaan," ucapnya sedikit kesal.Hal sepele seperti itu seharusnya suaminya sudah tahu tanpa harus dijelaskan.Hendra hampir saja lepas kendali.Dia akan lebih berhati-hati lagi karena saat ini istrinya belum sepenuhnya bisa dipengaruhi.Hendra berkata dengan pelan, "Bukan begitu, Ma. Maksudku, coba deh mama pikirkan lagi. Mas Adam masih mampu untuk memimpin perusahaan tapi kenapa Samuel yang masih belum tahu apa-apa sudah diberi jabatan tinggi. Pasti ada sesuatu hal!" Hendra mengutarakan pendapatnya secara keseluruhan.Ada juga alasan lain tapi dia hanya mengatakan salah satunya saja."Iya, Pa. Aku tahu, jadi itulah alasan Mas Adam. Justru karena dia ingin Sam belaja
Susan heran, siapa gadis cantik yang sedang berdiri di hadapannya saat ini."Sore juga. Maaf, cari siapa? Ada keperluan apa sampai datang kemari?" tanya Susan ramah.Dia bertanya seperti itu karena biasanya kalau sampai ada orang yang datang ke rumah berarti itu adalah urusan yang sangat penting.Bisa jadi itu urusan pribadi dengan suaminya atau urusan bisnis dengan perusahaan mereka.Ya, karena keluarga mereka sangat tertutup soal kehidupan pribadi jadi hanya beberapa orang tertentu saja yang mengetahui alamat rumah ini.Gadis itu tersenyum sangat manis.Penampilannya juga lebih rapi dan tertutup tentunya, meskipun dia mengenakan dress tanpa lengan.Dengan sopan dia menjawab pertanyaan Susan, "Saya Sonia Cantika, Nyonya. Putri dari Bapak Handoko Wijaya. Rekan bisnis dari perusahaan Galaxi Group!" ucapnya lembut.Sonia mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Susan.Susan menerimanya dengan hangat."Oh, begitu. Baiklah, ayo masuk! Kita ngobrol di dalam!" Susan membawa Soni
Susan bingung melihat Sam yang bersikap seperti itu.Padahal dia yakin kalau mereka sangat akrab, terbukti anaknya itu langsung bisa mengenali Sonia dengan baik tapi sepertinya masih ada kesalahpahaman di antara mereka."Sayang, jangan bicara seperti itu! Dia sudah jauh-jauh datang kemari. Kamu temani Sonia sebentar ya!" ucap Susan berbisik pelan.Sam tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas dia sangat terkejut kenapa gadis penggoda ini bisa ada di rumahnya.Dia akan menyelidikinya besok tapi sementara ini bagaimana caranya untuk menolaknya, sedangkan Mamanya sudah seperti percaya dengan kata-kata gadis itu.Entah apa yang mereka bicarakan sebelum dia pulang."Ma, Mama saja yang temani dia ya? Aku baru pulang dan capek. Aku ingin mandi dan istirahat!" tolak Sam halus dan dia tetap tersenyum manis tentunya hanya di depan Mamanya saja."Kamu tidak boleh begitu, Sam! Kalian kan berteman di perusahaan. Jadi apa salahnya kalau menyapa dan menemaninya sebentar!""Apa? Berteman?' batin Sam t
Sam menghentikan aktivitas makannya."Apa? Mama jangan bicara sembarangan deh! Aku sudah punya pacar, Ma. Lagipula aku tidak menyukai gadis itu. Dan yang paling aku benci adalah sifat dan juga sikapnya, Ma!" Sam menolak dengan tegas dan bicara terang-terangan pada Mamanya.Dia harus memberitahu semuanya pada Susan sebelum terlambat."Tapi, Samuel … Mama suka loh dengan gadis itu," rayu mamanya."Mama, Sam tidak mau!" rengeknya seperti anak kecil.Sam benar-benar kesal.Harus berapa kali dia harus mengatakan pada Mamanya kalau tidak menyukai Sonia Si Centil!.Mamanya saja yang belum melihat sifat asli gadis itu. Jadi sekarang terus saja membelanya.Mendengar perdebatan kecil mereka, Adam jadi tidak tenang mengunyah makanan yang ada di hadapannya saat ini.Mau tidak mau dia akhirnya buka suara."Mama, sudah. Lagipula sekarang bukan saatnya untuk membahas hal seperti itu. Masih banyak yang harus Sam kerjaka
