Bab87
Binar-binar kebahagiaan, bagaikan bintang yang indah, menghiasi kedua bola mata Juana.
"Aku, seperti melihat seseorang di matanya. Mata itu, persis seperti mata laki-laki yang sangat aku sukai, sekaligus aku benci," ungkap Juana, dengan mata mulai berkaca.
"Sekaligus dibenci? Sepertinya itu berat," sahut Aluna menanggapi.
"Aku tidak perduli dengan curhatanmu. Yang aku inginkan, kamu jauhi calon suamiku. Sebelum, kukupas habis kehidupan gelapmu ini. Maka kupastikan, karir dan nama baikmu hancur," ucap Aluna dalam hati.
Wanita cantik ini menatap Juana dengan tatapan penuh kebencian. Meskipun Juana bersikap baik dan mengistimewakan Aluna. Namun Aluna, tetap kukuh dengan tujuan awalnya, membuat Hancur karir dan kehidupan Juana.
"Baiklah Aluna, aku akan pergi menemuinya hari ini. Dia mengirimkan pesan untukku, dan mengajak kami bertemu," ungkap Juana lagi.
Dalam hati Aluna, dia sangat terkejut, karena tahu Wiliam, mengajak Juana bert
Bab88Aluna menabrak seorang pejalan kaki hingga terpental.Pejalan kaki itu baru keluar dari mobil, dan berniat ke hotel tersebut juga.Jika tidak tahu, jika ada seorang pengendara mobil yang gila, berusaha menabrak dua sejoli itu.Lelaki itu terpental, hingga meregang nyawa di tempat. Sedangkan Aluna yang sempat melakukan rem mendadak, pun sia-sia.Banyak orang berdatangan, menggerembungi mobil Aluna. Wiliam dan Juana pun ikut terkejut, melihat kecelakaan di belakang mereka.Wiliam yang mengenali mobil itu pun, bergegas berlari ke arahnya.Sosok di dalam mobil, menatap penuh kebencian pada Wiliam.Di tambah lagi, Juana yang datang mendekat, langsung memeluk tangan lelaki itu, membuat Aluna semakin murka.Namun disisi lain, dia sedikit panik, sebab banyak orang mengelilingi mobilnya dengan arogan, dan memintanya untuk keluar.Aluna menguatkan diri, dan keluar dari mobil."Kamu gila, apa yang kamu lakukan
Bab89Aluna terkekeh, melihat wajah Wiliam, yang begitu sangat antusias."Kartu matinya, biar menjadi rahasiaku," jawab Aluna. Membuat Wiliam berdecak kesal."Kau sungguh-sungguh? Tidak ingin memberitahuku?""Belum saatnya, aku ingin bermain-main dulu dengan wanita itu," ungkap Aluna, dengan tersenyum menyeringai."Terserah," sahut Wiliam dengan nada kecewa. Ia pun bangkit dari peraduan mereka, dan meraih pakaiannya yang berserakan."Wow, kau merajuk?" ejek Aluna. Wanita itu merasa senang kali ini, melihat wajah masam lelaki itu.Namun Wiliam tidak menggubris ejekan Aluna sama sekali. Lelaki itu bergegas mengenakan pakaiannya dan pergi meninggalkan rumah rahasia mereka.Sepanjang perjalanan menuju apartemen. Wiliam gusar, memikirkan cara.Cara mengetahui, kartu mati Juana, wanita yang begitu dia ingin hancurkan. Hingga, bisa menyaksikan, kematian tragis dalam hidup wanita itu.Sebuah notifikasi pesan dari Af
Bab90"Aluna, Ayah ingin kamu mengenali Juana," ungkap Welas, dengan tersenyum tipis ke Putrinya.Aluna tersenyum menyeringai. "Apakah Ayah berniat menikah dengannya? Memberiku Ibu tiri?"Welas menghela napas, melihat seringai penuh tanda tanya putri semata wayangnya."Come on, Aluna. Sayang, kamu tetap yang utama di hati Ayah!""Aku ingin punya Ibu tiri, tapi bukan wanita seperti dia!" tunjuk Aluna, sembari tersenyum remeh.Wajah Juana seketika masam, emosi dalam dadanya kian berpacu. Sekuat mungkin, Juana menahan diri, mendapat penghinaan sekejam ini."Aluna, jaga sikap kamu! Minta maaf dengan Juana sekarang juga!" titah Welas, yang marah dengan sikap dan tingkah anaknya itu."Untuk apa aku minta maaf? Itu ungkapan dari hati," jelas Aluna, tanpa rasa bersalah."Kamu ...." Welas berniat membentak Aluna lebih keras lagi, namun Juana menahan tangan Welas, memberi isyarat untuk sabar."Tahan, Tuan," pinta Juan
Bab91Usai makan, Welas mengajak Juana ke ruang tamu, untuk berkenalan dengan Wiliam.Juana tidak bisa menghindar lagi, dengan gontai, ia pun berjalan, mengikuti langkah Welas.Namun Juana sedikit merasa lega, sosok Wiliam tidak ada di ruang tamu. Welas yang penasaran pun, menanyakan pada pelayan."Tuan Wiliam ke kamar Nona Aluna."Hati Juana merasakan butir kecemburuan. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan keadaan ini, Juana bisa memanfaatkannya, untuk menghindari bertemu Wiliam di rumah Welas._____"Ada apa?" Wiliam heran, melihat Aluna yang mengamuk sedari tadi di kamarnya. Melihat Aluna memalingkan wajah, membuat Wiliam sangat kesal."Cih, dasar bayi," ucapnya dengan raut wajah merah.Mendengar ucapan Wiliam, Aluna tersulut emosi kembali."Ya, aku memang anak kecil. Jika aku dewasa dan pintar, aku tidak mungkin mencintai lelaki bajingan sepertimu!" maki Aluna. "Apakah kamu lelaki yang tid
Bab92"Jonas Welas, apa yang membawamu kemari?" tanya Welas. Ia pun berjalan ke arah keponakannya itu, dan memeluknya dengan hangat."Aku hanya ingin mengunjungimu," sahutnya santai, kemudian ia beralih menatap Juana."Dia Juana," ucap Welas, memperkenalkan wanitanya."Juana Zambora?" tanya Jonas.Juana tersenyum dengan penuh kebanggaan. "Iya, Juana Zambora dari Kota Yuzong."Mereka bersalaman cukup intens."Wow, wanita hebat dan pandai dalam berbisnis. Kecerdasaan Anda dalam dunia bisnis, sudah di akui dunia," terang Jonas secara berlebihan.Membuat hati Juana kian melayang tinggi ke awan. Namun mendengar suara deheman dari Welas, Juana kembali bersikap elegan."Semua berkat Tuan Welas," kata Juana lagi, mencoba menyanjung Welas, yang wajahnya mulai masam.Namun mendengar pujian indah itu, membuat binar di mata Welas memancarkan cahaya, juga senyuman tipisnya terlihat melegakkan hati Juana."Jo
Bab93Juana tidak menggubris sindiran Aluna, dia pun berdiri dari tempat duduknya."Ayah, ini benerankan? Kalau Ayah, akan meresmikan hubunganku dengan Wiliam?""Tentu saja." Welas menyahut cepat. "Malam ini, sebelum Wiliam kembali ke Monarki, Ayah akan mengundang keluarga mereka makan malam.""Yes, I Love You Ayah!" ucap Aluna dengan bahagia.Juana yang melangkah pelan, meninggalkan ruang makan, mendengar dengan jelas rencana Welas.Ia pun menuju kamarnya di lantai 2 dan menutup kamar, kemudian mengunci pintunya. Juana gusar, haruskah dia kalah dua kali? Dalam hal percintaan.Apakah sudah menjadi takdirnya, hidup bersama lelaki tua itu? Ah, Juana bergidik ngeri, jika harus mengingat hal itu.Juana meraih ponselnya, dan mulai mencoba menghubungi Wiliam. Juana terus mencari siasat, untuk menggagalkan rencana Welas malam ini.Sementara itu, di kediaman Wiliam, di Negri Fantasy.Amira, yang merupakan Ibu dari Jonas W
Bab94"Wiliam!" seru Amira. Wiliam terkejut, ketika mendengar suara lantang Ibunya."Apa yang kamu pikirkan? Jonas butuh bantuanmu!" ucap Amira."Ah, aku lagi bingung," sahut Wiliam. "Aku butuh waktu," lanjutnya."Tapi malam ini, Welas mengundang kita sekeluarga!" kata Amira."Ibu dan Jonas saja yang datang," sahut Wiliam. Lelaki itupun berdiri dari duduknya. "Aku butuh istirahat," ucapnya lagi, dan pergi begitu saja.Amira menoleh ke arah Jonas. "Ada apa dengan Wiliam?""Nggak tahu, Bu. Aku akan bicara berdua dengannya," jawab Jonas lagi. Ia pun berdiri, dan menyusul Wiliam.Jonas mengetuk pintu kamar, Wiliam masih terpaku, mendengar suara berat Jonas memanggilnya."Buka! Kita perlu bicara empat mata," titah Jonas Welas.Wiliam menatap sesaat jarum jam. Hari menunjukkan hampir sore, Wiliam harus membuat keputusan.Ia pun berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju daun pintu, perlahan, ia memutar handle pin
Bab95 "Wiliam, bukankah rasanya tidak sopan, ketika aku bertanya, kamu bukannya menjawab. Sebaliknya, kamu malah membuat pertanyaan." "Maaf, Paman. Aku tidak ingin, membuatmu kecewa." Semua menjadi tegang. Amira sudah ketar-ketir, dengan tingkah Wiliam. Sedangkan Jonas Welas, berusaha menahan diri. Ia pun, menyeka pelan keringatnya. "Maksud kamu ini apa?" bentak Welas, lelaki tua itu pun berdiri dari duduknya tadi, dan menatap tajam penuh amarah ke arah Wiliam. "Aku, aku menyukai Aluna begitu dalam. Tapi, dengan jabatan aku di kantor, aku malu, jika bersanding dengan Aluna." Semua menjadi sedikit lega bagi Amira, begitu juga dengan Aluna, yang sudah sangat was-was, dengan emosi Ayahnya. "Jabatan?" Wiliam mengangguk. "Aku hanya karyawan biasa di kantor Welas Enterprise. Aku asisten Direktur Jonas Welas," terang Wiliam. "Apakah dengan jabatan tinggi, kamu bisa menjamin, Putriku akan bahagia."
Bab147 "Karena apa?" tanya Angela. "Karena aku memberi kesempatan, untuk kalian melakukan apapun, kepada wanita ini." Angela dan Merlin mengernyit. "Apa kau berniat menghasut kami? Untuk memukulinya?" tuduh Angela. Wiliam terkekeh. "Kau harus tahu ini," tunjuk Wiliam ke layar lebar, yang tersedia di ruangannya. Video mesum Angela pun berputar liar, membuat Merlin dan Angela memekik. "Kalian tahu, ini siapa yang merekamnya?" "Siapa?" tanya Angela. "Tolong matikan," pintanya mengiba. "Nikmatilah dulu, jangan buru-buru." Wiliam kembali terkekeh, membuat Angela terisak, menahan malu laksana duri yang menelanjangi tubuhnya. "Juana merekam semuanya. Demi apa? Mari kita dengarkan rekaman ini." Wiliam memutar rekaman suara. "Bagus. Aku yakin, jika kita sudah memperalat Merlin dan Angela, maka langkah balas dendam akan mulus tanpa hambatan. Dan setelah itu, gunakan video ini, untuk mengancam mereka, agar ma
Bab146 "Lepaskan aku!" Suara teriakkan wanita itu, membuat mereka yang berada di dalam ruangan, menoleh ke arahnya. "Jonas," seru Amira. Wanita paru baya itu sangat terkejut, melihat anaknya babak belur. Amira mendekati Jonas. "Apa yang terjadi?" tanya Amira, menatap cemas pada Jonas yang wajahnya di penuhi lebam. Seseorang berperawakan besar, menggunakan pakaian kulit serba hitam, mendekati Wiliam. "Misi telah selesai, Bos." Lelaki itu melapor dan memberikan benda berukuran kecil berwarna hitam. "Bukti dari rencana jahat Juana Zambora dan Jonas pada perusahaan. Dan rekaman penyiksaan mendiang Esmeralda." "Ada rekaman mendiang istri saya?" "Ya Bos! Penyiksaan disertai pemerkosaan sadis, semua terekam jelas di sana. Maafkan saya, bukan saya yang melihat semua adegan dalam video, ada rekan perempuan yang bertugas khusus untuk pengecekkannya, agar tidak keliru." "Baiklah." Wiliam menatap ke arah Juana Zambora, yang juga sa
