Bab88
Aluna menabrak seorang pejalan kaki hingga terpental.
Pejalan kaki itu baru keluar dari mobil, dan berniat ke hotel tersebut juga.Jika tidak tahu, jika ada seorang pengendara mobil yang gila, berusaha menabrak dua sejoli itu.
Lelaki itu terpental, hingga meregang nyawa di tempat. Sedangkan Aluna yang sempat melakukan rem mendadak, pun sia-sia.
Banyak orang berdatangan, menggerembungi mobil Aluna. Wiliam dan Juana pun ikut terkejut, melihat kecelakaan di belakang mereka.
Wiliam yang mengenali mobil itu pun, bergegas berlari ke arahnya.
Sosok di dalam mobil, menatap penuh kebencian pada Wiliam.Di tambah lagi, Juana yang datang mendekat, langsung memeluk tangan lelaki itu, membuat Aluna semakin murka.
Namun disisi lain, dia sedikit panik, sebab banyak orang mengelilingi mobilnya dengan arogan, dan memintanya untuk keluar.
Aluna menguatkan diri, dan keluar dari mobil.
"Kamu gila, apa yang kamu lakukan
Bab89Aluna terkekeh, melihat wajah Wiliam, yang begitu sangat antusias."Kartu matinya, biar menjadi rahasiaku," jawab Aluna. Membuat Wiliam berdecak kesal."Kau sungguh-sungguh? Tidak ingin memberitahuku?""Belum saatnya, aku ingin bermain-main dulu dengan wanita itu," ungkap Aluna, dengan tersenyum menyeringai."Terserah," sahut Wiliam dengan nada kecewa. Ia pun bangkit dari peraduan mereka, dan meraih pakaiannya yang berserakan."Wow, kau merajuk?" ejek Aluna. Wanita itu merasa senang kali ini, melihat wajah masam lelaki itu.Namun Wiliam tidak menggubris ejekan Aluna sama sekali. Lelaki itu bergegas mengenakan pakaiannya dan pergi meninggalkan rumah rahasia mereka.Sepanjang perjalanan menuju apartemen. Wiliam gusar, memikirkan cara.Cara mengetahui, kartu mati Juana, wanita yang begitu dia ingin hancurkan. Hingga, bisa menyaksikan, kematian tragis dalam hidup wanita itu.Sebuah notifikasi pesan dari Af
Bab90"Aluna, Ayah ingin kamu mengenali Juana," ungkap Welas, dengan tersenyum tipis ke Putrinya.Aluna tersenyum menyeringai. "Apakah Ayah berniat menikah dengannya? Memberiku Ibu tiri?"Welas menghela napas, melihat seringai penuh tanda tanya putri semata wayangnya."Come on, Aluna. Sayang, kamu tetap yang utama di hati Ayah!""Aku ingin punya Ibu tiri, tapi bukan wanita seperti dia!" tunjuk Aluna, sembari tersenyum remeh.Wajah Juana seketika masam, emosi dalam dadanya kian berpacu. Sekuat mungkin, Juana menahan diri, mendapat penghinaan sekejam ini."Aluna, jaga sikap kamu! Minta maaf dengan Juana sekarang juga!" titah Welas, yang marah dengan sikap dan tingkah anaknya itu."Untuk apa aku minta maaf? Itu ungkapan dari hati," jelas Aluna, tanpa rasa bersalah."Kamu ...." Welas berniat membentak Aluna lebih keras lagi, namun Juana menahan tangan Welas, memberi isyarat untuk sabar."Tahan, Tuan," pinta Juan
Bab91Usai makan, Welas mengajak Juana ke ruang tamu, untuk berkenalan dengan Wiliam.Juana tidak bisa menghindar lagi, dengan gontai, ia pun berjalan, mengikuti langkah Welas.Namun Juana sedikit merasa lega, sosok Wiliam tidak ada di ruang tamu. Welas yang penasaran pun, menanyakan pada pelayan."Tuan Wiliam ke kamar Nona Aluna."Hati Juana merasakan butir kecemburuan. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan keadaan ini, Juana bisa memanfaatkannya, untuk menghindari bertemu Wiliam di rumah Welas._____"Ada apa?" Wiliam heran, melihat Aluna yang mengamuk sedari tadi di kamarnya. Melihat Aluna memalingkan wajah, membuat Wiliam sangat kesal."Cih, dasar bayi," ucapnya dengan raut wajah merah.Mendengar ucapan Wiliam, Aluna tersulut emosi kembali."Ya, aku memang anak kecil. Jika aku dewasa dan pintar, aku tidak mungkin mencintai lelaki bajingan sepertimu!" maki Aluna. "Apakah kamu lelaki yang tid
Bab92"Jonas Welas, apa yang membawamu kemari?" tanya Welas. Ia pun berjalan ke arah keponakannya itu, dan memeluknya dengan hangat."Aku hanya ingin mengunjungimu," sahutnya santai, kemudian ia beralih menatap Juana."Dia Juana," ucap Welas, memperkenalkan wanitanya."Juana Zambora?" tanya Jonas.Juana tersenyum dengan penuh kebanggaan. "Iya, Juana Zambora dari Kota Yuzong."Mereka bersalaman cukup intens."Wow, wanita hebat dan pandai dalam berbisnis. Kecerdasaan Anda dalam dunia bisnis, sudah di akui dunia," terang Jonas secara berlebihan.Membuat hati Juana kian melayang tinggi ke awan. Namun mendengar suara deheman dari Welas, Juana kembali bersikap elegan."Semua berkat Tuan Welas," kata Juana lagi, mencoba menyanjung Welas, yang wajahnya mulai masam.Namun mendengar pujian indah itu, membuat binar di mata Welas memancarkan cahaya, juga senyuman tipisnya terlihat melegakkan hati Juana."Jo