Sam dan Sonia sama-sama terkejut dan serentak menoleh ke arah pintu.Setelah itu Sam tersadar dan langsung mendorong Sonia hingga tubuhnya terhempas di atas sofa."Awww!" pekiknya kesakitan.Tapi Sam tidak peduli!.Pikirannya hanya tertuju pada satu orang.Sam yang panik pun segera keluar dari ruangannya. Dia bahkan tidak sempat untuk melihat kotak bekal yang sudah jatuh ke lantai.Sonia yang merasa rencananya gagal, kembali merapikan pakaiannya dengan terburu-buru."Sial! Siapa sih? Mengganggu saja!" gerutunya kesal dengan tangan terlipat di depan dada."Sarah! Tunggu!" teriak Sam memanggil gadis itu.Sonia masih mendengar dengan jelas Suara Sam, "Sarah?" gumamnya. "Apa yang dia maksud adalah nama pacarnya?"Sonia pikir Sam tadi berbohong dan mengarang cerita. Ternyata benar bahwa yang melihat mereka berdua tadi adalah pacarnya.Sonia pun tersenyum penuh kemenangan. Dia yakin setelah
Sam pun langsung bergegas pulang setelah mendapatkan pesan dari mamanya.Dia punya dua keyakinan antara Tantenya hanya main saja seperti biasanya atau karena sesuatu yang penting.Rumah Keluarga Galaxi…Terdengar suara tawa dari kedua wanita cantik itu.Mereka sedang mengobrol di taman belakang rumah bersebelahan dengan kolam renang yang luas.Dihiasi taman kecil dan ada dua gazebo di kiri dan kanan untuk bersantai dengan keluarga.Kali ini Angelina hanya datang seorang diri tidak dengan suaminya ataupun bersama anaknya.Karena niatnya kemari memang bukan karena kunjungan biasa."Oh, ya! Kemarin itu ada seorang gadis yang datang kemari. Dia sangat cantik, sikapnya itu lemah lembut dan juga anak dari seorang pengusaha ternama. Ternyata yang paling menarik itu dia datang kemari hanya untuk meminta maaf loh, Angel!" tutur Susan dengan bersemangat.Angelina pun dengan seri
Setelah kepanikan yang menghinggapi pikiran Sam. Sebisa mungkin mencoba untuk tetap tenang.Dia pun memilih untuk menunggu Sarah pulang, siapa tahu gadis itu pergi berbelanja sesuatu.Setelah dua jam…Sarah belum juga kembali dan hal ini semakin membuat Sam panik.Tentu saja dia takut terjadi sesuatu pada gadis itu.Apalagi hari juga sudah malam. Dia pun menelpon anak buah Pak Yudi yang bertugas berjaga di sekitar apartemen ini."Apa kalian melihat Sarah keluar dari apartemen?" Sam langsung bertanya.["Iya, Tuan. Terakhir kami melihatnya jam lima sore tadi. Dia pergi dengan taksi lalu kami kehilangan jejak saat mengikutinya," jelas pria itu.]"Apa? Dasar bodoh! Kenapa tidak memberitahuku dari awal!"["Maaf, Tuan. Kami pikir dia hanya pergi sebentar! Kami akan kembali mencarinya!"]"Temukan dia secepatnya!"Sam mematikan telepon secara sepihak."Sial!" makinya kesal.Dia tidak tahu dimana dan kemana gadis itu pergi.Bahkan sekarang nomor ponselnya sedang tidak aktif.Sam dengan cepat
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak