Segera pengawas itu menoleh dan melihat Vella yang hanya berdiri menatap piring-piring kotor. "Apa kamu ingin hukuman tambahan?" tanyanya.Vella hanya menghela napas kasar, sepertinya kali ini dia memang tak bisa menghindar.Tapi sebelum menyentuh piring-piring yang ada di depannya, manik hitam dingin itu sempat melihat tiga gadis yang tersenyum mencela kepadanya. Tapi detik berikutnya tiga gadis itu kehilangan keberanian untuk tersenyum. Tatapan Vella cukup untuk menenggelamkan nyali mereka.Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, manakala keempat gadis itu menyelesaikan hukuman mereka.Vella berjalan santai menuju ke kamarnya, seorang gadis culun yang tidak lain adalah Sabrina tengah menunggunya dengan binar lemah dan ketakutan setibanya di kamar tersebut. Vella lelah, sesungguhnya dia muak melihat ketakutan itu terus-menerus.Vella mendesah kasar. Dan bergegas naik ke tempat tidur yang berada di atas. Tapi segera dia mengurungkan niat kala Sabrina tiba-tiba memegang tanganny
Entahlah, rasanya begitu tidak terima saat Vella tersenyum hangat sembari menyambut lambaian tangan Samuel. Dengan penuh emosi dia menyahut tangan Vella dan mengajaknya pergi. "Ish, lepaskan aku tidak perlu menyeretku seperti ini." Vella mengibaskan tangannya. "Vella, berhenti ya, aku tidak suka kamu terlalu dekat dengan anak kelas sepuluh itu!" Senyum seringai terbit begitu mendengar keluhan Rino. "Lalu bagaimana denganmu? Apa yang kamu lakukan baru-baru ini, ha? Aku tidak menamparmu saja itu sudah bagus." "Vella, kenapa kamu masih secemburu itu dengan adikmu? Sudah aku bilang cuma ada kamu satu-satunya." "Menjijikkan!" Segera Vella meninggalkan Rino usai mengucapkan kata ketus. "Vella ... jangan marah terus seperti itu. Oke, aku tidak akan menjemput Andin lagi mulai sekarang," ucap Rino sembari mengejar langkah lebar Vella. "Terserah!" "Vella ...." Dari sudut yang berbeda Samudera tengah memperhatikan bagaimana cara Rino mengejar-ngejar Vella. Wajah tampannya menunjukkan ron
Seketika Vella terkesiap mendengar ancaman Samudera. Dan entah mengapa dia selalu tidak bisa mengimbangi sikap dingin Samudera, laki-laki yang menggenggam tangannya ini selalu mempunyai sisi dominan yang sangat kuat hingga bisa mengendalikannya.Vella tak bisa berkutik, kala Samudera mengajaknya masuk ke dalam mobil.Vella juga kembali terkesiap kala Samudera menunduk tepat di depan wajahnya."Kamu mau apa? Jangan dekat-dekat!" pekik Vella sembari mendorong dada Samudera agar tidak terus mendekat.Tapi setelah melihat senyum seringai yang sangat menjengkelkan milik Samudera, dia baru sadar jika Samudera hanya ingin memasang sabuk pengaman di tubuhnya.'Menyebalkan!' batin Vella kesal.Segera mobil itu melaju setelah semua penghuninya tenang."Ke mana sopirmu?" tanya Samudera acuh tak acuh."Tidak ada. Tidak ada antar jemput lagi untukku sekarang."Samudera tersenyum samar dan bertanya, "Kenakalan apa lagi yang kamu lakukan?"Sejenak Vella mencerna pertanyaan Samudera. 'Apa benar selam
