Sam memukul meja kerjanya dengan keras.
Wajahnya memerah menahan marah."Sial! Mereka pasti sudah tahu kalau kita sedang mengejarnya. Apa kita terlalu gegabah dalam bertindak, Pak?" tanya Sam berbalik arah menatap pria berkacamata itu.Sorot matanya memperlihatkan kebingungan.Pak Yudi pun mengerti tentang kegelisahan Tuannya."Tindakan kita sudah benar, Tuan. Karena kalau tidak maka Nona Sarah pasti sudah tidak aman lagi sekarang. Biarlah saat ini mereka mengetahui kalau kita sedang memburu mereka. Setidaknya untuk saat ini, pasti mereka sedang bersembunyi di suatu tempat!" jelasnya mencoba mengemukakan pendapatnya.Sam paham akan situasi yang terjadi.Dia yakin kalau ini keputusan yang tepat.Setelah penjagaan di sekitar apartemen, ternyata di hari yang sama mereka mengincar Sarah.Terlambat sedikit saja kekasihnya bisa dalam bahaya."Benar sekali, Pak. Mereka pasti akan menggunakan cara lain dan sebelHari ini wajah Sam terlihat lebih ceria dari biasanya.Hal itu membuat orang tuanya merasa senang melihat anaknya bersemangat lagi.Sam sudah mau sarapan bersama mereka lagi seperti biasa."Hari ini kita akan mulai melakukan pembangunan, Sam. Papa harap kamu bisa membuat proyek ini berhasil! Semua ada di tanganmu," tutur Adam tersenyum."Iya, Pa. Semoga semuanya lancar sampai selesai!" jawab Sam mantap."Mama harap semua karyawan melihat hasil dan prestasi dari pekerjaanmu, Sam. Bukan hanya karena kamu anak papa. Para direksi pasti akan terkejut kalau kamu berhasil di proyek ini," Susan ikut menimpali."Iya, Ma. Aku akan langsung mengumumkan kalau Samuel adalah pewaris perusahaan kita. Lebih cepat lebih baik!" ujarnya yakin.Sam ingin protes pada keputusan Papanya. Bukan dia tidak mau tapi itu terlalu cepat.Dia masih perlu sedikit waktu lagi untuk menyiapkan semuanya.Tapi sekarang dia hanya bisa diam. Sam tidak ingin Mamanya melihat dia berdebat dengan Papanya.Dia harus membicaraka
Sam mengucapkan itu dengan tenang tanpa perasaan bersalah."Apa? Hahaha!"Pak Bambang yang mendengar Sam memecat dirinya langsung tertawa keras.Dia merasa pemuda itu benar-benar kehilangan akal sehat dan merasa tinggi hati."Memangnya kamu siapa? Anak baru kemarin sore saja kamu sudah belagu!" ucap pria itu ketus.Sam hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar. Sepertinya dia harus lebih bersabar menghadapi pria tua ini."Baiklah, kalau memang kamu tidak percaya. Besok pagi semua orang harus berkumpul di ruang meeting! Aku akan menyampaikan sesuatu yang penting pada kalian semua!" ucap Sam tegas."Tidak akan ada yang datang dan tidak ada orang yang mau mendengarkanmu! Aku sudah lama bekerja di perusahaan ini. Tidak semudah itu untuk memecatku!" ucapnya tetap sombong."Aku tidak akan banyak bicara, Pak. Kita lihat saja besok, hari ini aku ingin fokus bekerja!"Setelah mengatakan itu Sam pun pergi meninggalkan Pak Bambang yang menatapnya dengan tajam, terlihat jelas kilatan amarah
Ayah dan anak itu tersenyum pada semua orang yang ada di ruangan.Semua yang hadir terkejut karena tidak menyangka kalau selama ini dia adalah anak dari Tuan besar mereka.Kecuali Pak Agung yang sudah tahu lebih dulu, tapi dia bisa menyesuaikan diri dengan baik.Tapi satu orang yang pastinya paling shock melihat fakta ini.Siapa lagi kalau bukan Pak Bambang!.Wajahnya mendadak pucat pasi, keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya.Tubuhnya terasa tidak bertulang dan tak mampu untuk duduk lebih lama lagi.'Apa aku salah dengar? Dia adalah putra Tuan besar? Tidak! Tidak mungkin!' batinnya ketakutan.Pantas saja Sam lebih berani padanya dibanding karyawan yang lain.Ternyata selama ini dia menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang.Tidak ada yang peduli dan memperhatikan pria itu.Saat ini semua pandangan tertuju ke depan.Adam pun meminta anaknya untuk memberikan sedikit kata sambutan kecil.Sam sebenarnya sedikit gugup.Dia belum pernah ditatap oleh banyak orang apalagi d