Bab145"Aluna," panggil Wiliam. Namun Aluna tetap melangkah dengan cepat, sembari memegangi tangan kedua anaknya.Saat langkah Aluna semakin lebar. Dia berhenti, ketika sosok yang sangat dia kenali, berdiri di depan pintu utama."Tante Merlin," gumam Aluna.Merlin bersikap, seolah tidak mengenali Aluna. Dia pun berbincang hangat dengan Amira yang menyambut kedatangannya."Merlin, mana anakmu?" tanya Amira dengan ceria."Tuh, yang lagi jalan menuju kesini," tunjuk Merlin ke arah luar."Wah, cantik sekali," ucap Amira dengan sedikit keras."Hallo Tante, aku Angela, anak semata wayang Ibu," kata Angela memperkenalkan diri.Aluna Welas semakin terkejut, melihat sosok wanita itu.Wiliam pun berjalan pelan, dan berdiri di belakang Aluna Welas."Bawa anak-anak ke dalam. Aku ada urusan penting hari ini, dan jangan biarkan mereka melihat semua yang terjadi," bisik Wiliam pelan, tepat di samping telinga A
Bab144"Ya, kenapa?" tantang Aluna Welas. "Mau menampar lagi?" lanjutnya."Aluna Welas hentikan sikap burukmu ini. Hal ini tidak baik di saksikan anak-anak," tegur Wiliam, yang masih berusaha tenang."Sudah terlanjur basah. Biarkan saja, biar anak-anakku tahu. Bahwa wanita tua bermulut sampah ini, pantas untuk dibenci. Sekalipun, dia kau panggil Ibu.""Apa? Kurang ajar sekali wanita ini. Berani sekali wanita murahan ini menghinaku," teriak Amira dan berusaha menampar Aluna Welas kembali.Namun dengan gerakkan cepat, Wiliam menahan tangan Ibunya."Sudah cukup, Bu. Seharusnya Ibu minta maaf pada anak-anak. Bukannya terus memancing masalah menjadi besar," terang Wiliam.Amira menatap kecewa pada Wiliam."Ibu tidak salah. Untuk apa minta maaf? Apakah kamu mau Ibu merendahkan diri di depan Aluna? Jangan mimpi," ucap Amira dengan kesal, sembari menarik kasar tangannya."Bu. Seharusnya Ibu malu berucap begini. Aku dengan jelas
Bab143"Kamu tahu, pengalaman mengajarkan aku. Lalai adalah hal yang bisa membuat celaka.""Maksudmu?"Wiliam menghela napas."Dulu aku terlalu santai dan tidak terlalu waspada. Sehingga, banyak yang menjadi korban, termasuk aku sendiri."Aluna Welas terdiam."Terkadang. Musuh yang paling kejam dan mengerikan itu, bukanlah orang yang membenci kita. Melainkan, bisa jadi, orang yang paling dekat dengan kita. Maka dari itu, waspada itu perlu.""Kamu tidak lagi menyindirku kan?" tanya Aluna, membuat Wiliam tersenyum."Itu bukan sindiran. Hanya ungkapan.""Hhhmmm."Mobil memasuki halaman istana Wiliam yang semakin megah. Sebab setiap harinya, Amira selalu ingin istana megah mereka diberikan perawatan dengan baik.Aluna Welas menggandeng lengan Wiliam, memasuki rumah. Baru selangkah mereka memasuki pintu utama, sudah terdengar teriakkan suara Amira dari dapur."Dasar anak haram. Jangan pernah kamu bermimpi