"Sepertinya itu sangat sulit, Nyonya Arganta," ucap Ramzi setelah tersenyum hambar pada Indina. "Apa maksudnya sulit? Vita sudah tidak ada sekarang, jadi pihak keluarga juga punya hak untuk mengelola aset tersebut selama ahli waris belum bisa mengelolanya." Suara Indina mulai meninggi. "Benar, tapi kekayaan mendiang nyonya Vita terpisah dengan kekayaan tuan Edgar. Itu sudah menjadi perjanjian mereka saat menikah, jadi tidak ada yang bisa mengambil alih kekayaannya selain ahli waris asli, termasuk tuan Edgar sekali pun. Jadi mustahil jika ada pihak lain bisa mengelolanya," terang Ramzi tenang. "Tapi sekarang aku adalah mamanya Vella. Jadi apapun yang berkaitan dengan Vella juga menjadi tanggung jawabku termasuk kekayaan yang dia punya." Indina masih saja ngotot. "Iya Nyonya Arganta, semua orang juga tahu itu, hanya saja saya pikir Anda tidak cukup bodoh untuk mengetahui jika hanya orang yang mempunyai hubungan darah asli yang bisa mewarisi kekayaan mendiang nyonya Vita." Ramzi m
Vella terbengong mendengar tawaran Samudera. 'Ya ampun, anak ini ...,' batinnya."Kamu benar-benar ingin memanfaatkan kesempatan yang ada ya?" tanya Vella ketus kemudian berjalan.Samudera pun tersenyum samar dan mengikuti Vella. "Memangnya kenapa? Bukankah aku melamar di waktu yang tepat?"'Melamar? Apa ini bisa disebut lamaran?' batin Vella geli, memikirkannya saja rasanya Vella tidak berani, tapi laki-laki di sampingnya malah menyebut itu lamaran."Bagaimana? Kita bisa langsung menikah sekarang?" tanya Samudera datar."Aku jadi heran, kenapa anak-anak di sekolah sangat takut padamu? Bahkan sekarang aku melihatmu seperti seorang pelawak," ucap Vella acuh tak acuh."Benarkah? Jika tidak takut, kenapa kamu tidak segera menerima lamaranku?" desak Samudera."Berhenti berkata omong kosong, Sam. Lihatlah seragam yang melekat di tubuh kita. Baru sampai di kantor urusan sipil saja kita pasti sudah ditendang jika menyebut tentang pernikahan.""Kalau begitu ayo kita ganti baju dulu.""Sam ...
Plak!Tamparan Vella terdengar keras, usai menarik Andin di pelataran sekolah keesokan harinya."Kak, sakit! Apa yang kamu lakukan? Ah!"Andin memekik kesakitan kala Vella menyerangnya dengan sangat mendadak."Non, hentikan! Nona Andin bisa sakit." Sang sopir yang baru saja keluar dari dalam mobil mencoba menarik Vella untuk mencegah pertikaian kakak beradik ini.Namun, ketika sang sopir menariknya, Vella juga menarik rambut Andin hingga gadis itu kembali memekik kesakitan."Kak, lepaskan rambutku! Ah, ini sangat sakit!""Non, lepaskan rambut nona Andin, dia bisa botak!" Kembali sang sopir memekik sembari melepaskan tangan Vella dari rambut Andin.Seketika pertikaian kakak beradik pagi ini menjadi pusat perhatian para siswa siswi lain yang baru saja tiba di sekolah."Ada apa lagi dengan mereka?""Entahlah, sepertinya pertikaian mereka tiada akhir."Cuitan siswa siswi lain bisa didengar dengan jelas oleh telinga Vella. Tapi dia tidak peduli."Kak, lepaskan!" Andin terus memekik kesakit
Vella menempelkan ponsel di dekat telinganya, dan segera kemarahan Edgar menusuk gendang telinga."Vella, apa yang kamu lakukan pada adikmu? Kamu ini benar-benar sangat keterlaluan! Aku sudah mengabaikan kesalahanmu saat menginjak tangan Andin. Sekarang kamu semakin keterlaluan seperti ini!""Aku hanya membalas apa yang dia lakukan, Pa. Dia menyuruh orang untuk merusak rambut temanku. Aku rasa apa yang aku lakukan setimpal," jawab Vella enteng."Vella, kamu semakin keterlaluan! Kamu pikir papa tidak tahu hari pertama masuk asrama kamu sudah melakukan tindak kekerasan terhadap temanmu? Sampai papa mendengar kamu masih berlaku anarkis, papa tidak akan mengirim uang padamu. Itu adalah hukuman untukmu!"Telepon terputus, dan Vella segera menendang bak sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri."Shit!" umpatnya dengan begitu banyak kekesalan. Entah yang dilakukannya benar atau tidak, tetap saja dia yang akan menerima getahnya.Apa dia harus diam saja ketika temannya ditindas karena kelic