Angelina kaget mendengar suaminya bicara seperti itu.Selama ini Hendra tidak pernah ikut campur soal perusahaan keluarganya tapi kenapa akhir-akhir ini dia seperti sibuk mencari tahu yang berkaitan dengan perusahaan Galaxi Group."Apa maksud ucapanmu, Pa? Sam itu anak Mas Adam! Tentu saja dia harus ikut menjalankan perusahaan," ucapnya sedikit kesal.Hal sepele seperti itu seharusnya suaminya sudah tahu tanpa harus dijelaskan.Hendra hampir saja lepas kendali.Dia akan lebih berhati-hati lagi karena saat ini istrinya belum sepenuhnya bisa dipengaruhi.Hendra berkata dengan pelan, "Bukan begitu, Ma. Maksudku, coba deh mama pikirkan lagi. Mas Adam masih mampu untuk memimpin perusahaan tapi kenapa Samuel yang masih belum tahu apa-apa sudah diberi jabatan tinggi. Pasti ada sesuatu hal!" Hendra mengutarakan pendapatnya secara keseluruhan.Ada juga alasan lain tapi dia hanya mengatakan salah satunya saja."Iya, Pa. Aku tahu, jadi itulah alasan Mas Adam. Justru karena dia ingin Sam belaja
Susan heran, siapa gadis cantik yang sedang berdiri di hadapannya saat ini."Sore juga. Maaf, cari siapa? Ada keperluan apa sampai datang kemari?" tanya Susan ramah.Dia bertanya seperti itu karena biasanya kalau sampai ada orang yang datang ke rumah berarti itu adalah urusan yang sangat penting.Bisa jadi itu urusan pribadi dengan suaminya atau urusan bisnis dengan perusahaan mereka.Ya, karena keluarga mereka sangat tertutup soal kehidupan pribadi jadi hanya beberapa orang tertentu saja yang mengetahui alamat rumah ini.Gadis itu tersenyum sangat manis.Penampilannya juga lebih rapi dan tertutup tentunya, meskipun dia mengenakan dress tanpa lengan.Dengan sopan dia menjawab pertanyaan Susan, "Saya Sonia Cantika, Nyonya. Putri dari Bapak Handoko Wijaya. Rekan bisnis dari perusahaan Galaxi Group!" ucapnya lembut.Sonia mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Susan.Susan menerimanya dengan hangat."Oh, begitu. Baiklah, ayo masuk! Kita ngobrol di dalam!" Susan membawa Soni
Susan bingung melihat Sam yang bersikap seperti itu.Padahal dia yakin kalau mereka sangat akrab, terbukti anaknya itu langsung bisa mengenali Sonia dengan baik tapi sepertinya masih ada kesalahpahaman di antara mereka."Sayang, jangan bicara seperti itu! Dia sudah jauh-jauh datang kemari. Kamu temani Sonia sebentar ya!" ucap Susan berbisik pelan.Sam tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas dia sangat terkejut kenapa gadis penggoda ini bisa ada di rumahnya.Dia akan menyelidikinya besok tapi sementara ini bagaimana caranya untuk menolaknya, sedangkan Mamanya sudah seperti percaya dengan kata-kata gadis itu.Entah apa yang mereka bicarakan sebelum dia pulang."Ma, Mama saja yang temani dia ya? Aku baru pulang dan capek. Aku ingin mandi dan istirahat!" tolak Sam halus dan dia tetap tersenyum manis tentunya hanya di depan Mamanya saja."Kamu tidak boleh begitu, Sam! Kalian kan berteman di perusahaan. Jadi apa salahnya kalau menyapa dan menemaninya sebentar!""Apa? Berteman?' batin Sam t
Sam menghentikan aktivitas makannya."Apa? Mama jangan bicara sembarangan deh! Aku sudah punya pacar, Ma. Lagipula aku tidak menyukai gadis itu. Dan yang paling aku benci adalah sifat dan juga sikapnya, Ma!" Sam menolak dengan tegas dan bicara terang-terangan pada Mamanya.Dia harus memberitahu semuanya pada Susan sebelum terlambat."Tapi, Samuel … Mama suka loh dengan gadis itu," rayu mamanya."Mama, Sam tidak mau!" rengeknya seperti anak kecil.Sam benar-benar kesal.Harus berapa kali dia harus mengatakan pada Mamanya kalau tidak menyukai Sonia Si Centil!.Mamanya saja yang belum melihat sifat asli gadis itu. Jadi sekarang terus saja membelanya.Mendengar perdebatan kecil mereka, Adam jadi tidak tenang mengunyah makanan yang ada di hadapannya saat ini.Mau tidak mau dia akhirnya buka suara."Mama, sudah. Lagipula sekarang bukan saatnya untuk membahas hal seperti itu. Masih banyak yang harus Sam kerjaka
Sam dan Sonia sama-sama terkejut dan serentak menoleh ke arah pintu.Setelah itu Sam tersadar dan langsung mendorong Sonia hingga tubuhnya terhempas di atas sofa."Awww!" pekiknya kesakitan.Tapi Sam tidak peduli!.Pikirannya hanya tertuju pada satu orang.Sam yang panik pun segera keluar dari ruangannya. Dia bahkan tidak sempat untuk melihat kotak bekal yang sudah jatuh ke lantai.Sonia yang merasa rencananya gagal, kembali merapikan pakaiannya dengan terburu-buru."Sial! Siapa sih? Mengganggu saja!" gerutunya kesal dengan tangan terlipat di depan dada."Sarah! Tunggu!" teriak Sam memanggil gadis itu.Sonia masih mendengar dengan jelas Suara Sam, "Sarah?" gumamnya. "Apa yang dia maksud adalah nama pacarnya?"Sonia pikir Sam tadi berbohong dan mengarang cerita. Ternyata benar bahwa yang melihat mereka berdua tadi adalah pacarnya.Sonia pun tersenyum penuh kemenangan. Dia yakin setelah