Bab93Juana tidak menggubris sindiran Aluna, dia pun berdiri dari tempat duduknya."Ayah, ini benerankan? Kalau Ayah, akan meresmikan hubunganku dengan Wiliam?""Tentu saja." Welas menyahut cepat. "Malam ini, sebelum Wiliam kembali ke Monarki, Ayah akan mengundang keluarga mereka makan malam.""Yes, I Love You Ayah!" ucap Aluna dengan bahagia.Juana yang melangkah pelan, meninggalkan ruang makan, mendengar dengan jelas rencana Welas.Ia pun menuju kamarnya di lantai 2 dan menutup kamar, kemudian mengunci pintunya. Juana gusar, haruskah dia kalah dua kali? Dalam hal percintaan.Apakah sudah menjadi takdirnya, hidup bersama lelaki tua itu? Ah, Juana bergidik ngeri, jika harus mengingat hal itu.Juana meraih ponselnya, dan mulai mencoba menghubungi Wiliam. Juana terus mencari siasat, untuk menggagalkan rencana Welas malam ini.Sementara itu, di kediaman Wiliam, di Negri Fantasy.Amira, yang merupakan Ibu dari Jonas W
Bab94"Wiliam!" seru Amira. Wiliam terkejut, ketika mendengar suara lantang Ibunya."Apa yang kamu pikirkan? Jonas butuh bantuanmu!" ucap Amira."Ah, aku lagi bingung," sahut Wiliam. "Aku butuh waktu," lanjutnya."Tapi malam ini, Welas mengundang kita sekeluarga!" kata Amira."Ibu dan Jonas saja yang datang," sahut Wiliam. Lelaki itupun berdiri dari duduknya. "Aku butuh istirahat," ucapnya lagi, dan pergi begitu saja.Amira menoleh ke arah Jonas. "Ada apa dengan Wiliam?""Nggak tahu, Bu. Aku akan bicara berdua dengannya," jawab Jonas lagi. Ia pun berdiri, dan menyusul Wiliam.Jonas mengetuk pintu kamar, Wiliam masih terpaku, mendengar suara berat Jonas memanggilnya."Buka! Kita perlu bicara empat mata," titah Jonas Welas.Wiliam menatap sesaat jarum jam. Hari menunjukkan hampir sore, Wiliam harus membuat keputusan.Ia pun berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju daun pintu, perlahan, ia memutar handle pin
Bab95 "Wiliam, bukankah rasanya tidak sopan, ketika aku bertanya, kamu bukannya menjawab. Sebaliknya, kamu malah membuat pertanyaan." "Maaf, Paman. Aku tidak ingin, membuatmu kecewa." Semua menjadi tegang. Amira sudah ketar-ketir, dengan tingkah Wiliam. Sedangkan Jonas Welas, berusaha menahan diri. Ia pun, menyeka pelan keringatnya. "Maksud kamu ini apa?" bentak Welas, lelaki tua itu pun berdiri dari duduknya tadi, dan menatap tajam penuh amarah ke arah Wiliam. "Aku, aku menyukai Aluna begitu dalam. Tapi, dengan jabatan aku di kantor, aku malu, jika bersanding dengan Aluna." Semua menjadi sedikit lega bagi Amira, begitu juga dengan Aluna, yang sudah sangat was-was, dengan emosi Ayahnya. "Jabatan?" Wiliam mengangguk. "Aku hanya karyawan biasa di kantor Welas Enterprise. Aku asisten Direktur Jonas Welas," terang Wiliam. "Apakah dengan jabatan tinggi, kamu bisa menjamin, Putriku akan bahagia."
Bab96Di keheningan malam, diiringi desiran angin yang berhembus, melewati Afkar begitu saja. Lelaki muda berperawakan berisi itu, menghela napas berat.Ketika ketua Welas Enterprise, mengumumkan, pertunangan Wiliam Welas dan Aluna Welas, akan diadakan dua hari lagi.Afkar sedikit merasakan sesak dalam dadanya. Membayangkan kebaikan Aluna selama ini kepadanya.Sebagai teman, Aluna tidak pernah membedakan Afkar. Bahkan, dia tidak pernah memandang Afkar dengan rendah.Hal itulah, yang membuat Afkar berat hati, untuk merelakan Aluna, menjadi korban Wiliam.Ia pun berniat dengan tekad yang kuat, akan memberitahukan Aluna, tentang identitas asli Wiliam.Agar, wanita muda nan cantik itu, mau melepaskan Wiliam.Afkar pun membuat janji, di sebuah cafe sederhana di Negri Fantasy.Ia mengirimkan pesan itu, berharap Aluna mau menemuinya.Hati lelaki itu sangat gelisah. Baginya, Wiliam sudah bertindak terlalu jauh, mengorbankan