Pintu segera terbuka setelah Samudera menekan tombol kombinasi, dan memang sangat sepi saat Vella tiba di apartemen Permata Hijau, tak ada satupun asisten yang menyambut."Masuk," ajak Samudera dengan suaranya yang rendah dan datar seperti biasanya.Ada sedikit keraguan. Tapi akhirnya Vella masuk juga."Mandilah dulu," ucap Samudera, lagi-lagi dengan suara datar dan rendah.Vella tak bergerak, dia malah tampak linglung.Samudera akhirnya mendesah kasar. "Apa aku harus menggendongmu ke kamar mandi seperti dulu?"Vella langsung terkesiap dan menggaruk kepala yang tidak gatal. 'Memangnya boleh, menjadi asisten yang tidak tahu diri seperti itu?' batinnya.Samudera mulai duduk di atas sofa, sementara matanya menatap Vella dengan tidak biasa, membuat gadis tersebut sedikit gugup."Apa kamarku adalah yang sempat aku tempati dulu?" tanya Vella pelan dan juga kaku."Hmm ....""Oh, oke. Terima kasih." Vella segera pergi dari hadapan Samudera takut melakukan sesuatu yang memalukan saat tak bisa
Tidak sampai lima menit. Surat nikah sudah ada di tangan Vella dan Samudera.Entah bagaimana Samudera mengatur segalanya hingga semua berjalan dengan sangat mudah tanpa ada kendala.Pasangan pengantin baru tersebut berjalan santai menuju ke dalam mobil dengan langkah ringan.Vella tidak membuka percakapan sedikitpun. Semua seperti mimpi, dia sendiri sebenarnya tidak yakin dengan keputusan yang dia ambil secara mendadak ini.Tapi jika tidak menikah, bagaimana dia bisa mendapatkan akses kekayaan mamanya? Dia hanya akan menjadi bahan celaan semua orang jika tidak mengambil tindakan.Apa yang sudah dia perjuangkan agar tidak disebut kabut suram akan sia-sia, Vella tidak mungkin membiarkan itu terjadi.Terlebih acara puncak final ajang kompetisi menyanyi akan diselenggarakan akhir pekan ini, dia tidak ingin tersisih dengan cara menyedihkan.Di mobil Vella duduk tenang di samping Samudera, sebelum dia merasakan tangannya dira
Andin dan Feli sempat terbengong sesaat mendengar ujaran Samudera. Mereka terpaku menatap punggung tegap dan lurus yang salah satu tangannya tengah memeluk dan menuntun Vella menjauh dari mereka.Tapi setelah Vella dan Samudera hendak menaiki motor keren, Feli baru sadar dan meledak bagai plutonium yang tersulut api."Anjing?! Siapa yang kamu sebut anjing, ha?! Kamu yang anjing, memelihara gadis murahan seperti Kabut Suram! Aneh sekali, kelihatannya tenang bagai angin malam, gak tahunya sama saja dengan mulut pisau Vella. Kalian itu memang cocok, sama-sama jahat dan penindas! Kalian yang anjing!"Teriakan Feli menggema menarik perhatian orang-orang di pinggir danau, tapi nyatanya yang dicaci sama sekali tak peduli. Mereka berlalu dengan santai dengan motor keren yang mereka tunggangi.Sementara Andin menurunkan ponsel yang dia gunakan untuk mengambil beberapa foto Vella dan Samudera yang dia ambil secara ilegal.Rahangnya mengerat tajam,