Bab142 "Bagaimana dengan bisnisku Tan? Bukankah dulu Tante CEO GCG. Bagaimana ceritanya, jadi lelaki itu, yang kini jadi CEO." "Iya Juana, bagaimana bisnis Angela? Apakah kita harus tetap diam, ketika semua bisnis anakku dia bekukan di gedung itu." Juana Zambora menatap Angela dengan lekat. Kemudian, dia beralih ke Merlin, Ibu dari Angela. "Ada apa?" tanya Merlin dengan heran, melihat tatapan Juana. "Apakah kamu melakukan sesuatu, yang aku tidak tahu?" "Maksud kamu apa?" "Aku yakin terjadi sesuatu. Wiliam bukan orang sembarangan, dia tidak mungkin menutup bisnis Angela semuanya tanpa sebab," papar Juana dengan menatap tajam wajah Merlin. "Aaakkku ...." Merlin gugup. Dia teringat masa dipemakaman Welas, terjadi keributan antara dia, Aluna dan Wiliam. "Itu karena tiga karyawanku menyerang Aluna Welas. Mereka menghina penampilan Aluna saat itu." "Tidak mungkin cuma karena itu. Apalagi semua tokomu yan
Bab141 Sepuluh menit kemudian, seorang wanita berjalan cepat menuju konter MOSKAO. Dengan mengenakan pakaian formal, seperti baru pulang dari kantor. "Bos, ini Tuan Wiliam, yang menyegel konter kita," terang Manager. Plakk .... satu tamparan keras, wanita yang di panggil Bos tadi layangkan, ke pipi kanan Manager. Hingga Manager wanita itu meringis kesakitan. "Apa yang telah kamu lakukan, sehingga semua bisa terjadi?" "Bos, ini hanya salah paham," timpal Eliza. "Kami hanya melarang dia," tunjuk Eliza ke arah Aluna Welas. "Pakaian yang dia gunakan, membuat kami melarangnya masuk. Tidak sesuai dengan standar orang kaya," papar Eliza. Wanita itu menatap Aluna. "Tuan, apakah ini tidak berlebihan? Menyegel konter kami yang beromset besar di gedung ini, hanya karena salah paham." "Saya tidak perduli," sahut Wiliam dengan tenang. Dia memasukkan kedua tangannya, ke dalam kantong celana. Gaya coo
Bab140 "Kamu mau berbelanja?" tanya Manager wanita itu. "Mungkin," sahut Aluna. "Kamu yakin mampu bayar?" tanya wanita itu dengan angkuh juga. Aluna kini mengerti. Mengapa seorang karyawan toko baju branded ini begitu angkuh dan memandang remeh dirinya. Sebab Manager nya pun sama, jadi tidak heran. "Pakaian model dari pemakaman begini, mau masuk ke konter kami. Huh, yang ada bau bangkai nanti di dalam," ejek Eliza, sang karyawan toko. Dan ucapan wanita itu, disambut kekehan oleh sang Manager. "Kamu betul sekali. Yang ada ruangan kita bau bangkai," seru Manager, sembari terkekeh. "Bau bangkai? Siapa?" tanya Wiliam sembari mendekat, membuat ketiga wanita yang berdiri di depan pintu konter itu terkejut. Melihat kehadiran Wiliam, kedua waanita yang meremehkan Aluna itu tersenyum ramah dan menyapa Wiliam. "Hallo Tuan, ada yang Anda butuhkan?kami siap melayani dengan sepenuh hati," ucap Eliza. "Hhhm. Saya tadi
Bab139Wiliam membawa Aluna Welas menuju pusat perbelanjaan. Di sebuah parkiran mobil yang sangat luas, Aluna menolak untuk keluar.Pakaian serba hitam, seusai pemakaman Ayahnya kemarin, masih melekat ditubuhnya."Kita ngapain kesini? Aku malu berpakaian seperti ini," ucap Aluna, tanpa mau keluar dari mobil."Keluarlah, kita cari baju untukmu.""Nggak! Bajuku di Istana Welas itu banyak. Lebih baik antar aku kesana, baru kamu antar anak-anak.""Keluar! Kamu tahu aku kan! Aku benci dengan bantahan."Aluna menghela napas, dan keluar mobil dengan perasaan teramat kesal.Mereka menuju sebuah konter baju branded."Belilah apapun yang kamu mau. Setelah itu, kita akan membelikan keperluan anak-anak.""Meskipun kamu sangat mengesalkan. Kurasa ini tidak buruk," sahut Aluna Welas, sembari mengukir senyum manisnya."Dasar wanita," gumam Wiliam dalam hati.Wiliam mengeluarkan kartu hitam miliknya, dan membe