"Tetaplah tenang dan jangan menoleh ke belakang."Seketika Samudera menaikan alisnya setelah mendengar ucapan Vella.Tidak jauh dari mereka berdiri, Andin dan Feli tengah menatap Vella dengan penuh selidik.Saat ini mereka sedang membeli jajanan street food di seberang jalan."Iblis Kabut Suram sedang bersama siapa?" Feli bertanya.Posisi Samudera yang membelakangi mereka tentu saja sangat sulit untuk dikenali oleh dua gadis tersebut."Entahlah, mungkin pacar kak Vella yang baru." Andin juga memperhatikan postur tubuh tinggi yang kelihatan keren dari belakang."Aneh, katanya dia simpanan om-om berperut gendut, masih ada saja yang mau sama dia." Feli mencela sekaligus iri dengan Vella."Mungkin cowok itu tidak tahu tabiat kak Vella sebenarnya.""Kalau begitu, ayo kita beri tahu." Feli langsung menarik tangan Andin begitu saja.Sebenarnya ini sangat canggung, tapi Andin juga penasaran siapa cowok
Kompetisi menyanyi kian menuju ke arah final. Sudah banyak peserta yang tereliminasi.Namun, Vella masih bertahan begitu juga dengan Andin.Andin cukup geram dengan pertempuran ini. Dari waktu ke waktu Vella terus mengalami peningkatan, pendukungnya juga semakin banyak, dan kepopulerannya makin tersebar ke tanah air.Meskipun penilaian kompetisi sepenuhnya berada di tangan juri, tapi Andin cukup was-was, takut dikalahkan Vella dalam kompetisi menyanyi ini.Terlebih keinginan tak terpuji yang selalu menguasai benak Andin. Vella menjadi terkenal, itu sudah seperti tusukan duri bagi ketenangannya.Bagaimanapun caranya Andin berusaha mematahkan semangat Vella.Andin cukup tahu meski pendukungnya banyak, tapi sebenarnya dia sendirian. Tak ada orang terdekat yang menyertainya acap kali dia melakukan kompetisi.Sementara Andin, selalu ditemani Edgar, Indina, Rino, dan Feli yang selalu bersorak dan mengangkat papan namannya ting
Berjam-jam mansion 7 hanya membuat semua orang dongkol, tapi tak ada satupun berani menggertak.Sampai semuanya berakhir, Sandra baru mendekati Samuel."Mumu, apa hubungan mereka sungguhan?"Samuel menatap Sandra dengan acuh tak acuh dan berkata, "Menurutmu? Apa kamu pikir ada yang bisa mencegah keinginan kak Sam?"Sandra menelan saliva, dia sangat tahu bagaimana tabiat Samudera sejak kecil, tak ada yang berani melawannya.Saat umur 12 tahun dia merobek mulut anjing kesangannya hidup-hidup hanya demi mengambil liontin giok pemberian dari mamanya yang ditelan anjing tersebut.Pada umur 15 tahun Samudera juga menabrak 4 geng motor masuk ke dalam jurang gara-gara mengejek Samuel di depannya.Samudera tidak pandang bulu untuk memuaskan keinginanannya, apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan, entah itu jalur kekerasan ataupun jalan damai.Samudera sangat mengerikan, tapi juga sangat memesona, kejahatannya tak membu
Langkah Vella gontai saat berjalan kembali ke mansion 7. Ingatan mengerikan yang dia alami saat laki-laki merobek pakaiannya dengan paksa, terbersit dan menggoyahkan langkah saat ini.Keringat halus muncul di keningnya melalui pori-pori, Vella bersandar pada dinding sejenak, guna mengembalikan tenaganya yang sempat mengikis.Sayang sekali, hari ini bajingan itu lolos dari pandangan, Indina juga tak sedikitpun memberi informasi yang membantu meski Vella sudah berusaha menekan.Malah Vella sendiri yang nyaris diseret keluar oleh keamanan yang tengah berjaga lantaran telah mengakibatkan kegaduhan.Jika tidak ada Virgon yang membelanya, mungkin dia tak akan bisa kembali ke mansion 7, meski sesungguhnya dia sudah tak ada minat untuk kembali bersenang-senang dengan anak-anak para konglomerat.Jika tidak ingat Samudera telah menitipkannya pada Samuel, mungkin Vella sudah kabur dari tempat tersebut, dia hanya tak ingin memberi masalah pada anak i
Sampai di mansion 7 seseorang membukakan pintu suara berisik dari hinggar binggar musik segera menyakiti pendengaran Vella.Tapi begitu salah satu dari mereka melihat kedatangan Samudera, segera musik pun dimatikan."Kak Sam, akhirnya dia datang membawa kakak ipar." Zio berseru dengan gembira, membuat Vella terkejut.'Apa aku sepopuler itu hingga mereka semua tahu hubunganku dengan Samudera?' gumam Vella dalam hati.Vella hanya tahu dia anak kelas sebelas, tapi sebelumnya dia belum pernah bertegur sapa dengannya."Selamat datang, Kakak ipar." Samuel menyapa dengan wajah imutnya, kali ini Vella tidak bisa menyembunyikan senyum manis. Wajah adik kandung Samudera itu memang terlihat menyenangkan.Sementara Zoya yang tadinya duduk dengan anak laki-laki yang sebelumnya tidak pernah Vella lihat segera berlari menghampiri dengan ceria."Kakak ipar, aku Zoya adik kelasmu, kamu tahu 'kan?"Pertanyaan Zoya hanya membuat V
Di saat ibu dan adik tirinya sedang gundah gulana, Vella malah terlihat lebih santai sekarang.Meski di sekolah Andin sering membully melalui mulut Feli. Nyatanya itu tak begitu mengganggu hari-hari Vella. Sementara Andin terus berakting teraniaya setiap bertemu dengannya.Selalu ada saja akal busuk untuk menyudutkan Vella, agar dia dipandang kejam oleh semua orang."Vella, apa kamu kecanduan menjadi seorang penjahat? Bisa-bisanya kamu memaksa Andin meminum kopi panas, dimana otakmu?" pekik Feli sambil menenangkan Andin yang terisak pilu.Vella hanya mencibir sengit, jelas sebelumnya Andin ingin menumpahkan kopi itu di seragamnya, tapi dengan sigap dia bisa menebak pergerakan Andin. Dan tanpa ampun dia merebut kopi dari tangan adiknya, lantas menuangkan di mulut gadis penuh kepalsuan itu dengan paksa.Jiwa penindasnya memang berkembang dengan baik sejak dia keluar dari rumah.Anak-anak sampai bergidik ngeri kala melihatnya. Mereka hanya berb
Deru mobil bertenaga monster yang mengundang perhatian para siswa siswi sesampainya di sekolah.Decak kagum bersahut-sahutan mengumandangkan siapa pemiliknya.Saat mobil tersebut berhenti sempurna di tempat parkir sekolah yang luas, semua mata terpaku menunggu siapa yang keluar dari dalamnya.Alam seakan ikut andil menyemarakkan suasana pagi.Tepat saat pintu mobil terbuka, angin berembus menyibak lembut gadis cantik dengan temperamen dingin yang baru saja keluar dari dalam mobil.Rambut Vella yang tergerai panjang berayun mengikuti arah mata angin yang membelai.Cantik elegan tanpa dibuat-buat.Gadis berpostur tinggi berjalan santai mengabaikan mata yang menatap kagum dengan rona wajah acuh tak acuh.Andin yang baru saja tiba berdiri di samping Rino yang menatap Vella dengan binar ketertarikan lekat.Hatinya mulai memanas, tapi tak bisa berkata-kata, jika menyangkal pesona Vella jelas dia tampak buruk.Dia hanya